Rabu, 11 April 2012

KEUTAMAAN HATI SUCI

HATI YANG BERSIH PASTI AKAN MENGELUARKAN KATA KATA YANG BERSIH PULA

ISTILAH hati dalam bahasa Arab disebut qalbun, yaitu anggota badan yang letaknya di sebelah kiri dada dan merupakan bagian terpenting bagi pergerakan darah. Dikatakan juga hati sebagai qalb, karena sifatnya yang berubah-ubah. Rasulullah Shallallahu alaihi Wassallam pernah bersabda, Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging yang jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya dan Jika ia buruk, maka buruklah seluruh tubuhnya, ia adalah hati. (Muttafaq alahi).
Menurut Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin nya membagi makna hati menjadi dua.

Makna yang pertama, adalah daging kecil yang terletak di dalam dada sebelah kiri dan di dalamnya terdapat rongga yang berisi darah hitam.
Makna yang kedua, merupakan bisikan halus ketuhanan (rabbaniyah) yang berhubungan langsung dengan hati yang berbentuk daging. Hati inilah yang dapat memahami dan mengenal Allah serta segala hal yang tidak dapat dijangkau angan-angan.

Hati yang Tenang

Hati ibarat cermin. Jika tidak dirawat dan dibersihkan, ia mudah kotor dan berdebu. Karena itu, Ibnul Qoyyim Al Jauziyah pernah mengatkan bahwa hati manusia terbagi dalam 3 kriteria; Qalbun Salim (hati yang sehat), Qalbun Mayyit (hati yang mati) dan Qalbun Maridh (hati yang sakit).

Hati yang sakit (Qalbun Maridh), ia senantiasa dipenuhi penyakit yang bersarang di dalamnya. Di antaranya; Riya, hasrat ingin dipuji, Hasad, dengki, ghibah dan sebagainya. Juga sombong dan tamak.
Orang yang memiliki Qalbun maridh (hati yang sakit) akan sulit menilai secara jujur apapun yang tampak di depannya, Melihat orang sukses, timbul iri dengki, Mendapat kawan beroleh karunia rizki, timbul resah, gelisah, dan ujung-ujungnya menjadi benci

Dihadapkan pada siapapun yang memiliki kelebihan, hatinya akan serta merta menyelidiki bibit-bibit dan kekurangannya, Bila sudah ditemukan hatinya pun akan senang bukan kepalang, Ibarat menemukan barang berharga, ia pun lalu mengumbar dan mengabarkan bibit dan kekurangan orang itu kepada siapa saja, agar kelebihannya menjadi tenggelam, naudzhubillah Sungguh rnalang dan kasihan orang yang kelakuannya seperti ini, hal ini terjadi karena hatinya yang dibiarkan sakit.

Yang lebih parah adalah hati yang mati (Qalbun Mayyit). Hati ini sepenuhnya di bawah kekuasaan hawa nafsu, sehingga ia terhijab dari mengenal Allah Subhanahu Wataala. Hari-harinya adalah hari-hari penuh kesombongan terhadap allah, sama sekali ia tidak mau beribadah kepada-Nya, dia juga tidak mau menjalankan perintah dan apa-apa yang diridhai-Nya. Hati model ini berada dan berjalan bersama hawa nafsu dan keinginan-nya walaupun sebenarya hal itu dibenci dan dimurkai Allah. Ia sudah tak peduli, apakah Allah ridha kepadanya atau tidak? Sungguh, ia telah berhamba kepada selain Allah Bila mencintai sesuatu, ia mencintainya karena hawa nafsunya. Begitu pula apabila ia menolak, mencegah, membenci sesuatu juga karena hawa nafsunya.

Sementara itu, hati yang baik dan sehat disebut Qalbun Salim. Inilah hatinya orang beriman. Hati ini adalah hati yang hidup, bersih, penuh ketaatan dengan cahaya terangnya dan bertenpat di nafsul mutmainnah (jiwa yang tenang).

Dalam al-Quran disebutkan al-salim pada dua tempat. Antara lain QS. Al-Shaffat: 84 yang berbunyi: (ingatlah) ketika dia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang selamat (sehat). Kemudian Q.S Al-Syuara: 87-89, Allah SWT berfirman: Dan janganlah Kau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. (yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.

Ayat pertama merupakan penjelasan mengenai Nabi Ibrahim sebagai golongan pengikut Nabi sebelumnya, yaitu Nabi Nuh yang memiliki hati yang ikhlas dan tidak ada keraguan dalam beriman kepada Allah SWT. Sedangkan pada ayat kedua hati yang bersih dijelaskan dalam tafsir Jalalain karangan Imam Jalaluddin As-Suyuti dan Imam Jalaludin Al-Mahalli berarti hati yang bersih atau selamat dari sifat syirik dan nifaq yang merupakan cerminan dari seorang mukmin.

Sumarkan dan Titik Triwulan Tutik dalam bukunya Misteri Hati (Asrarul Qalb) mengungkapkan bahwa yang dimaksud Qalbun Salim (hati yang sehat) adalah hati yang terbebas dan selamat dari berbagai macam sifat tercela, baik yang berkaitan dengan Allah maupun yang berkaitan dengan sesama manusia dan makhluk Allah di alam semesta ini.

Di antara sifat tercela yang merupakan penyakit hati, jika dihubungkan dengan Allah Subhanahu Wataala seperti syirik dan nifaq sedangkan pada sesama manusia adalah iri, dengki, hasud atau provokasi, fitnah, buruk sangka, serta khianat.

Karenanya, sangat penting bagi kita semua menjaga hari-hari dalam kehidupan kita — baik di lingkungan keluarga serta bermasyarakat– menjaga hati agar tetap selalu konsisten dalam ridho dan petunjuk Allah. Karena seringkali kita melalaikan hal-hal kecil yang tanpa kita sadari telah meroposkan kekuatan hati yang merupakan sumber berprilaku sehingga hati kita sangat sulit untuk menjadi sehat. Maka dari itulah sebagai seorang Muslim kita dianjurkan untuk selalu berdoa di dalam shalat agar diberi ketetapan hati pada agama yang lurus (Islam).

Kata Nabi, sesungguhnya hati itu berkarat sebagaimana besi berkarat. Cara membersihkannya adalah dengan mengingat Allah [dzikrullah]
Qalbu berkarat karena dua hal yaitu lalai dan dosa. Dan pembersihnya-pun dengan dua hal yaitu istighfar dan dzikrullah. [HR.Ibnu Abid dun ya Al-Baihaqi]. Wallahu alam.*

Hati yang Bersih

Setiap orang yang beriman senantiasa berusaha membersihkan hatinya :) . Sebab kebersihan hati merupakan pangkal dari segala kebersihan diri. Dari kebersihan diri (salaamatul qulub) akan muncullah kebersihan kata dan ucapan (salaamatul lisan), kebersihan akal dan pemikiran (salaamatul uqul) serta kebersihan perilaku (salaamatul amal)

Sabda junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW: Ingatlah bahwa dalam jasad itu ada sekerat daging, jika ia baik, baiklah jasad seluruhnya, dan jika ia rusak, maka rusaklah jasadnya seluruhnya. Ingatlah, ia adalah hati (al qolbu).(Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim).

Jadi, jika kita ibaratkan bahwa seluruh jasad atau diri kita adalah sebuah mobil, maka hati merupakan mesinnya. Jika mesinnya tokcer, maka niscaya mobil tersebut akan berfungsi dengan baik. Tapi jika mesinnya rusak, maka mobil tersebut tidak ada gunanya sama sekali betapapun indahnya body mobil tersebut, atau lengkapnya interior dengan segala aksesorisnya.

Demikian pula dengan kehidupan kita di dunia ini. Tujuan utama hidup bukanlah agar kita dapat berbangga-bangga dengan banyaknya harta, kekayaan, pangkat, jabatan, serta kekuasaan. Atau banyaknya harta, kekayaan, pangkat, jabatan atau kekuasaan. Atau banyaknya keturunan, pengikut, pasukan serta pendukung kita. Sebab kesemua hal tadi tidak ada gunanya bagi kita tatkala kita menghadap kehadirat Alloh di hari Pengadilan di Padang Mahsyar kelak. Setiap diri kita masing-masing akan menghadap kehadirat-NYA sendiri-sendiri, tanpa harta maupun keturunan yang dapat menyelamatkan diri kita sedikitpun dari ketetapan azabNYA. Satu-satunya hal yang dapat mempengaruhi keputusan Alloh di saat itu hanyalah kebersihan hati seseorang yang telah dipelihara serta dipertahankannya selama hidup di dunia fana ini.

(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Alloh dengan hati yang bersih.(QS. Asy Syura (26):88-99)

Alloh SWT menyatakan di dalam Al-Quran bahwa kaitannya dengan hati, manusia hanya memiliki tiga pilihan. Pilihan pertama, hati yang beriman. Inilah hati orang-orang beriman yang akan memperoleh kemenangan baik di dunia maupun di akhirat (QS. 2 : 1-5). Kedua, hati yang terkunci mati. Inilah hati orang-orang kafir yang menolak eksistensi Alloh dengan segala konsekuensinya. Dan bagi mereka siksa yang amat berat (QS. 2: 6-7). Ketiga hati yang berpenyakit. Inilah hati orang-orang munafik yang secara lahiriah seolah-olah memperlihatkan keimanan serta keislaman dirinya, padahal secara batiniah mereka menentang Alloh dan RasulNYA dan orang-orang yang tersesat tanpa tujuan hidup yang jelas (QS. 2: 8-20).

Kelompok pertama ibarat mobil yang tok-cer dan dapat menghantarkan penumpangnya sampai dengan aman dan selamat sampai ke akhir perjalanan. Kelompok kedua ibarat mobil yang diparkir, tidak bergerak sedikitpun. Tetapi penumpangnya merasa yakin bahwa ia akan sampai ke tujuan dengan mobil tersebut. Suatu hal yang mustahil. Kelompok ketiga ibarat mobil yang sering mogok di tengah jalan sehingga menyebabkan si penumpang seringkali merasa kesal dan tidak sabar. Tetapi untuk pindah mobil ia tidak ingin, sebab kecintaannya sudah sedemikian dalamnya terhadap mobil yang brengsek itu. Akibatnya mobil tadi menjadi beban saja baginya sementara tujuan perjalanan tidak tercapai.

Hati yang beriman ialah hati yang selalu bersih. Bagaimana cara kita menumbuhkan dan memelihara kebersihan hati? yang jelas tidak pakai sabun colek ya :)

Ada tiga syarat utama :
  1. Selalu mengharapkan rahmat Alloh.
  2. Betapapun beratnya penderitaan hidup dunia, mereka selalu optimis. Mereka tidak menyesal sehingga pesimis dan menghadapi jalan buntu. Frustasi lantas mengambil jalan pintas dengan jalan bunuh diri. Mereka yakin sangat bahwa hidup di dunia ini penuh perjuangan dan menuntut pengorbanan serta kesabaran. Sebab hanya orang kafir sajalah yang berputus-asa dari rahmat Alloh. dan jangan kamu berputus-asa dari rahmat Alloh. Sesungguhnya tiada berputus-asadari rahmat Alloh, melainkan kaum yang kafir.(QS. 12: 87)
  3. Optimisme orang yang berhati bersih merupakan optimisme yang optimas. Optimisme yang tidak hanya sebatas masa depan atau hari tua di dunia. Melainkan optimisme yang melampaui hari tuanya, bahkan melampaui masa setelah ia tiada di alam fana, bahkan sampai melampaui masa. 
Berlakunya kehancuran total dunia ini. Yakni optimisme yang jangkauannya sampai ke hari akhir. Mereka tidak sekedar mengharapkan jaminan masa tua, berupa BTN atau Perumnas. Melainkan harapan akan jaminan di dunia fana sebagai pekerjaan dan hamba Alloh yang gigih bekerja mengharapkan gaji yang secukupnya. Mengharapkan kebahagiaan di akhirat berupa perumin (perumahan muminin)!. Untuk itulah mereka senantiasa meniti jalan satu-satunya demi memperoleh rahmatNYA, yaitu jalan yang penuh ketaatan.

Dan taatilah Alloh dan Rasul supaya kami diberi nikmat.(QS. 3: 132).

Takut akan siksa Alloh

Semakin takut seseorang akan siksa Alloh, maka semakin berani ia menghadapi berbagai resiko karena ketaatannya di jalan Alloh. (yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Alloh. Mereka takut kepadaNYA, dan mereka tiada merasa takut kepada seseorangpun selain kepada Alloh.(33:39).
Sebaliknya, semakin berani seseorang merubah-rubah aturan Alloh, menyatakan yang halal itu haram dan yang haram itu halal, maka akan semakin takut ia menghadapi berbagai resiko karena tidak mengikuti perintahNYA dan menjauhi laranganNYA.

Akan kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut disebabkan mereka mempersekutukan Alloh dengan sesuatu yang Alloh sendiri tidak menurunkan keterangan tentang hal itu. (3:151).
Cinta yang amat sangat kepada Alloh.

Dan diantara manusia ada yang tidak menyembah tandingan-tandingan selain Alloh;mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Alloh. Adapun orang-orang yang beriman amat-sangat cintaNYA kepada Alloh.(2:165).

Salah satu tanda bahwa seseorang dapat merasakan lezatnya iman yaitu manakala cintanya kepada Alloh dan RasulNYA melebihi cintanya kepada selain selain kedua pihak tersebut. Kriteria cinta ada tiga :
  1. Mencintai segala apa yang dicintai oleh pihak yang kita cintai. termasuk melaksanakan apa yang diperintahkan
  2. Membenci segala apa yang dibenci oleh pihak yang kita cintai. termasuk menjauhi apa yang dilarang
  3. Siap menghadapi segala resiko dan tantangan demi mengejar cinta dari pihak yang kita cintai
Kembali kefitrah bersih hati bersih- ingkungani

Ungkapan Annadzhafatu Minal Iman atau Kebersihan Sebagian dari Iman merupakan mutiara kata mulia yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Dari ungkapan itu terkandung makna bahwa menjaga kebersihan merupakan bukti atau buah keimanan seorang muslim.

Kebersihan merupakan sesuatu yang dicintai Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam hadist yang di riwayatkan oleh Tarmizi RA, Sesungguhnya Allah Taala adalah baik dan mencintai kebaikan, bersih dan mencintai kebersihan, mulia dan mencintai kemuliaan, dermawan dan mencintai kedermawanan, maka bersihkanlah halaman rumahmu dan janganlah kamu menyerupai orang Yahudi. HR. Tarmizi RA

Kandungan hadist diatas menyatakan perintah untuk menjaga kebersihan karena Allah mencintai kebersihan. Untuk mendapatkan cinta Allah upayakan untuk selalu bersih. Bersih diri, bersih hati.
Adapun yang perlu dijaga kebersihannya meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Bersihkan Diri

Kebersihan dimulai dari diri sendiri. Jika hendak menghadap Allah dalam Shalat, kita diharuskan dalam keadaan suci dan bersih. Bersih diri, pakaian dan tempat. Aktifitas menjaga kebersihan diri diwajibkan dalam syariat, sebagaimana diungkapkan dalam Hadist Ath-thahuuru syatrul iiman yang artinya Bersuci/Thaharah itu sebagai dari iman.

Suci (Thahir) adalah keadaan tanpa najis/hadas, baik besar maupun kecil pada badan, pakaian, tempat, air dan sebagainya. Sedangkan bersuci merupakan aktifitas seseorang untuk mencapai kondisi suci, seperti berwudhu, tayyamum dan mandi junub.
Selain menjaga kebersihan diri, menjaga kebersihan pakaian yang melindungi diri juga harus diperhatikan, seperti firman Allah yang artinya :
  • Hai orang yang berkemul (berselimut), 
  • Bangunlah, lalu berilah peringatan! 
  • Tuhanmu agungkanlah! 
  • Pakaianmu bersihkanlah, 
  • Perbuatan dosa tinggalkanlah, (QS [74] : 1- 5)
2. Bersihkan Lingkungan

Kebersihan lingkungan erat kaitanya dengan masalah kesehatan. Lingkungan yang bersih adalah lingkungan yang sehat. Kelalaian dalam menjaga kebersihan lingkungan merupakan awal dari mewabahnya berbagai penyakit. Banyak wabah penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang kotor.

Menjaga kebersihan lingkungan dimulai dari kebiasaan membuang sampah pada tempatnya, sebagimana ajaran mulia yang menyetarakan membuang sampah dengan sedekah, Watumithul adza minathariqi shadaqah yang artinya Memungut duri/sampah dijalan termasuk sedekah.

Perintah membersihkan lingkungan, tempat tinggal dan tempat ibadah secara tersirat diperintahkan pada Nabi Ibrahim untuk selalu menjaga kebersihan Baitullah tempat beribadah, rumah Allah. Hendaklah perintah ini ditauladani juga bagi segenap muslim dalam menjaga kebersihan lingkungan.

3. Bersihkan Hati

Bersihkan hati dengan ikhlas. Makna ikhlas adalah menjernihkan dan membersihkan hati dari segala sesuatu yang mengotorinya. Ikhlas adalah segala kecenderungan pada Allah, menjadikan keridhaan Allah sebagai alasan mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan.

Berikut ini beberapa firman Allah mengenai hakikat ikhlas; 
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS [98] : 5)
Maka sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).. (QS [39] : 2 3)

4. Bersihkan Harta

Tazzkiyah, mensucikan harta dengan Zakat.
Zakat (Pajak dalam Islam) adalah rukun ketiga dari rukun Islam. Secara harfiah Zakat berarti Tumbuh, Berkembang, Menyucikan atau Membersihkan. Sedangkan secara terminologi syariah, Zakat merujuk pada aktivitas memberikan sebagian kekayaan dalam jumlah dan perhitungan tertentu untuk orang-orang tertentu sebagaimana ditentukan.
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia. Perintah menunaikan zakat yang terdapat dalam Al-Quran diantaranya sebagaimana ayat berikut ini;
dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku. (QS [2] : 43)
Zakat merupakan sarana membersihkan harta yang kita miliki karena sesungguhnya di sebahagian harta itu terdapat hak orang lain yang dititipkan melalui rezki yang kita peroleh. Dengan mengeluarkan zakat, harta menjadi bersih dan pemanfaatannya akan memberikan berkah yang lebih baik.

Demikianlah Islam agama yang lurus dan terang memberi tuntunan pada umatnya. Untuk selalu menjaga kebersihan, memahami maknanya, mengagungkannya, menjadikannya kebiasaan hidup, karena sesungguhnya Allah itu bersih dan mencintai kebersihan. Amat mudah menggapai cinta-Nya, bersihkan diri, bersihkan lingkungan, bersihkan hati dan bersihkan harta. Rasakan betapa dekatnya Yang Maha Agung, lebih dekat dari pada detak jantung. Rasakan kehangatan dekapan-Nya, lebih hangat dari pada aliran darah. Subhanallah, Maha Suci Allah, jadikanlah kami orang-orang yang bersih.

Agar Hati Bersih

Akhir-akhir ini saya banyak membaca buku sufi, ternyata saya baru tahu bahwa penyucian hati atau tazkiyatun-nufus merupakan perkara besar dalam Islam. Apalah artinya beramal saleh, jika hati kita masih kotor, penuh dengan sifat-sifat buruk? Semua amalan bisa rusak seketika, bahkan bisa hilang tanpa bekas, jika ternyata masih ada riya dalam diri.

Melalui rubrik ini, saya ingin bertanya kepada Ustadz tentang indikasi hati yang bersih, mudah-mudahan dengan jawaban tersebut saya bisa mengoreksi sejauh mana kondisi hati saya saat ini. Terima kasih atas jawaban Ustadz.

Amal saleh. 

Menurut kami, amal saleh itu adalah perbuatan baik yang dilakukan oleh orang yang baik karena niat dan motivasi yang baik dan benar. Suatu perbuatan yang tidak dilandasi oleh niat dan landasan akidah yang benar, menurut kami bukan termasuk amal saleh. Dengan pengertian seperti ini, maka amal saleh itu tetap berguna kapan dan di manapun juga. Tidak ada amal saleh yang sia-sia.

Tentang hati, Imam Al-Ghazali membagi menjadi tiga jenis, yaitu: hati yang mati, hati yang sakit, dan hati yang sehat. Hati sakit adalah hatinya orang-orang kafir yang telah menutup diri dari kebenaran. Satu-satunya cara menghidupkan hati yang mati adalah dengan membuka tutup yang selama ini telah menutupi dan melindunginya dari hidayah.

Hati yang sakit adalah hatinya orang-orang mukmin yang terserang satu atau lebih penyakit jiwa, seperti hasad, riya, ujub, dan takabbur. Penyakit hati itu bisa disembuhkan dengan Tazkiyatun-nufus, membersihkan hati. Setiap Muslim wajib mendiagnosa penyakit hatinya, kemudian dengan sungguh-sungguh mengobatinya agar hatinya sehat dan selamat.

Hati yang sehat adalah hatinya orang beriman yang lapang dan terbebas dari segala bentuk penyakit hati. Orang-orang yang hatinya sehat merasakan kelapangan dan kemudahan hidup. Hatinya tenang karena menerima qadha dan qadar Allah Subhanahu wa Taala. Terhindar dari rakus dan iri hati. Jauh dari rendah diri dan tinggi hati. Sebaliknya, mereka tampak tawadhu dan optimis. Selalu bahagia, tidak mengeluh. Selalu bersikap positif, tidak curiga, dan buruk sangka, terutama kepada Allah. Senantiasa bersyukur menghadapi nikmat dan bersabar ketika mendapati musibah.

Hati yang sehat adalah hati yang bebas dari noda syirik hingga sekecil kecilnya dan seremeh-remehnya. Berserah diri kepada-Nya dengan segenap keyakinannya. Mengimani ke-Ilahiyan- Nya beserta nama-nama dan sifat-sifat- Nya.

Hati yang sehat adalah hati orang beriman yang beribadah kepada Allah dengan sukarela, rasa cinta, tawakkal, khusyu, khudhu (merendah), dan raja (penuh harap), sambil mengikhlaskan amalnya semata-mata karena Allah Taala.

Hati yang sehat adalah hati yang menerima perintah dan larangan Allah dengan penuh ketundukan dan keridhaan. Bila disebut nama Allah, maka bergetarlah hatinya. Bila dibaca ayat-ayat Allah, maka bertambahlah imannya.

Hanya orang-orang yang hatinya sehat saja yang nantinya bakal dipanggil Allah masuk ke dalam golongan hamba-hamba- Nya, dan masuk ke dalam surga-Nya:
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba- Ku, Masuklah ke dalam surga-Ku. (Al-Fajr [89]: 27 30)

Hanya dengan hati yang sehat saja, kita akan selamat menempuh perjalanan akhirat menuju Allah. Ketika harta, keluarga, dan kolega tidak ada manfaat dan gunanya, maka hati yang sehat saja yang nanti akan berguna. Allah berfirman: Yaitu di hari harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah denagn hati yang sehat (Qalbun Salim) (Asyuara [26]: 88 89).

Kata Hati

Kata hati merupakan fitrah yang dimiliki setiap manusia untuk mengikuti dan menjalankannya selama hidup ini. Karena kata hati itu adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt untuk diturunkan kepada hati manusia agar mereka menjalani hidup tidak dengan kebathilan melainkan kesejukan dan kemuliaan semata. 

Karena kata hati yang pada dasarnya telah kita ketahui keberadaannya ini jika mau mengikuti arahannya maka akan senantiasa membawa kita pada keberuntungan dan kebahagiaan baik selama hidup didunia maupun setelahnya nanti. Maka dari itu wahai saudaraku, mari mulai kini kau derapkan langkahmu pada tuntunan yang telah diberikan Allah itu guna mendapatkan ridho-Nya kelak. Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka barangsiapa melihat (kebenaran itu)[16], maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara(mu). (QS. Al Anaam [6] ayat 104).
PENGENDALIAN DIRI

Suatu hari, ada seorang laki-laki yang mencaci-maki Abu Bakar ash-Shiddiq RA, sahabat dan mertua Rasulullah SAW. Saat itu Rasulullah SAW. sedang duduk berada di sisinya. Melihat caciantersebut, Rasulullah SAW. heran dan diam saja. Tak tahan olehcacian itu, Abu Bakar RA segera membalasnya. Melihat hal itu, Rasulullah SAW. menjadi marah dan berdiri menghadapi Abu Bakar RA. Abu Bakar RA membela diri, Wahai Rasulullah, dia mencaci-maki diriku, sementara Anda duduk di sampingku, mengapa Andamarah dan menghadapiku saat aku handak membalas caci-makinya. Rasulullah SAW. menjawab,Sesungguhnya ada satumalaikat yang hendak membalasnya. Namun, ketika kamu hendak membalas cacimakinya, ada syetan yang datang. Aku sekali-kalitidak akan pernah duduk bersama syetan (Ibnu Hamzah al- Husayni, t.t. : I: 259-260).

HATI yang BERSIH

Al-Quran yang Suci untuk hati yang bersih

Ketika membaca atau menghafal al-Qur’an, bagaimana suasana hati anda? Jika anda merasa tenang, nyaman dan bersemangat setelah mempelajarinya, maka berbahagialah dengan kondisi itu. Saat itu hati dan jiwa anda sedang mendapatkan sebuah kelembuatan dari Allah yang Maha Kuasa dan pemilik kitab suci al-Qur’an ini.

Membuka Mata Hati

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran :
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi) neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah) mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS Al-Araf 179)
Assalamu’alaykum warohmatullohi wabarokatuh.
Berikut merupakan 20 penyakit hati terhadap Allah
1. Tidak KHUSYUK beribadah
2. LALAI dari mengingati Allah
3. Tidak YAKIN kepada Allah
4. Tidak IKHLAS dengan Allah
5. Tidak TAKUT pada ANCAMAN Allah
6. Tidak HARAP pada RAHMAT Allah
7. Tidak REDHA akan TAKDIR Allah
8. Tidak PUAS dengan PEMBERIAN Allah
9. Tidak SABAR atas UJIAN Allah
10. Tidak BERSYUKUR atas NIKMAT Allah
11. Tidak TERASA hebatnya Allah
12. Tidak RINDU dan CINTA pada Allah
13. Tidak TAWAKAL kepada Allah
14. Tidak RINDU pada SYURGA
15. Tidak TAKUT pada NERAKA
16. GILA pada DUNIA
17. BUANG MASA dengan sia-sia
18. TAKUT pada orang atau makhluk lain selain Allah
19. RIAK dan TAKBUR
20. GILA pujian dan kemasyuran
Semoga kita dapat elakkan perkara2 tersebut dan cuba untuk memperbaiki iman kita.. :)

BAGAIMANA MELEMBUTKAN HATI
  1. Siapakah yang memperkenankan (rasa) kekhusyuan dan kesadaran hati untuk kembali kepada Rabbnya?
  2. Siapakah yang sekiranya Ia berkehendak membalikkan hati ini, sehingga menjadi yang paling lembut untuk mengingat Allah Azza wa Jalla, dan paling khusyuk saat mentadabburi ayat-ayat dan keangungan-Nya?
  3. Siapakah Dia? Maha suci Ia yang tiada Ilah Ilah (tuhan yang haq untuk disembah) melainkan Dia (semata).
Faktor terpenting yang menjadikan hati lembut terhadap Allah Azza wa Jalla dan luluh dari rasa ketakutan yang timbul karena mengenal Allah Tabaraka wa Taala, dimana seorang hamba telah yang mengenal Rabbnya.

Cara Mensucikan Hati

Tiada satu hati pun kecuali memiliki awan seperti awan menutupi bulan. Walaupun bulan bercahaya, tetapi karena hatinya ditutup oleh awan, ia menjadi gelap. Ketika awannya menyingkir, ia pun kembali bersinar. (HR. Bukhari dan Muslim)

MENSUCIKAN HATI

Usaha mensucikan hati bertujuan untuk mencapai kedekatan diri kepada Allah sedekat-dekatnya. karena Allah Maha Suci maka harus didekati dengan kesucian. karenanya, hanya makhluk-makhluk Allah yang suci sajalah yang bisa dekat dengan yang Maha Suci.
Mensucikan hati artinya menghilangkan semua kotoran yang ada didalam hati. Antara lain : kekufuran, kemusyrikan, kamunafikan, kefasikan dan dosa-dosa lahir maupun batin.

MELEMBUTKAN HATI

Allah taala berfiman (yang artinya), Belumkah tiba saatnya bagi orang-orang yang beriman untuk secara khusyu mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang diwahyukan kepada mereka dan janganlah mereka berlaku seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik. (QS. Al-Hadid : 16).

Doa Melembutkan Hati
Wahai Tuhan yang Maha Pelembut. Allah Maha Lembut terhadap hamba-hambanya; Dia memberi rezeki kepada sesiapa yang Dikehendakinya dan Dialah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa (Asy Syuura ayat 19 (42) .
DOA untuk melembutkan hati berdasarkan Al-Quran & hadist RasulAllah Saw (as-Sunnah).

Ya ALLAH, aku mohon kepada-MU teguh dalam segala urusan dan ketetapan dalam hati di atas petunjuk. Kami mohon kepada-MU hati yang bersih dan lidah yang jujur. Kami mohon kepada-MU kebajikan yang ENGKAU ketahui,. Kami berlindung kepada-MU dari kejahatan yang ENGKAU ketahui dan kami mohon ampun kepada-MU terhadap apa yang ENGKAU ketahui, sesungguhnya ENGKAU mengetahui hal-hal yang ghaib. Ya ALLAH, ENGKAU yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami di atas agama-MU. Ya ALLAH, ENGKAU yang mengubah-ubah hati, ubahlah hati kami atas ketaatan kepada-MU. (HR.Muslim)

Cara Menguatkan Iman dan Melembutkan Hati

Bagaimana seseorang mampu menjadikan imannya kuat padahal ia tidak terpengaruh oleh ayat-ayat Al-Quran yang dibacanya kecuali sedikit ?

Diantara sebab-sebab manusia menjadi bersifat keras kepala adalah karena glamournya kehidupan dunia masa kini dan terfitnah oleh keglamouran ini serta banyaknya kesulitan-kesulitan hidup di dunia. Oleh karena itu, Anda menemukan orang-orang kecil yang tidak memiliki akses kepadanya, mereka justru menjadi orang yang khusyu dan lebih banyak menangis daripada orang-orang yang terpandang. Hal ini dapat kita saksikan dan kalian pun dapat menyaksikan orang seperti ini sekarang di lantai-lantai Masjidil Haram.

Imam asy-Syaukani berkata, “Harta dan kerabat tidak bisa memberikan manfaat kepada seseorang pada hari kiamat. Yang bisa memberikan manfaat kepadanya hanyalah hati yang selamat. Dan hati yang selamat dan sehat adalah hati seorang mukmin yang sejati.”

Ayat-Ayat yang Lain

1. Allah berfirman,
“(Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.” (QS. ash-Shaffat: 84)
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata di dalam tafsirnya, “Yakni dia datang menghadap Allah dengan membawa hati yang selamat dari kesyirikan, syubhat-syubhat, dan syahwat-syahwat yang bisa menghalanginya dari mengetahui kebenaran dan mengamalkannya. Apabila hati seorang hamba telah selamat dari hal-hal di atas, maka hati tersebut akan terhindar dari segala keburukan-keburukan, dan sebaliknya hati tersebut akan memunculkan kebaikan-kebaikan. Dan di antara bentuk keselamatan hati adalah bahwa ia selamat dari perbuatan menipu daya manusia, serta selamat dari hasad dan dari berbagai bentuk akhlak yang tercela.”

2. Allah berfirman,
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, ‘Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan ada kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyanyang.’” (QS. al-Hasyr: 10)
Imam asy-Syaukani berkata tentang ayat di atas yang maknanya bahwa yang dimaksud orang-orang yang datang setelah para sahabat adalah semua orang yang mengikuti mereka sampai hari kiamat. Dalam ayat ini Allah memerintahkan mereka untuk memohon ampunan untuk diri mereka sendiri dan juga untuk para pendahulu mereka yang telah mendahului mereka dalam beriman. Allah juga memerintahkan mereka untuk berdoa kepada-Nya agar dihilangkan dari hati mereka perasaan ghill, yaitu rasa dendam, dongkol, dan dengki terhadap kaum mukminin -dan tentunya yang menduduki peringkat utama dalam golongan kaum mukminin adalah para sahabat karena merekalah generasi paling mulia dari umat ini.

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata, “Doa ini berlaku secara umum untuk semua kaum mukminin baik dari kalangan sahabat atau umat sebelum sahabat atau generasi-generasi setelah sahabat. Dan ini termasuk di antara keutamaan-keutamaan iman, yaitu bahwa kaum mukminin itu saling memberi manfaat satu sama lain, saling mendoakan satu sama lain. Semua itu karena adanya kebersamaan dalam keimanan yang berimplikasi adanya ikatan ukhuwwah antar mukmin, yang di antara cabangnya adalah saling mendoakan dan saling mencintai antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, Allah menyebutkan dalam doa tersebut permintaan dihilangkannya rasa ghill dari hati mereka, sedikit ataupun banyak. Apabila sifat ghill tersebut telah hilang dari hati, maka akan muncul sifat yang menjadi lawan dari sifat tersebut, yaitu rasa cinta antara sesama mukmin, saling menolong dan menasehati, serta sifat-sifat terpuji lainnya yang termasuk hak-hak orang mukmin yang harus ditunaikan.”

Hadits-Hadits Rasulullah

  1. Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, beliau berkata, “Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, ‘Siapakah orang yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Setiap orang yang bersih hatinya dan benar ucapannya.’ Para sahabat berkata, ‘Orang yang benar ucapannya telah kami pahami maksudnya. Lantas apakah yang dimaksud dengan orang yang bersih hatinya?’ Rasulullah menjawab, ‘Dia adalah orang yang bertakwa (takut) kepada Allah, yang suci hatinya, tidak ada dosa dan kedurhakaan di dalamnya serta tidak ada pula dendam dan hasad.’” (Dikeluarkan oleh Ibnu Majah 4216 dan Thabarani, dan dishahihkan oleh Imam Albani di dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah)
  2. Diriwayatkan dari an-Nu’man bin Basyir, dia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘… Ketahuilah sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal darah. Apabila dia baik, maka menjadi baik pula semua anggota tubuhnya. Dan apabila rusak, maka menjadi rusak pula semua anggota tubuhnya. Ketahuilah dia itu adalah hati.’” (Muttafaq ‘alaihi)
  3. Diriwayatkan dari Anas bin Malik, beliau berkata, “Suatu ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah. Tiba-tiba beliau berkata, ‘Akan lewat di hadapan kalian saat ini seorang calon penghuni surga.’ Lalu lewatlah seorang pemuda Anshar dalam keadaan dari jenggotnya menetes sisa-sisa air wudhu dan tangan kirinya menenteng sandal. Pada keesokan harinya, Rasulullah bersabda lagi persis sebagaimana sabdanya kemarin, lalu lewatlah pemuda tersebut dengan keadaan persis dengan keadaannya yang kemarin. Dan pada hari yang ketiga Rasulullah mengulang lagi sabdanya seperti sabdanya yang pertama dan pemuda itu pun muncul lagi dengan keadaan seperti keadaannya yang pertama. Maka, ketika Rasulullah beranjak pergi, Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash segera mengikuti pemuda tersebut (ke rumahnya), lalu berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya antara aku dan bapakku telah terjadi perselisihan, maka aku bersumpah tidak akan masuk ke rumahnya selama 3 hari. Jika engkau tidak keberatan, aku ingin menumpang padamu selama 3 hari tersebut.’ Pemuda tersebut berkata, ‘Ya, tidak apa-apa.’” 
lSelanjutnya Anas berkata, “Maka Abdullah menceritakan bahwa selama 3 hari bersama pemuda tersebut, dia tidak melihatnya melakukan qiyamul lail (shalat malam) sedikitpun. Yang dia lakukan hanyalah bertakbir dan berzikir setiap kali dia terjaga dan menggeliat di atas tempat tidurnya sampai dia bangun untuk shalat shubuh. Selain itu, Abdullah berkata, ‘Hanya saja, aku tidak pernah mendengarnya berbicara kecuali yang baik-baik. Setelah 3 hari berlalu dan hampir saja aku meremehkan amalannya, aku berkata kepadanya, ‘Wahai hamba Allah, sebenarnya tidak pernah ada pertengkaran antara aku dengan bapakku, dan tidak pula aku menjauhinya. Sebenarnya, aku hanya mendengar Rasulullah berkata tentang engkau tiga kali, ‘Akan muncul di hadapan kalian saat ini seorang laki-laki calon penghuni surga.’ Dan ternyata engkaulah yang muncul sebanyak 3 kali itu. Karena itu, aku jadi ingin tinggal bersamamu agar aku bisa melihat apa yang engkau lakukan untuk kemudian aku tiru. Akan tetapi, aku tidak melihat engkau melakukan amalan yang besar. Lantas, amalan apa sebenarnya yang bisa menyampaikan engkau kepada kedudukan sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah?’ Orang tersebut berkata, ‘Aku tidak melakukan kecuali apa yang kamu lihat.’ Maka ketika aku telah berpaling (pergi), dia memanggilku dan berkata, ‘Sebenarnyalah aku memang tidak melakukan apa-apa selain yang engkau lihat. Hanya saja, selama ini aku tidak pernah merasa dongkol dan dendam kepada seorang pun dari kaum muslimin, serta tidak pernah menyimpan rasa hasad terhadap seorang pun terhadap kebaikan yang telah Allah berikan kepadanya.’ Maka Abdullah berkata, ‘Inilah amalan yang membuatmu sampai pada derajat tinggi, dan inilah yang tidak mampu kami lakukan.’” (HR. Ahmad)

Perkataan Para Salafl

  1. Abu Dujanah berkata, “Tidak ada sebuah amalan yang paling aku yakini bisa memberi manfaat bagiku di akhirat selain dua perkara. Yang pertama, aku tidak pernah berbuat sesuatu yang tidak bermanfaat bagiku. Dan yang kedua, selamatnya hatiku terhadap kaum muslimin.” (Siyar A ‘lam an-Nubala’ I/243).
  2. Sufyan bin Dinar berkata, “Aku berkata kepada Abu Bisyr -dan dia termasuk di antara murid-murid Ali bin Abu Thalib-, ‘Beri tahu kepadaku amalan-amalan orang-orang sebelum kita.’ Dia berkata, ‘Mereka sedikit beramal tetapi mendapatkan pahala yang banyak.’ Aku berkata, ‘Mengapa bisa demikian?’ Dia berkata, ‘Karena selamatnya (bersihnya) hati mereka.’” (Az-Zuhud II/600).
  3. Al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata, “Tidak akan bisa mengejar kami orang yang mengejar dengan memperbanyak puasa dan shalat, akan tetapi kami hanya bisa dikejar dengan bermurah hati dan selamatnya hati dan memberi nasehat kepada umat.” (Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam I/225).l
  4. Ibnul Qayyim berkata, “Jadi, hati adalah ibarat raja bagi anggota tubuh. Anggota tubuh akan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh hati dan akan menerima semua arahan-arahan hati. Anggota tubuh tidaklah akan melaksanakan sesuatu kecuali yang berasal dari tujuan dan keinginan hati. Jadi, hati tersebut merupakan penanggung jawab mutlak terhadap anggota tubuh karena seorang pemimpin akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Jika demikian adanya, maka upaya memberi perhatian yang besar terhadap hal-hal yang menyehatkan hati dan meluruskannya merupakan upaya yang terpenting, dan memperhatikan penyakit-penyakit hati serta berusaha untuk mengobatinya merupakan ibadah yang paling besar.” (Ighatsah al-Lahfan halaman 5).
Di tempat yang lain beliau berkata, “Jenis hati yang ketiga adalah hati yang sakit, yaitu hati yang hidup namun berpenyakit. Dengan begitu, di dalam hati tersebut terdapat dua unsur, di mana unsur yang pertama terkadang mengalahkan yang kedua dan begitu pula sebaliknya. Sedangkan hati sendiri akan mengikuti yang menang di antara keduanya.
Di dalam hati tersebut terdapat perasaan cinta dan iman kepada Allah, ikhlas dan bertawakkal hanya kepada-Nya. Semua itu merupakan unsur kehidupan hati. Namun, di dalam hati tersebut juga terdapat perasaan cinta kepada syahwat, lebih mementingkan syahwat dan berupaya untuk memperturutkannya, dan terdapat pula rasa hasad, sombong, ujub, dan ambisi untuk menjadi orang yang paling unggul, serta bertindak semena-mena di muka bumi dengan kekuasaan yang dimiliki. Semua itu merupakan unsur yang akan membuat diri hancur dan binasa.”
Beliau juga berkata, “Karena itu, surga tidak bisa dimasuki oleh orang-orang yang berhati kotor, dan tidak pula bisa dimasuki oleh orang yang di hatinya terdapat noda-noda dari kotoran tersebut. Barangsiapa yang berusaha untuk mensucikan hatinya di dunia, lalu menemui Allah (mati) dalam keadaan bersih dari najis-najis hati, maka dia akan memasuki surga tanpa penghalang. Adapun tentang orang yang belum membersihkan hatinya selama di dunia, maka jika najis hati tersebut najis murni -seperti hatinya orang-orang kafir-, maka dia tidak bisa masuk surga sama sekali. Dan jika najis tersebut sekadar noda-noda yang mengotori hati, maka dia akan memasuki surga tersebut setelah dia disucikan di dalam neraka dari najis-najis tersebut.”
5. Ibnu Qudamah berkata, “Dan ketahuilah bahwasanya Allah apabila menghendaki kebaikan pada seseorang, maka dia akan dibuat mengetahui aibnya. Barangsiapa yang mempunyai mata hati yang tajam, maka tidak akan tersembunyi baginya aib-aib dirinya, dan apabila dia telah mengenali aib-aibnya, maka memungkinkan baginya untuk mengobatinya penyakit-penyakit tersebut. Sayangnya, kebanyakan manusia tidak mengenal aib-aib dirinya sendiri. Mereka bisa melihat kotoran yang ada di mata saudaranya, tetapi tidak bisa melihat anak sapi yang ada di matanya sendiri.”

Di tempat yang lain beliau berkata, “Barangsiapa yang mengenal hatinya, maka dia akan mengenal Rabbnya. Sayangnya, kebanyakan manusia tidak mengenali dirinya sendiri. Allah-lah yang menghalangi antara seseorang dengan hatinya, dan penghalang tersebut berupa ketidakmampuan seseorang mengenali hatinya dan terhalangnya dirinya dari mengawasi hatinya, padahal mengenali hati dan sifat-sifatnya adalah merupakan pokok agama.” 

Kita akhiri pembahasan ini dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah: Allohumma aati nafsii taqwaahaa wa zakkihaa anta khoiru man zkkaahaa. Aamiin. “Ya Allah, berikanlah ketakwaan kepada jiwaku dan bersihkanlah ia karena Engkaulah sebaik-baik zat yang bisa membersihkannya.” Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar