Sabtu, 21 Juni 2014

MENGENAI JATI DIRI

Ketahuilah ! bahwa pengetahuan tentang kimia kebahagiaan yang bersifat dhohir tidak ada dalam perbendaharaan ilmu kaum awam kebanyakan, akan tetapi tersimpan dalam gudang ilmu para raja, demikian juga dengan kebahagiaan. Ia hanya ada dalam gudang rahmat Allah Swt. Di langit sana tersimpan esensi (jawhar) para malaikat, dan di bumi tersimpan di hati para wali yang Arifbillah. Dan setiap orang yang mencari ini tanpa bersandar hadrat kenabian, maka ia telah salah jalan dan semua daya upayanya tak lebih seperti uang dinar palsu. Ia kira dirinya kaya raya, tapi sebenarnya miskin di hari kiamat sebagaimana ditegaskan Allah Swt:


“Maka Kami singkapkan daripadamu tutup yang menutupi matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.” (Q.S. Qaf [50]: 22).

Dari sekian rahmat Allah pada hamba-Nya, Dia telah mengutus seratus dua puluh empat ribu nabi untuk mengajarkan seluruh manusia tentang naskah kimia ini, mengajarkan mereka bagaimana menjadikan hati sebagai tempaan mujahadah, mengajarkan bagaimana membersihkan hati dari budi pekerti yang buruk dan mengajarkan bagaimana mengendalikanya untuk menyusuri lorong-lorong kesucian, seperti dijelaskan Allah Swt:

“Dialah yang mengutus pada kaum yang buta huruf seorang rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kitab dan hikmah.” (Q.S. al-Jum’ah [62]: 2).

Yaitu mensucikan mereka dari akhlak yang buruk dan sifat-sifat kebinatangan serta menjadikan sifat-sifat malaikat sebagai baju dan hiasan mereka.

Adapun maksud dari Kimia ini adalah bahwa semua yang berhubungan dengan sifat-sifat negatif maka wajib menanggalkannya, dan semua yang berhubungan dengan sifat-sifat kesempurnaa maka wajib mengenakannya. Satu-satunya rahasia keberhasilan KIMIA KEBAHAGIAAN ini adalah kembali mundur dari keduniawian seperti ditegaskan oleh Allah Swt:

“Dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (Q.S. al-Muzammil [73]: 8).

Dan keutamaan ini sangat banyak dan luas.

PENGETAHUAN DIRI PRIBADI

Ketahuilah ! bahwa kunci mengetahui Allah (ma’rifah Allah) adalah mengetahui diri sendiri. Seperti firman-Nya:

“Kami akan memperlihatkan pada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami atas segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an adalah benar.” (Q.S. Fussilat [41]: 52).

Demikian pula sabda Nabi Saw:

“Siapa saja yang tahu akan dirinya, maka ia telah mengetahui Tuhannya.”

Tidak ada sesuatupun paling dekat denganmu kecuali dirimu sendiri. Maka jika kamu tidak mengetahui dirimu, bagaimana mungkin kamu bisa mengetahui Tuhanmu?

Jika kamu katakan bahwa aku telah mengetahui diriku, yang kamu tahu sebenarnya adalah diri bagian jasmani (anggota badan) yang terdiri dari tangan, kaki, kepala dan lainnya. Kamu tidak mengetahui apa yang tersimpan dalam batinmu, yang bila sedang marah, ia mendorongmu untuk bertengkar. Jika sedang bernafsu, ia mengajakmu kawin. Jika sedang lapar, ia memintamu makan, jika sedang haus, ia menuntutmu minum, dan hewan sangat mirip denganmu dalam hal ini. Maka itu, yang wajib Anda lakukan adalah mengenalkan hakikat pada dirimu hingga Anda tahu apa sebenarnya dirimu, dari mana kamu datang hingga sampai di tempat ini, untuk tujuan apa kamu diciptakan, dengan apa kamu bisa meraih kebahagiaan dan dengan apa kamu mendapatkan kepuasan.

Dalam jiwamu terkumpul berbagai macam sifat, diantaranya sifat-sifat binatang jinak, binatang buas, pun demikian sifat-sifat malaikat. Maka ruh adalah hakikat jauharmu yang paling esensial, lainnya adalah unsur asing dan kosong telanjang. Maka yang wajib kamu lakukan adalah mengetahui hal ini. Bahwa bagi sifat-sifat itu ada ransom makananya dan kebahagianya.

Kebahagiaan binatang jinak terletak pada makan, minum, tidur dan kawin, maka jika kamu merasa bagian dari mereka, kenyangkan perutmu dan puaskan kelaminmu. Kebahagiaan akan dirasakan binatang buas ketika mampu menyerang dan melumpuhkan mangsa, kebahagiaan setan terletak pada makar, kejahatan dan tipuan, maka jika kalian merasa bagian dari mereka, berbuatlah seperti yang mereka perbuat.

Kebahagiaan para malaikat, ketika mereka hadir mengalami indahnya hadrat kesakralan Tuhan, bagi mereka tak ada jalan sedikitpun untuk amarah dan syahwat. Jika Anda merasa bagian dari jauhar hakikat malaikat, berjuanglah mengenal asalmu sampai Anda tahu jalan menuju Hadrat Ilahiah(hadirnya kesakralan Tuhan), sampai Anda bisa menyaksikan Jalal-Nya(keagungan) dan Jamal-Nya(keindahan), sampai Anda mampu menjernihkan dirimu dari belenggu amarah dan syahwat, sampai Anda tahu untuk apa sifat-sifat ini menjadi bagian darimu. Allah Swt tidak menciptakan semua sifat itu agar mereka menawanmu, tapi Ia menciptakannya agar mereka menjadi tawananmu, agar bisa mendorongmu berjalan, yaitu kedua kakimu dan agar salah satunya bisa Anda jadikan tunggangan sedangkan lainnya sebagai senjata hingga Anda mencapai kebahagiaan. Jika Anda telah sampai pada tujuanmu, maka tekanlah ia di bawah kedua kakimu dan kembalilah ke tempat kebahagiaanmu. Tempat itu adalah rumah bagi para khawas (orang-orang khusus) yang menyaksikan Hadirat Ilahi (al-Hadrah al-Ilahiyyah), sedang rumah-rumah para awam adalah tingkatan-tingkatan dalam syurga. Anda sangat memerlukan dan mengerti makna-makna ini untuk bisa mengetahui sedikit saja tentang dirimu.

Dan barangsiapa yang tidak memahami pada makna-makna ini, maka ia hanya mendapat bagian kepingan-kepingannya saja, karena hakikat yang sebenarnya terhijab (tertutup) baginya.

HATI, JIWA & RUH

Jika Anda berkemauan mengetahui dirimu, maka ketahuilah ! bahwa Anda sebenarnya terdiri dari dua hal:

Pertama, hati, dan Ruh

Kedua yang disebut jiwa atau ruh. Jiwa atau ruh adalah hati yang biasa Anda sebut sebagai mata hati. Hakikatmu adalah yang batin, karena jasad yang tampak pertama sebenarnya merupakan yang terakhir, dan jiwa yang Anda sangka sebagai terakhir sebenarnya yang pertama, atau disebut hati.

Hati bukanlah sepotong daging yang terletak di dada sebelah kiri, karena itu hanya berlaku bagi binatang dan jasad mati. Segala sesuatu yang Anda lihat dengan mata dhohir adalah alam ini atau yang disebut alam syhadah. Sedangkan hakikat hati bukanlah bagian alam ini, tapi alam ghaib, dan hati dialam ini adalah hal asing. Potongan daging itu hanyalah wadahnya, semua anggota tubuh jasmanii adalah bala tentaranya, sedang ia adalah rajanya. Ma’rifah Allah (mengetahui Allah) dan musyahadah (menyaksikan) keindahan hadir-Nya adalah sifat-sifat hati, beban baginya dan perintah untuknya. Dari situ ia mendapatkan pahala dan siksa, kebahagiaan dan kepuasan mengikutinya, demikian ruh hewani pun senantiasa mengintainya dan selalu membuntutinya.

Mengetahui hakikat hati dan memahami sifat-sifat hati adalah kunci Ma'rifatullah (mengetahui Allah Swt). Maka Anda harus berjuang keras untuk mengetahuinya, karena ia adalah jauhar aziz (esensi mulia) bagian dari Jauhar Malaikat (esensi para malaikat) yang bahan dasarnya berasal dari Hadirat Ilahi, dari tempat itu ia datang dan ke tempat yang sama ia kembali.

HAKIKAT HATI & RUH

Adapun pertanyaanmu apa hakikat hati, syari’ah tidak menjelaskannya secara panjang lebar kecuali dalam satu ayat:

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah: “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku.” (Q.S. al-Isra [17]: 85).

Karena ruh merupakan bagian dari kekuasaan ilahiah, yaitu dari ‘alam al-amr (kuasa perintah Tuhan) Allah Swt berfirman:

“Ingatlah, yang menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.” (Q.S. al-A’raf [7]: 54).

Dengan demikian, pada satu sisi manusia merupakan bagian dari ‘alam al-khalq (alam ciptaan) dan pada sisi lain bagian dari ‘alam al-amr. Segala sesuatu yang bisa dikenai ukuran panjang lebar, kadar dan mekanisme adalah termasuk ‘alam al-khalq, namun hati tak memiliki ukuran panjang lebar dan ukuran tertentu. Oleh karena itu, ia tak menerima pembagian. Jika bisa dibagi, maka ia termasuk ‘alam al-khalq. Contohnya, dari sisi sifat bodoh, maka ia pun menjadi bodoh dan dari sisi sifat pintar, ia pun menjadi pintar. Namun segala sesuatu yang terdiri dari sifat bodoh dan pintar pada saat yang sama adalah mustahil. Dengan kata lain, ia bagian dari ‘alam al-amr, karena dalam ‘alam al-amr tidak berlaku ukuran panjang lebar dan ukuran tertentu.

Sebagian dari mereka mengira bahwa ruh bersifat qadim (awal), maka mereka telah salah. Sebagian lain berpendapat ruh adalah ‘ard (sifat), maka mereka pun salah, karena sifat tak pernah berdiri sendiri, tapi mengikuti yang lain.

Maka, ruh adalah asal anak Adam, dan hati adalah tempat tumbuhnya mereka. Jadi, bagaimana mungkin dia adalah sifat! Sebagian golongan mengatakan ruh adalah badan jamani, mereka juga salah, karena badan jasmani menerima pembagian.

Dan ruh yang sejak tadi kita sebut hati adalah media untuk mengetahui Allah. Oleh karena itu, ia bukan merupakan badan, juga bukan sifat, melainkan unsur esensi malaikat.

Mengetahui tentang ruh sangatlah sulit, karena agama tak memberi jalan sedikit pun. Dan agama tak memerlukan untuk mengetahuinya, sebab agama esensinya adalah kesungguhan (mujahadah), sedang ma’rifah (mengetahui) adalah tanda hidayah, sebagaimana firman-Nya:

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Q.S. al-Ankabut [29]: 69).

Dan barangsiapa yang tidak bersungguh-sungguh, ia tidak boleh membahasnya atau mencari hakikat ruh. Dasar utama dari mujahadah adalah mengetahui tentara hati, karena manusia jika tidak mengetahui seluk beluk kemiliteran, ia tidak dibenarkan untuk berjihad.

 JIWA SEBAGAI KENDARAAN HATI

Ketahuilah ! bahwa jiwa adalah kendaraan hati, hati memiliki bala tentara, seperti dijelaskan Allah Swt:

“Dan tak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu kecuali Dia sendiri.” (Q.S. al-Mudatstsir [74]: 31).

Hati diciptakan untuk pekerjaan alam akhirat, agar mendapatkan kebahagiaannya. Kebahagiaan hati adalah dengan mengetahui Tuhannya. Mengetahui Tuhannya bisa didapatkan melalui ciptaan Allah swt dari berbagai ‘alam-Nya. Keajaiban alam tak mungkin terlihat kecuali melalui panca indera, dan panca indera berasal dari hati yang mengambil jiwa sebagai sarananya. Kemudian dilanjutkan dengan mengetahui tehnis kerjanya dan jaringannya. Jiwa tak berfungsi kecuali dengan makan, minum, suhu panas dan kelembapan tertentu. Ia lemah saat dihampiri bahaya dari dalam, yaitu lapar dan haus, demikian juga saat melawan bahaya luar, seperti air dan api. Ia menghadapi banyak musuh.

 SYAHWAT & AMARAH

Anda juga perlu mengetahui adanya dua macam bala tentara, yaitu bala tentara bagian luar(dhohir) yang terdiri dari syahwat dan amarah, berikut tempat-tempatnya pada kedua tangan,kedua kaki, kedua mata, kedua telinga dan semua anggota badan. Sedangkan tentara bagian dalam terletak dalam otak kepala, yaitu daya khayal, daya pikir, daya hafal, ingatan dan bingung. Setiap kekuatan ini memiliki fungsi khusus, jika salah satunya lemah, maka kondisi manusia pun akan lemah dalam dua alam (dunia-akhirat). Satu bagian yang mencakup dua hal ini adalah hati dan ia adalah pemimpinnya. Jika hati menyuruh lidah menyebutkan sesuatu, maka ia akan menyebutkannya. Jika memerintahkan tangan untuk menyerang, maka ia akan menyerang. Jika menyuruh kaki untuk melangkah, maka ia pun akan melangkah. Demikian pula panca indera, hingga bisa menjaga diri agar tetap bisa menyimpan pahala untuk di akhirat, berfungsi secara baik, menyeselesaikan kontrak kerja dan menghimpun butiran-butiran kebahagiaan. Dan mereka semua tunduk dan patuh kepada perintah hati sebagaimana para malaikat yang tunduk dan patuh pada perintah Tuhannya dan tidak berani menentang perintahnya.

MENGETAHUI HATI DAN BALA TENTARANYA

Ketahuilah !, seperti dikatakan dalam pepatah terkenal; jiwa diibaratkan sebuah kota, kedua tangan, kaki dan seluruh anggota tubuh sebagai lahannya, kekuatan syahwat sebagai walikotanya, amarah sebagai kendaraanya, hati sebagai rajanya dan akal sebagai perdana menterinya. Raja bertugas mengatur segenap aparatur agar kondisi kerajaan tetap stabil, karena sang walikota atau syahwat adalah pembohong, acuh tak acuh dan ambisius. Demikian pula kendaraan yaitu amarah teramat jahat, pembunuh dan perusak. Jika sejenak saja sang raja meninggalkan mereka dalam keadaan aslinya, mereka akan menguasai kota dan merusaknya. Maka sang raja wajib berkonsultasi pada sang menteri dan menjadikan sang wali dan bagian transportasi dibawah pengawasan sang menteri. Jika ia melakukan hal itu, maka kondisi kerajaan akan tetap stabil, dan kota akan makmur. Demikian juga hati juga bermusyawarah pada akal untuk menjadikan syahwat dan amarah di bawah kekuasaannya sampai kondisi jiwa menjadi stabil dan bisa mengantarkan pada sebab-sebab kebahagiaan, yaitu mengetahui Hadirat Ilahi ( Ma'rifat alhadrat al-ilahiyah).

Seandainya akal dalam kondisi di bawah kekuasaan amarah dan syahwat, maka jiwanya akan rusak dan hatinya tidak akan bahagia di akhirat kelak.


AMARAH & SYAHWAT PEMBANTU JIWA

Ketahuilah ! bahwa syahwat dan amarah pembantu jiwa. Keduanya senantiasa menarik-nariknya, terus mempertahankan urusan makan, minum dan kawin sebagai media indera. Kemudian jiwa mempekerjakan indera sebagai jaringan akal dan mata-matanya, yang dengannya ia mampu menyaksikan kehadiran Allah Swt. Kemudian indera juga mempekerjakan akal, yaitu hati sebagai lentera dan lampu yang melalui cahayanya ia bisa melihat Hadrat Ilahiah . Dengan demikian, kenikmatan perut dan kemaluannya menjadi terhinakan. Kemudian akal juga memfungsikan hati, sebab hati diciptakan untuk memandang keindahan Hadrat Ilahiah. Barang siapa yang berdaya upaya dalam fungsi ini, maka ia adalah hamba yang sebenarnya, yang terlahir dari al-hadrah al-ilahiyah, sebagaimana firman-Nya:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Q.S. az-Zariyat [61]: 56).

Artinya, bahwa Kami telah menciptakan hati, memberinya kerajaan dan memberinya pasukan tentara. Kami juga telah menjadikan jiwa sebagai kendaraannya hingga ia bisa berjalan dari alam ke-Tanah-an ke alam atas yaitu ‘Illiyin.

Maka jika berkeinginan melaksanakan hak anugerah kenikmatan ini, duduklah dalam kerajaannya, jadikan Hadrat al-Ilahiah sebagai kiblat dan tujuannya, jadikan akhirat sebagai tanah air dan akhir keputusannya, jadikan jiwa sebagai kendaraannya, dunia sebagai rumahnya, kedua tangan dan kaki sebagai pembantunya, akal sebagai menterinya, syahwat sebagai karyawannya, amarah sebagai angkutannya dan indera sebagai mata-matanya.

Masing-masing bagian itu adalah cerminan dari setiap alam yang menghimpun semua keadaan mengenai keadaan alam-alam lainnya. Daya khayal di bagian permukaan otak seperti seorang komandan yang bertugas menghimpun semua informasi para mata-mata. Daya hafal pada bagian tengah otak bagaikan pemilik peta yang bertugas menghimpun penggalan-penggalan dari tangan sang komandan yang kemudian disampaikan kepada akal. Jika informasi-informasi ini sampai pada sang menteri, maka ia akan melihat keadaan kota yang sebenarnya.

Jika Anda melihat salah satu dari mereka melanggar, seperti syahwat dan amarah, maka Anda harus berusaha keras( bermujahadah) menaklukanya. Tidaklah mujahadah ini untuk membunuh syahwat dan amarah, sebab kerajaan tak akan bertahan tanpa keduanya. Jika Anda melakukannya, maka Anda adalah orang yang berbahagia, yang telah melaksanakan urusan yang hak untuk dilakukan yaitu anugerah nikmat, wajib bagimu menghadiahkan sesuatu pada saatnya, jika tidak, maka Anda tidak akan bahagia, dikenai siksa dan diwajibkan bertaubat.


TIGA FORMASI KEBAHAGIAN

Kebahagiaan sempurna dibangun di atas tiga hal, kekuatan amarah, kekuatan syahwat dan kekuatan ilmu. Tiga hal ini harus diseimbangkan agar kekuatan syahwat tidak muncul menguasai yang justru akan merusak anda. Demikian juga kekuatan amarah agar tidak menguasai dan membodohi, yang akan merusak dan mengahncurkan anda. Jika kedua kekuatan tersebut seimbang dengan adanya kekuatan keadilan dan keseimbangan, maka keduanya akan menuju pada jalan hidayah. Jika amarah semakin menguat, maka akan mudah pada terjadinya penyerangan dan pembunuhan, sebaliknya jika amarah melemah, maka kewaspadaan, ketentraman dalam agama dan dunia akan hilang. Namun jika diseimbangkan, yang akan muncul adalah kesabaran, keberanian dan kebijaksanaan.

Syahwat-pun demikian, jika semakin mendominasi, maka akan muncul adalah kejelekan dan kejahatan, sebaliknya jika syahwat melemah , maka akan menyebabkan kelemahan dan ketidakgairahan. Namun jika terkendali seimbang, yang ada adalah kesucian (‘iffah), kepuasan (qana’ah) dan sifat-sifat sejenis lainnya.


 HATI;PRILAKU JELEKNYA & BAGUSNYA

Ketahuilah ! bahwa hati dan bala tentaranya memiliki keadaan dan sifat-sifat yang sebagian disebut dengan budi pekerti buruk dan sebagian lain disebut budi pekerti terpuji. Budi pekerti terpuji akan mengantarkan pada kebahagiaan, dan akhlak buruk mengantarkan pada kehancuran dan siksa.

Semua ini terdiri dari empat jenis budi pekerti( akhlak). Yaitu: akhlak setan, akhlak binatang jinak, akhlak binatang buas dan akhlak malaikat. Perilaku jelek, yaitu makan, minum, tidur dan kawin adalah akhlak binatang jinak. Tingkah laku amarah pemukulan, pembunuhan dan pertikaian adalah akhlak binatang buas. Prilaku-prilaku jiwa seperti makar, penipuan, kecurangan dan hal lain sejenis adalah akhlak setan. Terakhir, kegiatan berfikir yang menghasilkan rahmat, ilmu dan kebaikan adalah akhlak malaikat.


 EMPAT HAKIKAT DALAM KULIT MANUSIA

Ketahuilah ! bahwa dalam kulit anak adam(manusia) terdapat empat hal, anjing, babi, setan dan malaikat. Anjing tercela dari segi sifatnya dan bukan dari bentuknya. Begitupun setan dan malaikat, hal-hal tercela dan keterpujianya[ hanya pada sifat-sifatnya dan bukan pada bentuk atau prilakunya. Babi pun demikian, tercela dalam sifat-sifatnya bukan pada bentuk dan tingkah lakunya.

Karenanya manusia diperintahkan untuk menyingkap gelapnya kebodohan dengan cahaya akal, agar terhindar dari segala macam fitnah. Seperti ditegaskan Rasul Saw:

“Tak seorangpun (dari manusia) kecuali memiliki setan, aku juga memiliki setan. Sungguh Allah telah menjagaku dari setanku hingga aku bisa menguasainya.

Demikian syahwat dan amarah seharusnya berada dibawah kendali akal, keduanya hanya boleh berbuat bergerak melakukan sesuatu dengan kendali akal. Maka jika seseorang berbuat demikian, ia benarlah baginya disebut berakhlak terpuji yaitu; sifat malaikat dan merupakan benih kebahagiaan. Jika melakukan kebalikannya, maka ia disebut berakhlak tercela yaitu sifat-sifat setan dan merupakan benih dari siksa.Dalam tidur ia akan melihat dirinya seakan berdiri terpasung menjadi budak anjing dan babi. Orang ini seperti lelaki muslim yang membawa beberapa muslim lainnya dan menahan mereka di penjara orang-orang kafir.

Bagaimana keadanmu jika nanti pada hari kiamat sang raja, yaitu akal, menahanmu dibawah kekuasaan syahwat dan amarah, yaitu anjing dan babi?


EMPAT KONDISI MANUSIA PADA HARI KIAMAT

Ketahuilah ! bahwa manusia saat ini dalam bentuk anak Adam, esok saat makna-makna itu tersingkap, mereka pun keluar dalam bentuk menyesuaikan dengan makna masing-masing. Mereka yang dominan amarahnya, maka akan berdiri dalam bentuk anjing. Mereka yang dominan nafsunya, maka akan berdiri dalam bentuk babi, sebab bagaimanapun bentuk selalu mengikuti makna-makna. Seorang yang tertidur akan melihat semua yang ada dalam jiwanya. Demikian pula karena isi jiwa manusia teridentifikasi dalam empat hal di atas, maka ia harus mengintai setiap gerak-geriknya, diamnya dan mengenali diri termasuk bagian mana dari yang empat. Sifat-sifat itu ada dalam hati dan terus bertahan hingga hari kiamat, dan jika masih tersisa secuil kebaikan, maka itu adalah benih kebahagiaan. Sebaliknya jika yang tersisa adalah secuil kejelekan, maka ia pun merupakan benih dari siksa. Manusia tak akan pernah berhenti bergerak dan diam, hatinya bagaikan kaca, akhlak tercela bagaikan asap dan kegelapan, jika menyentuhnya, maka seketika ia menggelapkan jalan menuju kebahagiaan. Akhlak terpuji bagaikan cahaya dan pancarannya, jika sampai pada hati, maka ia akan membersihkannya dari gelapnya kemaksiatan. Seperti sabda Rasul Saw:

“Ikutkanlah pada perbuatan jelek itu perbuatan baik yang akan menghapusnya.

Dan hati bisa jadi terang dan gelap, semua tak akan lolos kecuali mereka yang mendatangi Allah dengan hati yang pasrah.

KELEBIHAN MANUSIA ATAS BINATANG

Ketahuilah ! bahwa nafsu dan amarah yang ada bersama binatang juga terdapat pada anak Adam. Akan tetapi manusia diberi tambahan lain sebagai bekal untuk memperoleh kemuliaan dan kesempurnaan. Dengan hal tersebut, ia bisa mengetahui Allah dan keindahan ciptaan-Nya. Dan dengan hal tersebut manusia bisa menyelamatkan dirinya dari kekuasaan nafsu dan amarah serta meraih sifat-sifat malaikat. Dengan demikian, manusia diberi sifat-sifat binatang jinak dan buas, yang semuanya ditundukka Allah untuk manusia. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah:

“Dia telah menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan yang ada di bumi semuanya.” (Q.S. al-Jasiyah [45]: 13).

KEAJAIBAN HATI & DUA PINTU HATI

Ketahuilah ! bahwa hati memiliki dua pintu ilmu, satu untuk mimpi-mimpi dan lainnya untuk ilmu sadar, yaitu pintu untuk ilmu realita (zahir). Saat manusia tertidur, pintu-pintu indera tertutup, dibukakanlah pintu bathin dan disingkapkan realitas alam ghaib dari alam malakut dan Lauh Mahfudz seperti cahaya yang terang benderang. Untuk menyingkapnya dibutuhkan semacam tafsir mimpi. Sedang ilmu yang dihasilkan dari realita (zahir) dikira oleh manusia akan memunculkan kesadaran diri, dan bahwa keadaan sadar lebih utama, meskipun sebenarnya ia tidak bisa melihat sesuatupun dari alam ghaib. Bagaimana pun sesuatu yang terlihat antara keadaan sadar dan tidur tetap lebih utama sebagai pengetahuan daripada apa yang terlihat melalui indera.  


 CERMIN HATI

Disamping itu, Andapun mesti tahu bahwa hati seperti cermin, Lauh Mahfudz pun demikian. Karena di dalamnya terdapat gambaran dari semua realitas (mawjudat). Jika Anda hadapkan cermin satu dengan lainnya, maka masing-masing gambar pada setiap cermin akan saling menghiasi yang lainnya. Demikian pula semua gambar (suwar) pada Lauh Mahfudz akan tampak dalam hati jika ia telah suci dari nafsu dunia. Jika masih disibukkan dengannya, maka alam malakut akan tetap tertutup. Jika pada saat tidur manusia tak terhubungkan dengan obyek indera, maka ia akan menyaksikan esensi (jawhar) alam malakut dan akan terlihat sebagian gambar yang ada pada Lauh Mahfudz. Jika manusia menutup pintu indera hanya sekedarnya, maka ia hanya memasuki dunia khayal. Karena itu, ia melihat sesuatu yang masih tertutupi pada bagian luarnya dan bukanlah hakikat murni yang tersingkapkan. Jika hati telah mati bersama si pemiliknya, maka pada saat itu tidak ada yang namanya khayal, dan tidak juga indera. Oleh karena itu, pada saat tersebut hati mampu melihat dengan tanpa keraguan ataupun khayalan. Dan ketika itu, diucapkan padanya:

“Maka penglihatanmu pada hari itu sangat tajam.” (Q.S. Qaf [50]: 22).

HATI, ILHAM & ALAM MALAKUT

Ketahuilah! bahwa tak seorangpun dari anak Adam kecuali hatinya telah dimasuki sentuhan-sentuhan suci melalui jalan ilham, dan hal itu tidak masuk melalui indera, akan tetapi masuk dalam hati tanpa tahu dari mana asalnya, sebab hati termasuk alam malakut, dan indera tercipta untuk alam ini, yaitu alam al-mulk (alam kuasa). Karenanya ia menjadi penghalang jiwa dari menyaksikan alam malakut manakala tidak tersucikan dari aktifitas indera.


DIBALIK KETERBUKAAN HATI

Jangan Anda kira kelembutan ini hanya terbuka pada saat tidur dan mati saja, tapi ia pun terbuka saat sadar bagi mereka yang ikhlas berjihad, ikhlas melakukan riyadah (latihan) dan menyelamatkan diri dari kekuasaan nafsu, amarah, akhlak tercela dan perbuatan buruk. Jika ia duduk di tempat sepi dan mengosongkan dirinya dari dari aktifitas indera, kemudian membuka mata hati dan pendengarannya, menjalankan fungsi hatinya sebagai bagian dari alam malakut, terus menerus menyebut kalimat Allah, Allah, Allah, dengan hatinya dan dengan tidak dengan lidahnya sampai ia tak mendapatkan informasi dari dirinya dan alam sekitarnya sedikitpun, dan yang ia lihat hanyalah Allah, maka kekuatan itu akan terbuka, apa yang ia lihat disaat tidur, ia bisa lakukan pada saat sadar, yang tampak adalah ruh para malaikat dan para nabi, gambar-gambar bagus yang indah dan mulia, saat itu tersingkaplah kerajaan langit dan bumi. Ia bisa lihat semua yang tak bisa dijelaskan dan tak bisa digambarkan, sebagaimana sabda Rasul Saw:

“Dibentangkan padaku bumi, seketika kulihat ujung barat dan timur.

Allah Swt menjelaskan:

“Dan demikianlah Kami perlihatkan pada Ibrahim tanda-tanda keagungan Kami (yang terdapat) di langit dan bumi.” (Q.S. al-An’am [6]: 75).

Karena semua ilmu para nabi melalui jalan ini dan bukan melalui jalan indera, seperti ditegaskan Allah Swt:

“Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (Q.S. al-Muzammil [73]: 8).

Artinya terputus dari segala sesuatu, penyucian diri dari segalanya dan terus memohon kesempurnaan pada-Nya, ini adalah jalan (tariq) kaum sufi zaman ini. Sedang cara pengajaran, adalah jalan (tariq) para ulama. Semua ini dirangkum dari jalan kenabian. Begitu juga ilmu para auliya’, sebab ilmu itu tertanam dalam hati mereka tanpa melalui perantara, yaitu dari Hadirat Ilahi sebagaimana firman-Nya:

“Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya di antara ilmu-ilmu dari sisi Kami.” (Q.S. al-Kahfi [18]: 65).

Jalan ini tidak akan dipahami tanpa melalui latihan, dan jika tak dihasilkan dengan rasa, maka ia pun tak bisa dihasilkan melalui pengajaran. Yang seharusnya dilakukan adalah mempercayainya hingga kita bisa mendapatkan kebahagiaan mereka, dan ini adalah sebagian keajaiban hati. Siapa yang tak melihat, ia tidak akan mempercayainya, seperti firman-Nya:

“Yang sebenarnya mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna, padahal belum datang kepada mereka penjelasannya.” (Q.S. Yunus [10]: 39), dan firman-Nya:

“Dan ketika mereka tidak mendapat petunjuk dengannya (Alqur’an) maka mereka berkata:

“Ini adalah dusta yang lama.” (Q.S. al-Ahqaf [46]: 11).


MANUSIA BERHAK ATAS RAHASIA KETUHANAN

Jangan Anda mengira semua ini khusus untuk para nabi dan para wali saja, sebab esensi anak Adam dari asal penciptaannya memang untuk tujuan ini, seperti unsur besi agar dibuat cermin yang bisa digunakan untuk melihat gambaran alam, kecuali yang berkarat dan membutuhkan penyepuhan, atau besi kering yang membutuhkan pengecatan sebab sewaktu-waktu bisa patah. Demikian juga hati, jika nafsu dan kemaksiatan mendominasinya, maka ia tidak akan mencapai derajat ini. Hal ini sebagaimana yang disabdakan Rasul Saw:

“Semua yang terlahir berada dalam fitrah (esensi) Islam.”,

Allah berfirman:

“Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Anda Tuhan kami).” (Q.S. al-A’raf [7]: 172).

Begitupun anak Adam, fitrahnya adalah mempercayai akan ketuhanan Allah, seperti dalam firman-Nya:

“Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” (Q.S. ar-Rum [30]: 30).

Para nabi dan para wali adalah anak Adam, Allah berfirman:

“Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu.” (Q.S. Fussilat [41]: 6).

Setiap yang menanam pasti memetik, siapa saja yang berjalan, pasti sampai, siapa yang memohon, pasti akan mendapatkan. Permohonan tidak akan berhasil tanpa mujahadah – permintaan orang yang telah renta dan arif telah melalui jalan ini – jika dua hal ini berlaku pada seseorang, maka Allah telah berkehendak menganugerahinya kebahagiaan dengan hukum azali hingga ia mencapai derajat ini.


NIKMAT DAN KEBAHAGIAAN MANUSIA TERLETAK PADA MA’RIFAH ALLAH

Ketahuilah ! bahwa segala sesuatu memiliki rasa bahagia, nikmat dan kepuasan. Rasa nikmat akan diperoleh apabila ia melakukan semua yang diperintahkan oleh tabiatnya. Tabiat segala sesuatu adalah semua yang tercipta untuknya. Kenikmatan mata pada gambar-gambar indah, kenikmatan telinga pada bunyi-bunyi yang merdu, dan demikian semua anggota badan. Kenikmatan hati hanya dirasakan ketika mengetahui Allah (ma’rifah Allah), sebab ia diciptakan untuk melakukan hal itu. Semua yang tidak diketahui manusia, tatkala ia mengetahuinya maka ia akan berbahagia, seperti permainan catur, ketika mengetahuinya ia pun senang, jika ia dijauhkan dari permainan itu, maka ia takkan meninggalkannya dan tak akan sabar untuk kembali memainkannya. Begitu juga mereka yang telah sampai pada ma’rifah Allah, pun merasa senang dan tak sabar untuk menyaksikan-Nya, sebab kenikmatan hati adalah makrifat, setiap kali makrifat bertambah besar, maka nikmatpun bertambah besar pula.

Karenanya, ketika manusia mengetahui sang menteri, maka ia akan senang, lebih-lebih jika tahu sang raja, maka kebahagiaannya tentu lebih besar lagi.

Tak ada satu keberadaan pun di alam ini yang lebih mulia dari Allah Swt, sebab kemuliaan yang dimiliki, semua oleh sebab-Nya dan dari-Nya, semua keajaiban alam adalah karya-Nya, tak ada pengetahuan (ma’rifah)


ALAM DAN SARIPATI MANUSIA

Ketahuilah ! bahwa jika anak Adam disarikan dari alam, padanya terdapat segala gambaran alam yang masih bisa kita temukan akarnya, sebab tulang-belulang ini seperti pegunungan, dagingnya seperti debu, bulu-bulunya bagaikan tumbuhan, kepalanya bagaikan langit, inderanya seperti bintang, penjelasan mengenai hal ini sangatlah panjang. Demikian bagian dalamnya pun menyimpan gambaran alam, sebab fungsi pencernaan yang ada dalam lambung mirip dengan seorang ahli masak. Kekuatan yang ada pada limpa sama dengan pembuat roti, kekuatan pada usus bagaikan tukang cukur, kekuatan yang memutihkan susu dan memerahkan darah bagaikan tukang sepuh, penjelasan mengenai hal ini cukup panjang, yang penting adalah hendaknya kamu mengetahui berapa banyak alam yang tersimpan bersamamu, yang terus sibuk melayanimu, sedang Anda malah mengabaikannya, dan mereka takpernah beristirahat, Anda bahkan tak mengenalnya dan tak bersyukur pada-Nya yang telah menganugerahkan semua itu untukmu.


KOMPOSISI JASAD BADAN DAN MANFAAT-MANFAAT ANGGOTA TUBUH

Ilmu ini sangatlah agung, kebanyakan manusia mengabaikannya, demikian juga ilmu kedokteran. Setiap mereka yang ingin melihat dirinya dan keajaiban karya Allah Swt dalam dirinya, membutuhkan minimal tiga sifat dari sfat-sifat ketuhanan.

Pertama, hendaknya mengethui bahwa yang menciptakan seseorang juga mampu membawanya pada kesempurnaan dan bukan pada sebaliknya, Ia adalah Allah Swt. Tak satu pun perbuatan di dunia yang lebih ajaib dari penciptaan manusia yang berasal dari air hina dan pembentukan fisik dengan bentuk yang sangat menakjubkan, sebagaimana firman-Nya:

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur.” (Q.S. al-Insan [76]: 2).

Maka untuk mengembalikannya setelah mati adalah lebih mudah lagi, sebab pengulangan selamanya lebih mudah daripada permulaan.

Kedua, pengetahuan tentang ilmu Allah Swt bahwa ia mencakup segala sesuatu. Sebab keajaiban dan keanehan ini tak mungkin ada kecuali dengan kesempurnaan ilmu.

Ketiga, hendaknya Anda tahu bahwa keramahan-Nya, rahmat-Nya dan perlindungan-Nya mengenai segala sesuatu, tak terbatas di saat Anda melihat tumbuhan, hewan dan kandungan bumi, semua berada dalam keluasan kuasa-Nya, bentuk yang baik dan warna yang indah.


BENTUK MANUSIA MERUPAKAN KUNCI MENGETAHUI SIFAT-SIFAT KETUHANAN DAN TERMASUK ILMU MULIA

Yaitu pengetahuan tentang keajaiban karya-karya Ilahi, pengetahuan tentang keagungan dan kekuasaan Allah Swt, yang merupakan ringkasan (sari) dari pengetahuan hati. Ilmu ini begitu mulia, sebab berbicara tentang karya Ilahi, sebab jiwa bak kuda, akal sebagai penumpangnya dan keduanya terhimpun dalam kalimat penunggang kuda (joki). Siapa yang tak mengenal dirinya dan mengaku mengenal lainnya, maka ia seperti seorang lelaki bangkrut yang tak memiliki makanan sedikitpun untuk dirinya dan mengaku menafkahi orang-orang miskin di kotanya.

Jika Anda mengetahui kemuliaan, kehormatan, kesempurnaan, keindahan dan keagungan setelah Anda menyadari bahwa esensi hati adalah esensi yang paling mulia, yang semua itu telah dianugerahkan kepadamu dan kelak akan ditarik kembali, dan Anda justru tidak memintanya, malah mengabaikannya dan menghilangkannya, maka Anda akan sangat menyesal pada hari kiamat. Berjuanglah untuk mendapatkannya, tinggalkanlah segala kesibukan duniawi! Dan segala kemuliaan yang tidak tampak di dunia, maka di akhirat kelak akan menjadi kebahagiaan, keabadian tanpa kefanaan, kekuasaan tanpa kelemahan, pengetahuan tanpa kebodohan, keindahan sekaligus keagungan.

Sedang hari ini, tak seorang pun yang lebih lemah darinya, sebab ia termiskin dan kekurangan, akan tetapi kemuliaan akan ia alami esok jika ia tancapkan pengetahuan tentang kebahagiaan ini dalam inti hatinya, hingga ia bisa menyelamatkan dirinya dari perumpamaan binatang dan bisa mencapai derajat malaikat.

Jika ia kembali pada nafsu dunia, maka ia lebih memilih menjadi binatang pada hari kiamat, karena sebenarnya ia kembali ke asalnya yaitu tanah. Dan ia pun akan abadi dalam siksa.

Kami berlindung kepada Allah Swt dari semua itu, kami meminta pertolongan-Nya, sebab Ia sebaik-baik Pemelihara dan Penolong, dan rasa syukur ini untuk Alah Swt, Tuhan semesta alam. Semoga keselamatan senantiasa dianugerahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw dan keluarga berikut para sahabatnya.

Berkata Ibnu atTo': akal adalah alat ibadah bukan bukan untuk memulyakan keTuhanan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar