Selasa, 23 Oktober 2012

DURHAKA DALAM TAAT


ALLAH SWT berfirman :
Terjemahannya : Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Syurga padahal Allah belum mengenal mereka yang berjihad di antaramu dan belum juga mengenal mereka yang sabar. (Ali Imran : 142)
Berjihad menurut Tafsir adalah :
  1. Berperang melawan orang kafir dan munafik untuk menegakkan lslam dan melindungi orang-orangIslam.
  2. Memerangi hawa nafsu dan syaitan.
  3. Mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam.
  4. Memberantas yang batil dan menegakkan yang hak.
Dalam ayat di atas, Allah SWT menanyakan pada kita umat Islam, sudahkah kita berjihad dan bersabar? Kalau belum kita lakukan maka janganlah kita berfikir bahwa kita akan dapat masuk syurga Allah di Akhirat kelak. Jika sudah, maka kita sebenarnya sedang fisabilillah.
Berperang melawan orang kafir dan munafik adalah mudah. Yang susah adalah berperang melawan hawa nafsu dan syaitan. Kalau kita menang terhadap orang kafir tetapi tidak menang terhadap nafsu, itu belum menjamin kita benar-benar bertakwa.

Rasulullah SAW bersabda : Terjemahannya : Kita baru kembali dari peperangan kecil untuk masuk ke satu peperangan yang lebih besar. Sahabat bertanya, "Peperangan apa itu, ya Rasulullah?" Baginda menjawab, "Peperangan hati yakni melawan hawa nafsu."
Rasulullah SAW bersabda : Terjemahannya : Ketahuilah sesungguhnya dalam diri anak Adam itu ada segumpal daging. Jika baik daging maka baiklah seluruh jasad. Bila busuk daging itu, maka jahatlah seluruh jasad. Ketahuilah, itulah hati.(Riwayat Bukhari & Muslim)

Marilah kita tanya diri kita sendiri, "Apakah aku telah melakukan jihad yang besar itu? Atau apakah aku telah memerangi hawa nafsuku?"
Untuk menjawabnya, lihatlah ke dalam hati kita apakah selalu ingat kepada Allah atau selalu lalai?

Apakah sudah cinta Allah atau lebih cinta pada dunia? Apakah sudah sabar atas ujian Allah atau masih memberontak terhadap-Nya? Apakah sudah bersih dari mazmumah-mazmumah atau masih juga memiliki sifat hasad dengki, benci-membenci, minta dipuji, gila nama, tamak dan mementingkan diri sendiri?

Kalau hati masih berisi daki-daki dunia yang kotor itu, janganlah bermimpi bahwa amalan-amalan lahir seperti shalat, puasa, zakat, haji, sedekah, berdakwah, menuntut ilmu, menutup aurat, membaca Al Quran, zikrullah dan lain-lain itu dapat menebus kita dari kebencian Allah dan api neraka. Coba kita lihat firman Allah SWT :

Terjemahannya : Hari itu (hari ketika meninggal dunia) harta dan anak tidak berguna lagi kecuali orang yang menghadap Allah membawa hati yang selamat (hati yang bersih dari segala kejahatannya dan sifat mazmumah). (Asy Syuara’: 88-89)
Kalau shalat tidak khusyuk dan tidak ada rasa hamba, itu tanda kita masih durhaka pada Allah. Bukan amalan lahir yang dapat membawa seseorang kepada keredhaan Allah dan syurga-Nya, tetapi yang lebih penting adalah amalan hati.

Sabda Rasulullah SAW : Terjemahannya : Allah tidak memandang rupa dan harta kamu, tetapi Allah memandang hati dan amalan kamu. (Riwayat Muslim)
Kalau hati kita beramal soleh dan lahir kita juga ikut beramal soleh (sebab amalan lahir mengikuti amalan batin, seperti rakyat mengikuti raja) itulah kesempurnaan amalan manusia yang dijamin dengan Syurga.

Untuk meyakinkan saudara, saya tunjukkan firman Allah yang menunjukkan amalan batin adalah wajib :

1. Perintah khusyuk dalam shalat, yaitu mengingati Allah :

Terjemahannya : Apakah belum masanya bagi orang-orang yang beriman untuk khusyuk mengingati Allah. (Al Hadid : 16)

2. Perintah supaya senantiasa merasa diawasi oleh Allah :

Terjemahannya : Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca satu ayat dari Al Quran dan tidak mengerjakan suatu pekerjaan melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Allah biar pun sebesar zarah (atom) di bumi maupun di langit. Tidak ada yang kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuz). (Yunus: 61)

3. Perintah supaya takut kepada Allah :

Terjemahannya : Janganlah kamu menyembah dua Tuhan. Sesungguhnya Dialah Tuhan yang Maha Esa, maka hendaklah kamu takut kepada-Ku saja. (An Nahl : 51)

4. Perintah supaya tawakal kepada Allah :

Terjemahannya : Hanya kepada Allah sajalah orang-orang beriman harus bertawakal. (At Taubah : 51)

5. Perintah supaya syukur kepada Allah :Terjemahannya : Bersyukurlah kamu kepada Allah sekiranya kamu benar-benar menyembah-Nya. (Al Baqarah : 172)

Kalau kita betul-betul menghambakan diri pada Allah, kita mesti memiliki rasa syukur pada Allah. Seperti halnya kita mendapat hadiah dari raja, maka kita akan merasa berhutang budi dan berterimakasih padanya, serta bersyukur atas hadiah pemberiannya.

Janganlah kita terlena memikirkan hadiah itu saja sehingga lupa pada yang memberi hadiah.
Terjemahannya : Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu maka dari Allahlah datangnya dan bila kamu ditimpa kemudaratan maka hanya pada-Nyalah kamu minta tolong. (An Nahl : 53)

6. Perintah supaya sabar

Terjemahannya : Sabarlah kamu tetapi tidak mungkin kamu bersabar kecuali dengan pertolongan Allah. (An Nahl : 127)

Di antara amalan lahir dan amalan batin, Allah lebih mengutamakan amalan batin, sebab itu hendaklah diamalkan benar-benar karena dan untuk Allah, bukan untuk manusia. Sebab manusia tidak akan melihat. Kalau hati sudah baik, maka lahirnya akan baik. Kalau lahir saja yang baik, hati belum tentu baik.

Kalau ada orang yang menanggapi dengan perkataan, ''Kalau begitu, kita perbaiki hati saja, lahir tidak usah!'' itu adalah anggapan yang tidak benar. Sebab hati yang baik adalah hati yang taat pada perintah-perintah Allah lahir dan batin. Kalau amalan lahir tidak dikerjakan artinya hati belum baik.

Banyak terjadi dalam masyarakat umat Islam hari ini mereka yang mengamalkan hukum Islam hanya syariat lahir saja seperti shalat, puasa, zakat, haji, zikrullah, sedekah, tutup aurat dan bersilaturrahim. Namun amalan hati (batin) tidak dipedulikan. Itulah yang dimaksudkan sebagai durhaka dalam taat.

Ada dua jenis orang yang durhaka dalam taat :

1. Orang yang mengamalkan syariat lahir saja seperti shalat wajib dan sunat, puasa, haji, zakat, baca Al Quran, zikir dan wirid, serta mengamalkan sedikit amalan batin, tetapi keduanya tidak sempurna (tidak seperti yang dikehendaki Allah). Maksudnya tidak semua perintah Allah dikerjakannya.

Contohnya adalah orang-orang yang melakukan semua perintah fardhu ditambah dengan fadhailul 'amal (shalat sunat witir, shalat dhuha, shalat tahajjud, puasa sunat, membaca Al Quran, tahlil dan lain-lain) tetapi masih ikut dalam sistem riba, membuka aurat, melakukan pergaulan bebas, mengumpat, memfitnah, mencerca, sombong, kikir dan cinta dunia.
Golongan seperti itu adalah golongan durhaka dan tidak selamat dari api neraka.

Imam Al Ghazali berkata :

"Tidak mengapa kalau tidak bisa tahajjud malam (karena sunat),tetapi janganlah membuat dosa (haram) di siang hari, karena tidak ada gunanya bakti pada Allah di malam hari (tahajjud) tetapi durhaka (berbuat dosa–haram) di siangnya."

Orang seperti itu sama halnya dengan seorang yang menanam padi di tengah ilalang. Hasilnya padi akan dirusak oleh ilalang dan tidak memperoleh hasil apa pun. Atau seperti seorang yang memelihara kesehatan badannya dengan memakan obat-obatan yang perlu, tetapi ia juga memakan racun.

Akibatnya orang tersebut tidak akan sehat seperti yang diharapkan.
Tersebut sebuah Hadis :Terjemahannya : Tahukah kamu apa itu muflis? Mereka menjawab, "Muflis pada kami adalah mereka yang tidak mempunyai dirham dan harta benda sedikit pun." Sabda Rasulullah, "Sesungguhnya orang yang muflis di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari Qiamat dengan shalat, puasa dan zakat tetapi dia juga pernah mencaci, menuduh orang berbuat jahat, dan mengambil hak orang. Dia juga pernah menumpahkan darah (membunuh orang) atau sekurang-kurangnya memukul. Oleh karena itu pahala ibadahnya akan diberi kepada orang yang dianiaya itu satu persatu. Dan kalau pahalanya tidak cukup, dosa-dosa orang itu diberikan juga kepadanya (jadilah ia muflis) dan akan dijerumuskan ke dalam Neraka." (Riwayat Muslim)

2. Orang yang taat dalam mengerjakan amalan-amalan lahir tetapi lalai terhadap amalan batin. Lahirnya terlihat sempurna tetapi hatinya penuh dengan hasad dengki, jahat sangka, sombong, kikir, riya', penuh angan-angan, minta dipuji, cinta dunia, serakah, mementingkan diri sendiri, di samping tidak ada rasa hina diri, mengharap dan malu dengan Allah. Dia suka menghina orang yang tidak beribadah, sedangkan dia merasa tenang dan senang dengan ibadahnya serta merasa yakin akan selamat di Akhirat.

Orang seperti itu sebenarnya adalah orang yang durhaka dalam taatnya kepada Allah. Hakikatnya dia adalah orang yang durhaka dan amalannya ditolak. Dia bukan orang yang dekat dengan Allah tetapi orang yang jauh dari Allah. Hatinya terputus dengan Allah.
Para ulama telah sepakat :

1. Biarlah sedikit amal (yang fardhu saja) bersama hati yang merasa takut pada Allah (takwa) daripada banyak amalan lahir tetapi tidak ada rasa takwa (rasa hamba).

2. Walau sebanyak dan sehebat apa pun ibadah seseorang selagi hatinya tidak zuhud dengan dunia, selama itu pula ibadahnya tidak bernilai.
Orang yang mengerjakan amalan lahir tanpa amalan batin perbandingannya seperti seorang pekerja di istana raja yang rajin dan taat melakukan kerja-kerja yang ditugaskan padanya di istana itu. Kerjanya rajin dan lebih banyak daripada pekerja-pekerja lainnya. Maka timbullah rasa bangga dan sombongnya. Malangnya di antara kawan-kawan dia bersikap angkuh. Bahkan di depan raja pun bersikap tidak sopan, tidak hormat dan tidak beradab. Dia merasa dirinya hebat dan besar. Dia beranggapan raja tidak murka kepadanya sebab semua pekerjaannya selesai

Ternyata apa pandangan raja? Sekalipun dia tahu hambanya itu bekerja dengan rajin tetapi karena sikapnya yang tidak beradab itu, raja tidak akan sayang untuk membuangnya dari istana, karena dia seolah-olah hendak menjadi raja (ataupun merasa setaraf dengan raja).
Begitu juga jika seorang manusia yang melakukan perintah-perintah Allah tetapi hatinya tidak beradab dengan Allah sebagaimana yang Allah kehendaki, niscaya Allah tetap murka dan akan melemparkannya ke dalam Neraka.

Firman Allah :
Terjemahannya : Adapun orang yang enggan dan menyombongkan diri maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksa yang pedih. (An Nisa’ : 173)

Dan firman Allah dalam Hadist Qudsi bermaksud :

"Hai Isa, apabila Aku lihat di dalam hati hamba-Ku terdapat cinta yang suci pada-Ku tidak bercampur oleh sesuatu tamak, keinginan-keinginan yang berkenaan dengan Akhirat dan dunia maka ia akan Kuperlakukan sebagai penjaga cintanya itu."

Orang yang benar-benar taat adalah orang yang hatinya cinta kepada Allah. Cinta sucinya akan membuatnya beramal semata-mata untuk Allah. Niatnya tidak bercampur dengan niat mencari keuntungan di dunia atau akhirat. Ketaatan kepada Allah yang seperti itu adalah taat yang suci. Dia tidak akan ujub dalam taatnya, tidak riya' dalam taatnya, tidak buruk sangka dalam taatnya, tidak sombong dalam taatnya, tidak penuh angan-angan dalam taatnya, tidak merasa tuan dalam taatnya dan lain-lain.

Itulah orang yang hatinya dekat kepada Allah. Dia taat dalam taatnya. Jasad lahirnya dan jasad batinnya sama-sama tunduk menyembah Allah dengan taat, rasa hina diri, malu, rasa bersalah, rasa berdosa dengan Allah, tidak menghina hamba-hamba yang lain, tidak sombong dan tidak hasad.
Ibadah-ibadahnya yang lahir (membuat yang fardhu dan sunat, meninggalkan yang haram, syubhat dan makruh) dan ibadah batin betul-betul dilakukan sebagai satu persembahan yang sebenarnya dari seorang hamba kepada Tuhannya. Dia tidak mengharap balasan apa pun di dunia dan di akhirat. Itulah hamba Allah yang akan menjadi kecintaan Allah di Akhirat nanti.

Firman Allah dalam surah Al Waqiah :

Terjemahannya :
Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon-pohon bidara yang tidak berduri. Dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya). Dan naungan yang terbentang luas. Dan air yang senantiasa mengalir. Dan buah-buahan yang lebat. Yang tidak bermusim (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya. Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.


Sesungguhnya Kami menciptakan untuk mereka (bidadari-bidadari) ciptaan yang unik (tidak beranak). Dan Kami jadikan mereka muda-muda belaka. Saling mencintai dan sebaya umurnya. Untuk golongan kanan (terdapat dua kumpulan). (yaitu) kumpulan besar dari orang-orang yang terdahulu. Dan kumpulan besar dari orang-orang yang kemudian. (Al Waaqiah: 27- 40)


Ada pula segolongan manusia yang taat dalam durhaka. Mereka adalah orang yang tidak beramal dengan syariat lahir karena tidak kuat melawan hawa nafsu dan syaitan.
Mereka hanya dapat membuat ibadah yang fardhu dan meninggalkan yang haram tetapi ibadah sunat fadhoilul 'amal sangat kurang. Tetapi karena kekurangan itu mereka selalu merasakan kekurangan diri, hina diri dan rasa bersalah (berdosa).

Mereka mengharap amal yang sedikit itu diterima Allah dengan rasa malu dan takut dengan Allah. Mereka selalu menyesali diri yang tidak kuat melawan hawa nafsu dengan rasa berdosa. Perasaan tidak sempurna dalam melaksanakan khidmat pada Allah dan manusia selalu ada di hati mereka. Sebab itu mereka selalu beristighfar dan mohon dikasihani oleh Allah. Golongan seperti itu sebenarnya golongan yang taat. Mereka taat dalam durhaka. Mereka akan selamat di dunia dan di akhirat.

Mereka itu adalah seperti seorang pekerja istana raja yang tidak begitu rajin. Kerjanya sekedar cukup, tidak lebih, kadang-kadang melakukan kesalahan atau lalai. Seharusnya bekerja dua jam, ia hanya bekerja satu jam. Karena itu dia rasa bersalah, rasa kurang, tidak besar diri, tidak berfikir tentang kesalahan orang, takut sesama kawan apalagi kepada raja.
Dia bimbang bila kekurangannya akan mendatangkan kemurkaan raja. Sebab itu bukan saja dia sangat sopan dengan raja bahkan dia tidak berani berbuat tanpa izin di dalam istana. Ia menjaga gerak-geriknya karena merasa bimbang dan selalu mengharapkan kemaafan dan keampunan dari raja.

Raja menyadari keadaan itu, sebab itu raja memaafkan kekurangan hambanya dan akan tetap menerimanya sebagai hamba di dalam istana.
Begitulah hamba Allah yang selalu sadar dan insaf akan kelemahannya, senantiasa taubat, takut, malu dan rasa hina diri pada Allah serta berakhlak sesama manusia. Dia akan mendapat pengampunan dan syurga Allah di Akhirat nanti.

Firman Allah :
Terjemahannya: Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal soleh maka mereka akan masuk syurga dan tidak dianiaya sedikit pun. (Maryam : 60)
Hidup kita adalah untuk menghambakan diri kepada Allah. Itulah jalan keselamatan seorang manusia. Dua puluh empat jam kita mesti beribadah pada Allah, lahir dan batin.
Firman Allah: Terjemahannya : Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku. (Adz-Dzaariyat : 56)

Mungkin dalam ibadah lahir ada waktu istirahatnya tetapi dalam ibadah batin yang dilakukan oleh hati kita, mesti dilakukan terus-menerus. Kita mesti selalu memelihara rasa kehambaan pada Allah, rasa hina, rasa malu, rendah diri, takut, bimbang, ingin berkhidmat, rasa berdosa, rasa lemah dan rasa diri penuh kekurangan. Perasaan-perasaan (zauk) itu hendaklah kita pelihara dalam hati sepanjang masa.

Bagi kita sebagai orang awam, mungkin rasa itu belum ada di hati, karena itu hendaklah kita terus mengusahakannya dengan memikirkan kebesaran, kehebatan dan keagungan Allah. Perhatikan dan fikirkan tanda-tanda kebesaran Allah pada alam. Dari situ akan datang perasaan kehambaan pada diri kita.

Pada tahap awal perlu dipaksakan supaya perasaan itu ada. Namun bagi orang yang telah bersih hatinya mereka tidak susah memikirkannya lagi. Perasaan itu sudah ada dan senantiasa ada dalam hati mereka. Bukan saja waktu shalat, waktu membaca Al Quran, berpuasa, berzikir dan lain-lainnya, bahkan di luar waktu ibadah, hati mereka tetap kepada Allah SWT.
Singkatnya perasaan kehambaan itu telah benar-benar dihayati oleh lahir dan batin mereka sepanjang masa. Seperti seorang pekerja istana yang hatinya senantiasa berisi perasaan kehambaan baik ketika bekerja atau ketika beristirahat, waktu makan, minum atau waktu tidur. Tidak seperti pekerja yang waktu kerja dia merasa dia kuli, tetapi waktu istirahat dia merasa tuan dan berlagak seperti tuan.

Orang yang kenal Allah akan benar-benar merasa bahwa dia adalah hamba Allah. Hatinya tidak merasa lebih baik, lebih pandai, hebat, besar, kuat, dan segala-galanya. Sebab kalaupun dia pandai, maka dia tetap hamba. Dia rasa dia adalah hamba, ingin berkhidmat sebagai hamba. Hidupnya seperti hamba dan bergaya seperti hamba. Hamba Allah yang bekerja untuk Allah, mengabdikan diri kepada Allah, berjuang membela agama Allah, berkorban untuk Allah dan berperang karena Allah bahkan rela mati karena Allah. Siapa pun musuh Allah adalah musuhnya, akan ditentang habis-habisan. Dan orang-orang Allah adalah orang-orangnya maka ia perlakukan dengan penuh mesra dan kasih sayang. Itulah jiwa yang merdeka, bebas dari ikatan dunia. Jiwa yang tidak akan diperbudak oleh dunia karena jiwanya diserahkan sepenuhnya pada Allah.

Banyak terjadi di kalangan kita, mereka yang merasa hamba Allah hanya ketika beribadah, shalat, puasa, mengerjakan haji, atau waktu membaca Al Quran, wirid dan zikir saja. Di luar waktu itu, waktu makan, waktu tidur, waktu mencuci, waktu menyapu halaman dan lain-lain, tidak merasa diri sebagai hamba.

Kita merasa urusan tersebut adalah urusan kita sehingga kejayaan yang dicapai adalah untuk dan karena kita. Cara melaksanakan urusan tersebut. sesuai dengan selera kita, pendapat kita dan cara kita. Kita tidak merasa bahwa kita berkhidmat untuk dan karena Allah lagi. Kita tidak terasa hubungan dengan Allah. Kita tidak merasa malu dan hina diri dengan Allah. Mungkin jika ditanya orang kita akan menjawab bahwa kita bekerja untuk Allah. Tetapi itu hanya ada di akal saja, hakikatnya hati kita tidak merasa begitu.

Perasaan (zauk) kita tidak merasakan begitu. Hati masih merasa tuan, merasa kepunyaan kita, kuasa kita, kejayaan kita, kelebihan kita dan karena kita. Sebab itu kita akan mengikuti selera kita dalam bertindak sehingga tidak menghiraukan peraturan hidup dari Tuhan.
Orang seperti itu sebenarnya bukan menghambakan diri pada Allah, dan tidak bertuhankan Allah. Dia bertuhankan dan menghambakan diri untuk nafsu.
Firman Allah : Terjemahannya : Tidakkah kamu melihat orang yang mengambil hawa nafsu sebagai Tuhan. (Al Jasiyah : 23)

Mereka menganggap diri mereka bijaksana dan merdeka, tetapi sebenarnya merekalah orang yang lemah, bodoh dan terkurung dalam kesempitan nafsu mereka sendiri.
Karena menurutkan hawa nafsu manusia menjadi orang-orang yang durhaka pada Allah dalam ketaatannya. Mereka menunaikan hanya sebagian dari perintah Allah (durhaka dalam taat). Mereka mengikuti kehendak dan bisikan nafsu tanpa menyadari bahwa mengikuti hawa nafsu itu berarti durhaka pada Allah.

Sebagian besar manusia beranggapan bahwa mengikuti kehendak nafsu adalah suatu yang baik dan selayaknya. Terutama dalam amalan batin. Karena hal itu sulit, tidak terlihat oleh mata manusia, maka tidak ada siapa pun yang dapat menegur.

Ia melakukan shalat, puasa, berjuang, bicara tentang kebenaran, berkorban untuk Islam, sehingga orang menganggapnya baik. Hatinya sombong, tidak ada siapa pun yang tahu, hatinya jahat sangka tidak ada yang tahu, hatinya iri tidak ada yang tahu, hatinya tidak rasa berdosa siapa yang tahu, hatinya merasa bersih siapa yang tahu, hatinya pemarah siapa yang tahu, hatinya gila dunia siapa yang tahu, hatinya tidak takut Allah siapa yang tahu dan banyak lagi amalan hatinya tidak ada siapa pun yang tahu. Maka ia menjadi manusia yang tertipu. Biasanya orang itu mati dalam dosa atau maksiat yang tidak disadari, balasannya adalah neraka.

Marilah kita obati hati kita dengan mujahadah terhadap nafsu (mujahadatunnafsi), satu perjuangan yang besar dan terus menerus tiada ujungnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar