Senin, 08 Oktober 2012

TOBAT PEMBERSIH QOLBU

Bertaubatlah kepada Allah setiap waktu, kerana hal itu dianjurkan dan diperintahkan oleh-Nya. Allah SWT berfirman:
  • “Bertaubatlah kalian semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman agar kalian beruntung.” (Quran, 24 : 31)
  • Taubat merupakan sarana yang menghantar hamba menjadi kekasih Allah. Allah berfirman: “Sungguh Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (Quran, 2 : 222)
Menurut al-A’az al-Muzanni r.a., Nabi SAW bersabda:
  • “Kadangkala timbul perasaan dalam hatiku. Maka aku beristighfar (memohon ampunan) kepada Allah sehari seratus kali.” (H.R. Muslim)
  • Abu Hurairah r.a. juga mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allah, dalam sehari aku beristighfar dan memohon taubat kepada Allah lebih dari tujuh puluh kali.” (H.R. al-Bukhari)
Oleh kerana itu, usahakanlah untuk senantiasa bertafakur sepanjang hidupmu. Renungkan apa yang telah engkau perbuat pada siang hari. Apabila ternyata engkau menghabiskan siang harimu dalam ketaatan, maka bersyukurlah. Namun, apabila ternyata engkau melakukan maksiat, maka sesalilah serta cepatlah beristighfar dan bertaubat kepada Allah. Tak ada majlis bersama Allah yang paling bermanfaat bagimu selain majlis tempat engkau menyesali diri. Jangan menyesali diri sambil tertawa bahagia. Namun, sesalilah dirimu dengan jujur seraya menampakkan wajah muram, disertai kalbu yang sedih, kecewa dan perasaan hina. Apabila itu kau lakukan, pasti Allah menggantikan kesedihan dengan keceriaan, kehinaan dengan kemuliaan, kegelapan dengan cahaya, ketutupan dengan ketersingkapan (kasyf).

Ketahuilah, seandainya engkau memiliki seorang wakil yang selalu melakukan introspeksi dan evaluasi terhadap dirinya sendiri secara jujur, pastilah dirimu tak perlu lagi melakukan evaluasi terhadapnya. Tetapi, kalau ia tak melakukan itu, engkau yang akan mengevaluasi dirinya secara terperinci. Demikian pula halnya kondisimu bersama Allah. Bila engkau selalu melakukan muhasabah dan mengevaluasi diri, Allah akan memudahkan perhitungan-Nya terhadapmu.

Oleh kerana itu, hendaknya engkau tujukan semua amal perbuatanmu untuk Allah. Jangan sekali-kali menyangka bisa melakukan sebuah perbuatan yang lepas dari pengawasan dan perhitungan-Nya. Manakala seorang hamba jatuh ke dalam perbuatan dosa, bersamaan dengan itu kalbunya akan menjadi gelap gulita.

Perbuatan maksiat ibarat api sementara kegelapan ibarat asapnya. Laksana orang yang menyalakan api di rumah selama 70 tahun, bukankah rumah tersebut akan menjadi gelap dan hitam? Demikian pula dengan kalbu. Ia akan menjadi gelap kerana tumpukan maksiat. Ia baru menjadi bersih dengan taubat kepada Allah. Kehinaan, kegelapan, dan hijab terkait erat dengan maksiat. Jika engkau bertaubat kepada Allah, bekas-bekas dosa itu pun menjadi sirna.

Ketahuilah bahawa taubat merupakan tingkatan (maqam) pertama. Segala bentuk ibadah baru diterima Allah jika didahului dengannya. Keadaan hamba yang melakukan maksiat sama seperti periuk besi di atas api selama beberapa saat yang makin menghitam warnanya. Jika engkau segera membersihkan periuk tersebut, warna hitam itu akan hilang. Namun, jika engkau biarkan dan justeru dipakai berkali-kali untuk memasak tanpa dibersihkan, warna hitamnya akan melekat kuat hingga ia pecah dan rosak. Walaupun dicuci ia takkan bisa kembali. Rasulullah SAW bersabda:

“Ketika seorang mukmin melakukan sebuah dosa akan ada bintik hitam di kalbunya. Jika ia bertaubat, sadar dan memohon ampunan, bintik tadi akan terhapus. Namun, jika ia malah menambah dosa bertambah pula bintik hitamnya hingga menutup kalbu. Itulah kotor yang Allah maksudkan dalam al-Quran, “Sekali-kali jangan pernah berbuat demikian, sebenarnya perbuatan-perbuatan mereka mengotori hati mereka.” (H.R. Tirmidzi dan disahihkan oleh an-Nasa’i)

Taubatlah yang bisa mencuci hitamnya kalbu sehingga amal-amal soleh bisa tampak terang dan diterima. Oleh kerana itu, mohonlah taubat kepada Allah selalu. Jika hal tersebut bisa dilakukan, hidup akan menjadi lebih baik. Sebab, taubat merupakan kurnia Allah yang diberikan pada hamba-Nya yang dikehendaki. Kadangkala seorang budak yang kurus berhasil melakukan taubat, sementara majikannya sendiri tidak. Kadangkala si isteri berhasil, sementara suaminya gagal. Kadangkala yang muda berhasil, sedangkan yang tua gagal. Dan kadangkala pula yang jahil berhasil, sedangkan yang alim gagal.

Jika engkau berhasil bertaubat, bererti Allah telah mencintaimu. Allah SWT berfirman:
“Sungguh Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan suka membersihkan diri.” (Quran, 2 : 222)
Di sini Allah menempatkan dirimu sebagai orang yang dicintai – bukan yang mencintai. Orang merasa senang dengan sesuatu bila mengetahui kadar dan nilai sesuatu itu. Jika engkau menebarkan intan permata kepada binatang melata, nescaya mereka lebih menyenangi gandum daripada itu semua. Maka, renungkanlah, kira-kira dari kelompok manakah engkau?

Jika bertaubat, engkau termasuk orang yang dicintai Allah. Jika tidak, beerti engkau termasuk orang-orang yang zalim. Allah berfirman:
“Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) kefasikan setelah iman. Dan siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Quran, 49 : 11)
Siapa bertaubat, ia dapat. Sebaliknya siapa yang tidak bertaubat, maka ia merugi. Allah berfirman:
“Siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta merasa takut dan bertaqwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.” (Quran, 24 : 52)
Janganlah engkau berputus asa terhadap rahmat Allah dengan berkata, “Sudah berapa kali aku bertaubat dan insaf!” – Sebab, orang yang sakit sewajarnya akan terus meminum ubat, mengharap hidup, dan menginginkan sihat selama roh dikandung badan tanpa pernah merasa putus asa.

Bila seorang hamba bertaubat, maka rumahnya disyurga merasa gembira, demikian juga langit dan bumi. Nabi SAW, serta Allah SWT sendiri. Rasulullah SAW bersabda:

“Sungguh Allah jauh lebih bahagia kerana taubat seorang hamba ketimbang orang yang mengendarai untanya dipadang pasir, lalu tiba-tiba untanya tersesat dan menghilang darinya, padahal di atas unta tersebut terdapat makanan dan minuman kepunyaannya. Akhirnya ia berputus asa dan mendatangi sebuah pohon untuk merebahkan diri di bawah naungannya. Ia benar-benar berputus asa dengan untanya. Ketika ia dalam keadan demikian, tiba-tiba unta itu berada di hadapannya. Ia pun segera meraih tali kekangnya. Dan kerana amat gembiranya, sampai-sampai ia berkata:
 ‘Ya Allah, Engkau hambaku dan aku tuhanmu.’ Ia salah ucap kerana luapan kegembiraannya.” (H.R. Muslim dan Muttafaq ‘Alaih)
Suatu ketika Shaykh Abu al-Hassan al-Syadzili bercerita : “Aku pernah ditegur, ‘Wahai Ali, bersihkan bajumu, dengan pertolongan Allah pastilah ia akan selalu terpelihara.’ Aku pun bertanya, ‘Baju yang mana?’ Ia menjawab, ‘Allah telah memberimu pakaian makrifat, lalu pakaian mahabbah, kemudian pakaian Islam. Siapa yang mengenal Allah, yang lain takkan beerti baginya. Siapa yang mencintai Allah, yang lain menjadi hina dalam pandangannya. Siapa yang mengesakan Allah, ia takkan menyekutukan-Nya. Siapa yang beriman kepada Allah pasti aman dari segala sesuatu. Serta siapa yang berserah diri pada Allah, kecil kemungkinan akan melanggar. Kalaupun melanggar, ia akan cepat memohon ampunan. Dan ketika meminta ampunan, nescaya akan dikabulkan.’” Shaykh Abu al-Hasan lantas berkata, 
“Dari sanalah aku memahami firman Allah yang berbunyi, ‘Bersihkanlah bajumu!’ (Quran, 74 : 4)
Wahai manusia, saat engkau merasa berat untuk melakukan amal ketaatan dan ibadah, saat engkau merasa kepenatan dan tidak mendapat kenikmatan di dalamnya, lalu sebaliknya engkau memandang ringan maksiat dan bahkan merasa nikmat, sehingga engkau pun melakukan maksiat dengan senang; dalam kondisi seperti itu, ketahuilah bahawa engkau belum jujur dalam bertaubat. Dalam kalbumu masih terdapat penyakit. Engkau belum sampai ke tingkat orang yang ikhlas dan bertaubat. Sebab, jika dasarnya benar, cabangnya juga pasti benar. Begitu pun sebaliknya.

Wallahu’alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar