Jumat, 06 April 2012

DOA ITU SENJATA MUSLIM

Doa adalah jalan keselamatan, tangga pengantar, sesuatu yang dituntut oleh orang-orang yang berpengetahuan, kendaraan orang-orang shalih, tempat berlindung bagi kaum yang terzalimi dan tertindas.
Melalui doa  nikmat diturunkan dan melaluinya pula murka dihindarkan. Alangkah besar kebutuhan para hamba Allah SWT akan doa. Seorang muslim tidak akan pernah bisa lepas dari kebutuhan akan doa dalam setiap situasi dan kondisinya.

Doa adalah obat yang paling mujarab. Ia ibarat musuh bagi penyakit. Ia senantiasa melawan, menhilangkan atau meringankanya.

Keutamaan Doa

 Doa merupakan salah satu bentuk ibadah, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: ”Doa adalah ibadah” (HR: Tirmizi).
Meninggalkan doa adalah bentuk menyombongkan diri dari menyembah Allah SWT.
“Dan Tuhamnu berfirman: “ berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu, sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku(berdo’a kepada-Ku) akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS: Gafir:60).
Dan doa itu menunjukan tawakal kepada Allah SWT, hal itu dikarenakan orang yang berdo’a dalam kondisi memohon pertolongan kepada-Nya, menyerahkan urusan hanya kepada-nya bukan kepada yang lain-Nya.
Doa juga merupakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan bentuk pemenuhan akan perintah-Nya.
“ Dan Tuhamnu berfirman: “ berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu” (QS. Gafir: 60).
Doa juga merupakan senjata yang kuat yang digunakan seorang muslim dalam mencari kebaikan dan menolak kemadharatan.
“ Barangsiapa diantara kalian telah dibukakan baginya pintu doa, pasti dibukakan pula baginya pintu rahmat, dan tidaklah Allah SWT diminta sesuatu yang Dia berikan lebih Dia senangi dari pada diminta kekuatan, sesungguhnya doa itu bermanfaat baik terhadap apa yang terjadi maupun belum terjadi, maka hendaklah kalian berdoa.” (HR: tirmizi, dihasankan oleh Al-Albani).
Doa adalah senjata yang digunakan para nabi dalam menghadapi situasi-situasi sulit, begitu pun nabi Muhamad saw dalam perang badar, ketika ia melihat jumlah kaum musyrikin sebanyak seribu sedang pasukan islam tiga ratus Sembilan belas, ia segera menghadap kiblat seraya mengangkat kedua tanganya berdoa:
Ya Allah wujudkanlah untuk kami apa yang engkau janjikan, ya Allah berikanlah kepada kami apa yang engakau janjikan, ya Allah jika sekumpulan kaum muslimin ini binasa, maka tidak ada yang akan menyembah engkau di muka bumi ini.” Rasulullah saw terus melantunkan doa seraya membentangkan kedua tanganya menghadap kiblat hingga selempangnya jatuh, maka datanglah Abu Bakar mengambil selempang Rasulullah saw dan meletakanya di atas pundaknya dan menjaganya dari belakang dan berkata: wahai nabi Allah, doa engkau kepada Tuhanmu sudah cukup, karena Dia pasti akan mewujudkan apa yang Dia janjikan untukmu.” (HR: Muslim)
Demikian pula nabi Ayub a.s., ia menggunakan senjata doa ketika mengalami berbagai macam cobaan, terisoler dari manusia, tidak ada lagi yang menyayanginya selain istrinya sendiri, dalam kondisi seperti itu ia tetap bersabar dan mengharap ridho Allah SWT, dan ketika cobaan itu telah berlarut lama, ia berdoa:
“ Dan ingatlah (kisah ayub), ketika ia menyeru Tuhanya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan engaku adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang. Maka kamipun memeperkenankan seruanya itu, lalu kami lenyapkan penyakit yang ada padanya…” ( QS: Al-Anbiya’: 83-84).
Di samping itu doa juga dapat menghilangkan kegelisahan dan kesedihan, menjadikan hati lapang, mempermudah urusan, dalam doa seorang hamba bermunajat kepada Tuhanya, mengakui kelemahan dan ketidak berdayaanya, mengungkapkan rasa butuhnya kepada Pencipta dan Pemiliknya, doa juga sarana untuk menghindari murka Allah SWT.
“ Barangsiapa tidak mau meminta kepada Allah, niscaya Dia akan marah kepadanya” ( HR: Ahmad, Tirmizi, dihasankan Al-Albani).
Alangkah indahnya ungkapan seorang penyair:
Janganlah engkau meminta manusia satu kebutuhan Mintalah kepada yang pintu-Nya tak pernah tertutupAllah marah jika engkau tidak meminta-Nya  Sedang manusia justru marah ketika meminta


Doa juga menjadi senjata bagi orang-orang yang terzalimi, ia dalah tempat berlindung bagi orang-orang lemah yang putus harapan, tertutup segala pintu di hadapanya. Imam Syafi’i mengatakan:
“Apakah engkau meremehkan doa dan memandangnya sepele. Padahal engkau tidak tahu apa yang diperbuat doa. Ia adalah anak panah-anak panah malam yang tak kan meleset. Akan tetapi ia memiliki masa dan masa itu ada penghujungnya.”
Adab Berdoa

1. Membuka doa dengan hamdalah dan pujian bagi Allah SWT dan salawat atas nabi saw.
Sebagaimana hadits fadhalah bin Ubaid: Tatkalah Rasulullah saw duduk, tiba-tiba masuk seorang laki-laki lalu berdoa: “ Allahumaghfirli warhamni.” Maka Rasulullah saw bersabda:
Tatkalah Rasulullah saw duduk, tiba-tiba masuk seorang laki-laki lalu berdoa: “ Allahummaghfirli warhamni.” Maka Rasulullah saw bersabda: “Kamu tergesa-gesa wahai orang yang berdoa, jika kamu berdoa maka duduklah, lalu ucapkan pujian kepada Allah dengan sesuatu yang layak bagi-Nya, dan bersalawatlah kepadaku kemudian berdoalah .” Kemudian ada laki-laki lain berdoa setelah itu, ia mengucapkan pujian kepada Allah dan bersalawat kepada nabi, maka nabi bersabda kepadanya:” Wahai orang yang berdoa, berdoalah engkau niscaya dikabulkan” (HR: Tirmizi, disahihkan Al-Bani).
2. Mengakui dosa

Mengakui dosa menunjukan kesempurnaan ubudiyah kepada Allah SWT, sebagaimana doa Yunus a.s.:
Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “ Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim “. (QS: Al-Anbiya’: 87 ).
3. Bersungguh-sungguh dalam berdoa dan berketetapan hati dalam meminta.
 “ Jika salah seorang dari kalian berdoa, maka hendaknya berketetapan hati dalam meminta, dan janganlah mengatakan: Ya Allah jika engkau mau berilah aku,karena sesungguhnya tidak ada yang bisa memaksa Allah.” ( HR: Bukhari Muslim).
4. Berwudhu, menghadap kiblat dan mengangkat tangan ketika berdoa

Hal itu akan lebih mendatangkan kekhusu’an dan kejujuran dalam menghadap. Abu Abdillah bin Zaed mengatakan: 
“ Nabi saw keluar ke tempat salat untuk minta hujan, lalu beliau berdoa dan meminta hujan, kemudian menghadap kiblat dan membalik selempangnya.”
Sebagaimana hadits Abu Musa Al-Asy’ari, tatkala Rasulullah saw selesai dari perang hunain – Abu Musa mengatakan: Beliau meminta air lalu berwudhu, kemudian mengangkat kedua tanganya seraya berdoa
:” Ya Allah ampunilah Ubaid bin Amir.” Dan aku melihat putih ketiaknya. ( HR: Bukhari Muslim).
5. Merendahkan suara dalam berdoa
 “ Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendah diri dan suara yang lembut, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas ” ( Al-A’raf: 55).
“ Wahai manusia, sayangilah diri kalian, sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada yang tuli dan tidak pula yang jauh, kalian berdoa kepada Yang Maha Mendengar dan Dekat, dan Dia selalu menyertaimu” ( HR: Bukhari)
6. Tidak membuat-buat kalimat bersajak

Hal itu karena orang yang berdoa harus dalam kondisi merendah, sedang perbuatan membuat-buat seperti itu tidak pantas, Ibnu Abas pernah menyampaikan nasehat kepada salah seorang sahabat, ia mengatakan: “ Jauhilah sajak dalam doa, sesungguhnya aku mendapatkan Rasulullah saw dan sahabatnya menjauhi hal itu.”

7. Memilih waktu-waktu yang dianjurkan dan saat-saat yang mulia

Seperti saat-saat setelah shalat, saat azan, antara azan dan qamat, sepertiga malam terakhir, hari jumat, hari arafah, saat turun hujan, saat sujud, saat berangkat menyerbu musuh dalam jihad fisabililah, dll.

8. Tidak mendoakan jelek kepada diri, keluarga, dan harta
“Janganlah kalian mendoakan jelek terhadap diri kalian, jangan pula terhadap anak-anak  dan harta kalian, jangan sampai kalian mendapati satu saat Allah diminta satu permintaan lalu Dia mengabulkan untuk kalian“ ( HR. Muslim). (Sumber: Div. Ilmiyah Dar Al Wathan/IslamHouse).*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar