Rabu, 24 Oktober 2012

TUJUH LAPISAN TUBUH ENERGI KITA.

Dalam kepercayaan timur, manusia memiliki Tubuh Energi. Mazhab yang umum mengatakan bahwa tubuh energi manusia ada 7 (tujuh) Lapis. Setiap lapisan tubuh energi, atau bisa dikatakan setiap tubuh energi, bila dipelihara dan dikembangkan, akan memunculkan potensi ”adikodrati” yang luar-biasa, yang sesungguhnya merupakan fitrah diri manusia. 
  1. Lapis Tubuh Energi Pertama : Tubuh Fisik
  2. Lapis Tubuh Energi Kedua : Tubuh EGO.
  3. Lapis Tubuh Energi Ketiga : Tubuh Astral / Tubuh Emosi
  4. Lapis Tubuh Energi Keempat Tubuh FIKIRAN/Tubuh Mental atau Tubuh Psikis
  5. Lapis Tubuh Energi Kelima : Tubuh KESADARAN ENERGI
  6. Lapis Tubuh Energi Keenam : Tubuh KESADARAN COSMIC
  7. Lapis Tubuh Energi Ketujuh : Tubuh KESADARAN RUH AL-QUDS/NUR MUHAMMAD
Ketujuh lapisan tubuh ini boleh dibayangkan seperti lapisan kulit bawang, dengan hukum yang berlaku : Lapisan diatas meliputi lapisan dibawahnya. LTE [Lapis Tubuh Energi] ke Tujuh dapat mengakses dan mengendalikan LTE ke Enam hingga lapisan tubuh Pertama, tetapi LTE Pertama tidak dapat mengendalikan / mengakses LTE ke dua dan diatasnya.

NAMUN sangat perlu difahami, karena asas Kesdaran manusia (hidup) berada di tubuh fisik. Jika pada lapisan-lapisan bawah tubuh energi bermasalah (kotor), maka dapat menjadi penghalang (HIJAB) untuk mencapai kesadaran atau menggunakan potensi kemampuan lapisan energi yang berada diatasnya.

Lapis Tubuh Energi (LTE) Pertama : Tubuh Fisik

LTE pertama mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tubuh fisik. Seseorang yang berniat mengolah dan memanfaatkan potensi Tubuh Energi dan potensi Tubuh Cahayanya, harus merawat kesehatan LTE pertama ini dengan cara menjaga keseimbangan kebutuhan tubuh fisik seperti: 

Makan & Minum. Makanlah makanan yang halal (baik cara perolehan maupun kandungan dzatnya), baik dan teratur, tidak berlebihan, serta gizi yang baik. Makanan yang didapatkan secara haram akan mengotori LTE ini. Hubungan Seks. Lakukan secara halal dan tidak berlebihan. Olah raga secara cukup dan teratur. Tubuh fisik kita tidak bisa terus-menerus berdiam diri, ia harus digerakkan secara teratur. Sudah sangat jamak diketahui bahwa jika tubuh ini kurang gerak maka penyakit-penyakit akan numpuk, begitu juga sirkulasi energi yang ada kurang aktif.

Istirahat dan tidur yang cukup untuk memulihkan energi.Lakukan aktiviti makan, minum, berhubungan seks, olah-raga secara seimbang, jangan melampaui batas (berlebihan/kekurangan) karena dapat merusak, menjadikan lapisan tubuh pertama menjadi kotor / bermasalah. Dalam agama islam, mungkin kita boleh merujuk pada sebuah hadist yang sangat populer, kira-kira intinya adalah sbb: 
Berhentilah makan sebelum kenyang”. Mengapa kita dinasihatkan demikian? Mungkin, jawabannya kurang-lebih adalah demikian: Kekenyangan dapat membawa dampak yang kurang bagus bagi tubuh fisik, menjadi ”endut”. Kekenyangan dikhawatirkan hanya memperturutkan nafsu belaka, sehingga tumbuh sifat serakah.Dll.. (ini menunjukkan sedikitnya perbendaharaan yang saya miliki.. )LTE Pertama ini saya sebut sebagai Lapisan Tubuh NAFSU karena sangat terkait dengan nafsu untuk pemenuhan kebutuhan tubuh fisik: libido, syahwat, lapar, haus.
Jika nafsu-nafsu makan, minum, berhubungan seks, bergerak, yang melekat dan sebagai driver untuk menjaga kelangsungan hidup tubuh fisik ini terlalu menonjol (berlebih) maka lapisan tubuh pertama ini akan menjadi kotor dan bisa menjadi Hijab untuk mengakses potensi-potensi LTE diatasnya.

Kekotoran bisa terjadi, bukan hanya sebagai ”akibat” dari tindakan (action), tetapi ”hanya” dalam tataran fantasi dan imajinasi pun sangat mungkin membuat lapisan tubuh energi ini menjadi kotor. Ketakutan / kekhawatiran yang berlebih akan terputusnya kelangsungan (sumber) rizki (makan) pun dapat mengotori LTE ini.

Jika LTE Pertama ini kotor, Bagaimana mengatasinya?

Dalam agama islam, secara preventif banyak ”pasal” yang mengatur masalah ini, seperti menjaga pandangan dari hal-hal yang haram dan diharamkan, menutup aurat, tidak berdua-duaan dengan yang bukan muhrim, puasa sunnah, puasa wajib, tidak makan daging babi, bangkai, darah, minum-minuman keras dan lain sebagainya. Puasa juga dapat dilakukan sebagai tindakan kuratif. Taubat dan istighfar yang dilakukan secara tepat dapat membersihkan kekotoran lapisan tubuh pertama ini.

Lapis Tubuh Energi Kedua : Tubuh EGO 

Lapisan Tubuh Energi kedua saya sebut sebagai Tubuh EGO, secara umum mungkin dikenal sebagai tubuh eterik atau tubuh prana. … belum ada undang-undang atau konvensi yang mengatur penamaan ini.. 

Jika LTE pertama adalah tempat nafsu untuk pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan tubuh fisik, maka LTE Kedua adalah tempat beradanya nafsu untuk pemenuhan Citra diri, harga diri, keegoan, dll. Pada lapisan inilah terdapat hasrat, ambisi, keinginan-keinginan. Aku ingin begini, aku ingin begitu.. persis lagunya Doraemon. Hasrat, ambisi, adalah fitrah manusia yang dapat mendorong manusia untuk selalu menjadi lebih baik dalam segala hal: sosial, ekonomi, ilmu-pengetahuan, teknologi, spiritual, dll.

Lapisan Tubuh Kedua ini meliputi (dapat mengakses) lapisan Tubuh Pertama. Jika potensi ‘hasrat’ dipadu dengan nafsu seks maka akan menjadi dorongan untuk melakukan aktiviti seksual, begitu pula jika hasrat dipadu dengan nafsu makan, mungkin hasratnya tidak sekedar makan, tetapi ingin makanan yang lebih bergizi dan bergengsi, jadilah kegiatan makan yang tidak sekedar makan.

Jika hasrat, ambisi dan keinginan ini dibiarkan bebas, maka akan terjadi pelanggaran fitrah manusia. Manusia adalah makhluk yang cenderung melampaui batas. Ambisius, Mahu menang sendiri, Serakah, tamak… Ketika hasrat ini diperturutkan menjadi bebas, maka LTE Kedua menjadi kotor yang akan menjadikan hijab dan sulit bagi kita (di kesadaran fisik) untuk memanfaatkan potensi-potensi lapisan tubuh energi diatasnya.

Di balik hasrat, ambisi dan keinginan-keinginan, terdapat unsur-unsur pelengkap seperti : Berani dan Takut, Kecewa dan Puas, sakit hati dan senang hati.

Takut adalah hal yang wajar, merupakan indikasi bahwa kita belum faham terhadap apa yang sedang/akan kita hadapi, tetapi Ketakutan adalah soal lain. Ketakutan menjadikan tubuh energi kita lemah, dan keberanian menjadikan kita kuat.

Namun keberanian tanpa memperhatikan moral, etika, agama, dll, akan membuat Lapisan Tubuh Energi kedua ini menjadi kotor.

Lapis Tubuh Energi Ketiga : Tubuh Astral / Tubuh Emosi

Lapisan tubuh ketiga sering disebut sebagai tubuh astral, namun saya lebih suka menyebutnya sebagai Tubuh EMOSI. Mengapa? Karena pada lapisan tubuh energi inilah bersemayamnya segenap perasaan kita seperti: senang – susah, kecewa – puas, sakit hati, gembira – sedih, marah, takut – berani, dll.

Ketika kematian menjemput (Ruh ditarik pulang), lapisan tubuh pertama dan lapisan tubuh kedua akan mati dan terurai menjadi unsur-unsur alam semesta pembentuknya, sehingga mereka kehilangan Nafsu dan Hasrat. 

Lapisan tubuh ketiga, kelangsungannya tergantung dari ’status perasaan’ yang disandangnya. Ikhlas-kah ketika ia meninggal dunia? Tidak-terimakah? Bila orang tersebut meninggal dalam kondisi marah, dendam, kecewa, sedih, dengan kata-lain ”tidak berserah-diri kepada (takdir) Allah”, maka ia akan terus ”hidup” di alam energi dengan membawa emosi kemarahan itu. Ia tidak dapat meneruskan perjalanannya, untuk menunggu di alam penantian yang seharusnya, yang enak, bila seluruh unsur energi – perasaan tersebut telah musnah. Tak ada kelekatan lagi. Ingat pesan Allah SWT dalam Al Qur’an: ”.. dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan berserah diri”

Berserah diri, dari hal-hal duniawi atau apapun, kecuali hanya kepada Allah SWT.

Maka tak hairan seseorang yang sudah meninggal dunia, untuk ”sementara waktu” dapat menampakan diri kepada orang yang masih hidup. ”Sementara waktu” di sini boleh bererti beberapa hari hingga beberapa ratus tahun, atau selamanya hingga yaumil kiyamah kelak. Tubuh ketiga merupakan duplikat tubuh fisik. Tubuh emosi setiap orang memiliki bentuk yang sempurna (utuh) meski saat hidup orang tersebut mempunyai cacat pada tubuh fisiknya. Perbezaannya dari satu orang ke orang yang lain adalah: ada yang pucat, berseri, cerah, dll. Tubuh emosi inilah yang digunakan untuk melakukan perjalanan keluar tubuh atau perjalanan astral, Out of Body Experience,

Lapis Tubuh Energi Keempat Tubuh FIKIRAN/Tubuh Mental atau Tubuh Psikis

Lapisan tubuh keempat, sebagai Tubuh FIKIRAN tempat beradanya fikiran kita – MIND. Banyak orang menyebutnya sebagai tubuh mental atau tubuh psikis. 
  1. Beberapa aktiviti yang dilakukan oleh Fikiran adalah:
  2. Berfikir
  3. Imajinasi dan Visualisasi
  4. Fantasi dan Berkhayal
  5. MimpiFantasi membayangkan suatu keadaan, kesenangan. Berhati-hatilah dengan fantasi ini, jangan pernah berfantasi buruk, jorok misalnya. Karena apa yang kita fantasikan benar-benar terwujud di alam energi ini dan dapat dilihat oleh semua makhluk di alam energi di tahap ini. 
Maka bukan suatu kebetulan, jika ketika seorang sedang berfantasi kotor akan mengalami seolah-olah benar-benar merasakan yang difantasikan atau terkadang sering mimpi bersama ”orang” yang difantasikannya. LTE Pertama, Kedua dan Ketiga pada dasarnya merupakan bagian dari LTE Ke empat ini.

Orang yang telah mengembangkan kemampuan LTE Keempat ini, akan mendapatkan kemampuan yang dikenal sebagai Extra Sensory Perception (ESP) – mendengar dan melihat tanpa di batasi oleh ruang dan waktu, melihat dan mendengar bukan menggunakan indera-indera ragawi.

Kemampuan ESP bertumbuh secara bertahap, dapat saja saat ini hanya dapat menerka apa yang difikirkan orang lain, lalu sampailah ia dapat ‘melihat’ apa yang difikirkan orang lain. Bagaimana cara melatih dan memperbesar kemampuan ESP ini? Silahkan Pelajari ESP: Telepati, Clairvoyance, Projeksi fikiran dan Membaca fikiran adalah potensi dari tubuh fikiran ini, sedang Pola fikir (Mindset) adalah bagaimana isi dari fikiran kita tertata. Hukum Ketertarikan (Law of Attraction) bekerja pada level energi ini.

Lapis Tubuh Energi Kelima : Tubuh KESADARAN ENERGI

Potensi apa yang yang dimiliki oleh lapisan tubuh kelima ini?
Lapisan tubuh kelima adalah Tubuh KESADARAN ENERGI. Seseorang dengan lapisan tubuh kelima yang telah berkembang sempurna, jika ia tertidur, maka hanya tubuh fisiknya saja yang tidur sedangkan tubuh energinya tetap sadar. Sadar pada saat tertidur.

Ketika bermimpi, ia sadar bahwa ia sedang berada di alam mimpi. Ketika tubuh fisiknya sedang dibius (anestesi), maka ia tetap sadar dan dapat melihat tubuh fisiknya yang sedang dioperasi – tanpa merasa sakit tentunya.

Sangat jarang orang yang memiliki Lapisan Tubuh Energi Ke Limanya yang telah berkembang sempurna, sebagian besar ”hidup kita”, default kesadaran kita ”parkir” ditubuh fisik (materi). Banyak orang menyebut bahwa kita, dengan kesadaran yang parkir ditubuh fisik, berada dalam keadaan ”tertidur”, mati dalam hidup.. (atau hidup dalam mati ya?.. ).

Lapis Tubuh Energi Keenam : Tubuh KESADARAN COSMIC

Lapisan tubuh keenam disebut sebagai Tubuh KESADARAN COSMIC. Melalui tubuh ini, seseorang dapat melihat alam semesta ini dengan gamblang. Anda bias berjalan-jalan meninggalkan planet bumi kita yang biru, semakin lama semakin terlihat mengecil. Anda bias melintasi langit.

Lapis Tubuh Energi Ketujuh : Tubuh KESADARAN RUH AL-QUDS/NUR MUHAMMAD

Ruh Al-Quds inilah yang membawa penjelasan misi seseorang, untuk apa seseorang diciptakan Allah, secara spesifik orang-perorang. Dengan kehadiran Ruh Al-Quds, seseorang menjadi mengerti misi hidupnya sendiri. Mereka yang telah dianugerahi Kesadaran Ruh Al-Quds inilah yang disebut sebagai ‘ma’rifat’, dan telah mengenal diri sepenuhnya.

“Man ‘arafa nafsahu, faqad ‘arafa Rabbahu,” kata Rasulullah.
Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal Rabb-nya. Dengan kehadiran Ruh Al-Quds ke dalam jiwanya, seseorang menjadi mengenal dirinya, mengerti kemisian dirinya, dan mengenal Rabb-nya melalui kehadiran Ruh-Nya itu.
Dengan mengenal dirinya secara sejati, maka mulailah seseorang beragama secara sejati pula.“Awaluddiina ma’rifatullah,” kata Ali bin Abi Thalib kwh.

Awalnya ad-diin (agama) adalah ma’rifatullah (mengenal Alah). Jadi berbeza dengan pengertian awam bahwa mencapai makrifat adalah tujuan beragama, justru sebaliknya: ma’rifat adalah awalnya beragama, ber-diin dengan sejati.

Keasadaran Ruh Al-Quds, ini ada juga yang menyebut dengan KESADARAN RUH ILAHI. Karena melalui kesadaran inilah Allah SWT memancarkan dengan sempurna Nur-Nya ke dalam diri manusia. Sehingga dalam faham kejawen, Ruh Al-Quds inilah yang disebut dengan Rasul Sejati. 

Inilah Konsep ‘triniti’ yang dikembalikan oleh Qur’an kepada hakikatnya semula: Allah, Ruh Al-Quds, dan jasad sang Insan Kamil.Pengertian triniti ini, seiring dengan berjalannya waktu dan jauhnya aliran doktrin dari mata-airnya, perlahan berubah menjadi sesuatu yang abstrak: tiga tetapi satu dan satu tetapi tiga.

Namun Rasulullah melaui Qur’an, secara halus mengembalikan khazanah tritunggal ini kepada esensinya: bukan zatnya yang satu sekaligus tiga, tetapi sebenarnya yang terjadi adalah Allah dan Insan Kamil, melalui kehadiran Ruh Al-Quds, telah sepenuhnya selaras dan menjadi satu kehendak.

Apapun perbuatan, perilaku dan kehendak seorang Insan Kamil akan sepenuhnya sesuai dengan kehendak Allah. Sedangkan Allah-nya sendiri, sebagai zat, tetap hanya satu. Inilah yang dikembalikan: Allah itu satu, tidak memiliki anak, dan anggota sistem ke-tiga-an itu terpisah, baik secara hakikat maupun zat. Wujudnya satu, bukan tiga.

Siapa saja Insan Kamil itu? Mereka adalah semua orang yang telah dianugerahi Allah Ruh Al-Quds ke dalam jiwanya. Semua Nabi dan Rasul, termasuk Nabi Isa as, dan para orang suci yang ber-maqam rahmaniyah dan rabbaniyah, adalah Insan Kamil.

Lapisan puncak tubuh energi inilah batas atas perjalanan tubuh energi hingga bertemu dengan keadaan non-eksistensi, kekosongan, tidak ada apa-apa. Mungkin inilah yang dikatakan oleh orang-orang sufi sebagai Alam Fana, atau kepercayaan timur lainnya mengatakannya sebagai Nirwana yang artinya kosong, kekosongan. Tidak ada apa-apa diketinggian alam puncak ini. Kita bisa menyadari tidak ada apa-apa, benar-benar awang-uwung disini. ”saya” pun sudah lenyap.

Fana bukanlah tujuan akhir dari perjalanan Mengenal Diri kita. Fana hanyalah puncak dari kesadaran tubuh energi kita. Jadi Jangan terjebak dan berhenti pada lapis ke tujuh alam energi ini. Jangan karena tidak melihat apa-apa lantas berucap: ”oh.. tidak ada apa-apa selain aku. Akulah Sang Kebenaran”. Agar tidak terjebak, menjadi musryk, prinsip tauhid: La ilaha ilallah – Tiada tuhan selain ALLAH, harus tetap kita pegang teguh, sampai bila pun.

HUBUNGAN LAPISAN TUBUH ENERGI DAN LAPIS LANGIT ALAM ENERGI

Lapisan-lapisan Tubuh Energi berkorelasi dengan lapisan langit di alam (dimensi) energi. Lapisan Tubuh Energi Pertama berkorelasi dengan Langit Pertama alam energi, dan seterusnya. Jika seseorang telah berhasil mengembangkan potensi Lapisan Tubuh Ke Tujuh, maka ia akan bisa ”mengakses” Langit Ketujuh Alam Energi.

Lapis Langit di atas, meliputi Lapis langit dibawahnya. Artinya, ketika seseorang bisa mengembangkan potensi Lapisan Tubuh Energi Kelima dan ia tidak memiliki hambatan (hijab) pada lapisan-lapisan Tubuh Energi dibawahnya, juga tidak ada hambatan pada Tubuh Materinya, maka ia akan bisa menggunakan dan menikmati potensi-potensi lapisan Tubuh Keempat dengan sadar.

Bagaimana cara membersihkan LTE ini?

Secara umum, dalam dunia reiki dan sebangsanya, dikenal dengan istilah attunement: penyelarasan, pengaktifan Cakra-cakra melalui pembersihan / pembukaan. Cara-cara tersebut, saya pandang lebih berisiko dibanding menggunakan cara yang lebih islami. Resikonya adalah terjadinya penyumbatan-penyumbatan saluran energi tubuh akibat dari sisa “pembakaran” (pembersihan) Cakra dan saluran/jalur tubuh energi. Contoh resiko adalah Kundalini Syndrome. Cara Islami akan mendapatkan hasil yang jauh lebih baik, karena tanpa efek-samping, kotoran akan lenyap tanpa mempengaruhi jalur energi ataupun cakra-cakra yang lain. Seperti apa cara Islami (yang saya maksud) tersebut?. Itulah yang disebut TAZKIYATUN NAFS atau bahasa kerennya Metode Kultivasi….

Bagaimana Cara Meningkatkan & Memurnikan Kesadaran Hingga Mencapai Kesadaran Ruh..??


Iaitu dengan Energi Al-Wasilah. Allah swt berfirman :
“Hai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya[Al-Wasilah], dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan (sukses).”(QS.Al Maidah :35).
Syekh Sulaiman Zuhdi pada waktu menafsirkan QS.Al Maidah:35 menyatakan :
“Pengertian umum dari wasilah adalah sesuatu yang dapat menyampaikan kita kepada suatu maksud atau tujuan. Nabi Muhammad SAW adalah wasilah yang paling dekat untuk sampai kepada Allah SWT, kemudian kepada penerusnya-penerusnya yang Kamil Mukammil yang telah sampai kepada Allah SWT yang ada pada tiap-tiap abad atau tiap-tiap masa”
Umumnya pendapat ulama yang tidak mengenal Tasawuf Tarekat menyatakan bahwa Al-Wasilah itu hanya berupa amal ibadah. Namun perlu diperhatikan, Selama nafas terakhir kita belum meninggalkan tenggorokan, Lapisan Tubuh Energi (LTE) setiap saat berpotensi menjadi kotor. Bila kita terus menjaga Nafsu, Ego dan Emosi (NEE) agar tetap normal – tidak berlebihan, dan tetap menjaga ibadah-ibadah kita seperti Sholat, puasa dan dzikir, Insya Allah LTE kita akan tetap bersih. Jika kita lalai maka LTE kita akan menjadi kotor, dengan catatan bahwa puasa, sholat dan dzikir tersebut dilakukan dengan khusuk, dengan ingatan yang senantiasa terhubung dengan Allah Subhannalahu wata’ala.

Mengapa hal demikian? Karena Tubuh Energi kita ini merupakan medan pertempuran antara Jiwa kita melawan iblis dan setan beserta balatentaranya. Jiwa kita berkepentingan menjaga agar LTE tetap bersih, supaya kita (badan wadag) memiliki kesadaran ilahiah, dan supaya tidak menjadi penghambat, penghalang, perjalanan Jiwa menempuh Alam Cahaya. Sementara Iblis dan sekutunya, yang merupakan musuh yang nyata bagi manusia, berusaha terus memanas-manasi NEE kita, memberikan pengaruh kebimbangan-kebimbangan dan keraguan dalam pikiran kita, hingga akhirnya LTE kita menjadi kotor dan dikuasai mereka.

Pertanyaannya. Mampukah manusia yang setiap hari berjibaku melawan dirinya sendiri ini mengandalkan kekuatan amal ibadah dirinya sendiri sebagai Al-Wasilah untuk meningkatkan kesadarannya…??? Maka jawabnya adalah sangat TIDAK MUNGKIN….

Hanya Al-Wasilah yang datang dari sisi Allah swt sajalah yang mampu menaikkan derajat kesadaran manusia hingga ke derajatnya yang tertinggi. Al-Wasilah Itulah yang disebut Hidayah yaitu energi Al-Wasilah yang datang langsung Dari Allah SWT dan Syafaat atau Hidayah Allah yang melalui Rasulullah. Itulah Hakikat dari Sholawat. 

Al-Wasilah yang berupa syafaat Rasulullah inilah yang diwariskan secara berantai dalam Rantai Emas Silsilah Para Guru Muryid Tharekat untuk diberikan kepada kaum muslimin. Dan Karena dengan Al-Wasilah ini seseorang manusia yang masih kotor tubuh energinya mempunyai kesempatan untuk mengakses Kesadaran Ruh Al-Quds/Nur Muhammad yang berada di dalam dirinya dan menumbuh kembangkan spiritualitasnya hingga mencapai Kesadaran Nur Muhammad, maka untuk kemudian Al-Wasilah jenis ini juga disebut sebagai Nur Muhammad.

Dalam ilmu balaghah dikenal istilah “Majaz Mursal :

مِنْ إطْلاَقِ الْمَحَلِّ وَإرَادَةِ الْحَال

Artinya menyebut wadah, sedangkan sebenarnya yang dimaksud adalah isinya. Disebutkan pula Nabi Muhammad sebagai wasilah, tetapi yang dimaksud sebenarnya adalah Nuurun ala nuurin yang ada pada rohani Rasulullah SAW.

Bahwa wasilah itu adalah suatu channel, saluran atau frekuensi yang tak terhingga yang langsung membawa kita kehaderat Allah SWT.
Wasilah itu ialah :

نُوْرٌُ عَلىَ نُوْرٍِ يَهْدِاللهُ لِنُوْرِهِ مَنْ يَشَآءُ“

Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki “(QS An-Nur :35).

Wasilah itu telah ditanamkan ke dalam diri rohani Arwah ul Muqaddasah Rasulullah SAW yang merupakan sentral penghubung antara Rasulullah SAW dan ummatnya menuju kehaderat Allah SWT.

Para Sahabat dan ummat Rasulllah SAW harus mendapatkan wasilah ini di samping menerima Alquran dan As-Sunah
Rasulullah SAW bersabda :

كن مع الله فإن لم تكن مع الله كن مع من مع الله فإنه يصيلك الى الله“

Jadikanlah dirimu beserta dengan Allah, jika kamu belum boleh menjadikan dirimu beserta dengan Allah maka jadikanlah dirimu beserta dengan orang yang telah beserta dengan Allah, maka sesungguhnya orang itulah yang menghubungkan engkau (rohanimu) kepada Allah” (H.R. Abu Daud).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar