Sabtu, 07 Mei 2011

KEUTAMAAN dan KEMULIAAN BERDOA


Keutamaan Berdoa dan Kriteria Doa Mustajab

Doa menurut tinjauan syar’i terbagi kepada dua pembagian; doa ibadah dan doa masalah, Doa ibadah adalah seluruh bentuk ibadah yang nampak maupun yang tersembunyi, balk dalam bentuk ucapan atau perbuatan. oa masalah adalah seseorang meminta kepada Allah Ta’ala agar mendapatkan suatu manfaat atau terhindar dari bahaya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullahu Ta’ala- berkata, “Setiap doa ibadah mengharuskan adanya doa masalah, dan setiap doa masalah dalamnya terkandung doa ibadah.” (Majm Al-Fatawa 15/11)

Allah Ta’ala berfirman,

“Berdoalah kepada Rabbmu dengan merendah diri dan dengan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” [Al-A'raf: 55]

Dan Allah Ta’ala berfirman,

“(Tidak), tetapi hanya Dialah yang kamu seru, maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepada-Nya, jika la menghendaki.”[Al-An'am: 41]

Dan ayat-ayat yang semisal ini dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang doa masalah sangat banyak. Di dalamnya terkandung doa ibadah, karena orang yang berdoa dia mengikhlaskan doanya hanya kepada Allah Ta’ala, sedang keikhlasan itu merupakan ibadah yang paling afdhal. Maka demikian pula halnya orang yang berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, membaca Al-Qur’an dan melakukan ibadah-ibadah yang lainnya. Pada hakikatnya dia berdoa dengan bermohon kepada Allah Ta’ala, sehingga keadaannya seperti orang yang berdoa dan beribadah.

Adapun doa yang kita maksudkan dalam pembahasan di sini adalah jenis yang kedua, yaitu doa masalah.

Doa memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam syariat islam. Oleh karena itu, telah datang nash-nash Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat banyak menjelaskan tentang keutamaan berdoa dengan bentuk pemaparan yang beraneka ragam. Ada yang datang dalam bentuk perintah dan anjuran untuk berdoa, ada yang datang dalam bentuk peringatan dari meninggalkan dan merasa bodoh darinya, ada yang datang dalam bentuk penyebutan akan besarnya pahala dan ganjarannya di sisi Allah Ta’ala, adapula dalam bentuk pujian terhadap orang-orang yang beriman yang berdoa kepada Allah Ta’ala dan dengan berbagai bentuk pemaparan yang lainnya. Seluruh hal ini menunjukkan bagaimana besarnya kedudukan dan keutamaan doa dalam syariat Islam.

Bahkan Al-Qur’an yang merupakan kalamullah telah diawali dengan doa dan diakhiri dengan doa pula. Dalam surah Al-Fatihah terdapat doa meminta hidayah kepada Allah ke jalan yang lurus dan agar dijauhkan dari jalannya orang-orang yang menyimpang, yaitu firman Allah ‘Azza wa jalla,

“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (hula (jalan) mereka yang sesat.”[Al-Fatihah: 6-7]

Dan dalam surah An-Nas yang merupakan urutan surah yang terakhir di dalam AI-Qur’an juga terkandung doa, yaitu minta perlindungan kepada Allah Ta’ala dari kejelekan bisikan syaithan; jin maupun manusia.

Dan Allah telah memuji hamba-hambanya dari kalangan Nabi dan Rasul yang berdoa kepada Allah dengan penuh rasa harap dan cemas. Allah Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik, dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas, dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” [Al-Anbiyi: 90]

Demikian pulaAllah Ta’ala memuji hamba-hambanya dari kalangan orang-orang yang beriman,

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Rabbnya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka.” [As-Sajadah: 16]

Dan Allah Ta’ala berfirman mensifatkan penduduk surga tatkala mereka masuk ke dalamnya dalam keadaan selamat,

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih, mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka karena keimanannya, dibawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan. Doa mereka di dalamnya ialah Subhanakallahumma’ [Maha Suci Engkau wahai Rabb kami] dan salam penghormatan mereka adalah `Salam dan penutup doa mereka adalah Alhamdulillahi Rabbul Alamin.’.”[Yunus: 9-10]

Dan Allah Ta’ala juga berfirman, memberika dorongan kepada hamba-hamba-Nya untuk berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“Dan Rabbmu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu.’ Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk nerakajahannam dalam keadaan hina dina.” [Ghafir: 60]

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Ta’ala telah menjanjikan bagi orang-orang yang berdoa kepada-Nya, bahwa Allah akan mengabulkan doanya dan memenuhi permintaannya.

Namun dari sisi lain, banyak orang yang berdoa kepada Allah Ta’ala, akan tetapi ia tidak melihat sesuatu apapun yang dikabulkan dari doa tersebut, atau sebagiannya dikabulkan dan sebagian lainnya tidak.

Maka para ulama telah menyebutkan beberapa jawaban akan hal ini, namun yang paling bagus dari jawaban-jawaban tersebut adalah bahwa doa merupakan wasilah untuk meraih apa yang diinginkan. Untuk mendapatkan sesuatu, seseorang haruslah menempuh sebab-sebabnya dan menjauhi penghalang-penghalangnya. Maka apabila salah satu dari dua hal ini hilang, niscaya doanya tidak akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Imam Ibnul Qayyim -rahimahullah– berkata, “Sesungguhnya doa termasuk sebab yang paling kuat yang ditempuh oleh seorang hamba agar terhindar dari bahaya dan mendapatkan apa yang dia inginkan. Akan tetapi terkadang doa tersebut tidak meninggalkan pengaruh sama sekali, apakah disebabkan karena kelemahan pada din karena ia berdoa dengan sesuatu yang tidak dicintai oleh Allah Ta’ala disebabkan karena adanya bentuk permusuhan di dalamnya, atau karena kelalaian hati dan tidak menyatunya hati tersebut menghadap kepada Allah di saat berdoa, sehingga kedudukannya bagaikan busur yang talinya sudah kendor, sehingga anak panah pun keluar darinya dengan begitu lembut, atau karena adanya sesuatu yang menghalangi terkabulnya doa tersebut, seperti makanan yang haram, kezhaliman dan tertutupnya hati karena dosa, atau karena adanya kelalaian, syahwat dan sends gurau yang begitu tinggi ….” (AI-Jawabul Kali hal. 9-10)

Maka oleh sebab itu, berikut akan kami sebutkan sebahagian dari hal-hal yang menggambarkan kriteria doa mustajabah:

1. Berdoa dengan memuji Allah Ta’ara dan bershalawat kepada Nabi shallallahu wa sallam.

Imam Ahmad, At-Tirmidzy, An-Nasal dan lain-lainnya meriwayatkan dari Fudhalah bin `Ubaid rahimahullah, bahwa beliau berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seorang lelaki berdoa pada shalatnya dalam keadaan tidak memuji Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu wa sallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, `Kamu terialu tergesa-gesa, wahai orang yang shalat.’

Kemudian Nabi shallallahu wa sallam mengajari mereka. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seorang lelaki berdoa maka dia memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Berdoalah maka (doamu) akan dikabulkan, dan mintalah niscaya kamu akan diberi.’.”[Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Shahih Sunan Tirmidzy no. 2765]

2. Mengawali doa dengan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menyesali segala kesalahan-kesalahan, karena bertumpuknya dosa dan maksiat akan menghalangi terkabulnya doa. Sebagian para ulama salaf berkata, “Janganlah kamu mengatakan, ‘Kenapa doa saya belum dikabulkan?’, sementara kamu telah menutupi jalan-jalannya dengan maksiat.”

Dan sebagian yang lain mengumpulkannya dalam dua bait syair,

Kami berdoa kepada Allah pada setiap kesulitan
Kemudian kami pun melupakannya tatkala kesulitan itu hilang
Kenapa kami mengharapkan dikabulkannya doa
Sementara kami telah menutupi jalan-jalannya dengan melakukan dosa

Imam Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah ketika menguraikan hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, “… kemudian beliau (Nabi shallallahu alaihi wa sallam) menyebutkan seorang lelaki yang telah jauh perjalanannya, dia berambut kusut penuh dengan debu, dia menadahkan tangan-nya ke langit dan berkata, ‘wahai Rabb, wahai Rabb, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dikenyangkan dengan barang yang haram, maka bagaimana is akan diterima per-mintaannya?” Beliau berkata, “Melakukan perkara-perkara yang haram juga menghalangi terkabulnya doa dan demikian pula meninggalkan perkara-perkara yang wajib.” (Jamrul’Ulam wal Hikam 1/275)

3. Berdoa dengan khusyuk dan tidak lalai.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Berdoalah kamu kepada Allah dalam keadaan kamu yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah sesungguhnya Allah Tabla tidak akan menerima doa dari hati yang lalai lagi tidak khusyuk.“[Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy dan dihasankan oleh Syaikh Al-Al¬bany dalam Shahih Jami' no. 245]

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Maka ini adalah obat yang bermanfaat untuk menghilangkan penyakit, akan tetapi kelalaian hati bisa menghilangkan kekuatan doa.” (AI-Jawab Al-Kali hal- 9-10)

Berdoa dalam keadaan merendah diri dan merasa hina di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai-mana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim no. 2622,

“Kadang orang yang kusut rambutnya lagi terusir dari pintu-pintu (manusia), andaikata dia bersumpah atas nama Allah (berdoa) niscaya Allah akan mengabulkannya.”

Dan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma tatkala beliau ditanya tentang shalat Istisqai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluardalam keadaan berpakaian biasa, merendah diri lagi bermohon dengan sungguh-sungguh.”[Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Shahih Jami' no. 1753]

Berdoa dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah dan tidak tergesa-gesa untuk dikabulkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Senantiasa akan dikabulkan (doa) salah seorang antara kalian selama ia tidak tergesa-gesa. Dia berkata, `Saya telah berdoa namun tidak dikabulkan untukku.”[Dinwayatkan oleh Al-Bukhary no. 634 dan Muslim no. 2735 dariAbu Hurairah radhiyallahu "anhu]

6. Tidak meminta dengan sesuatu yang terlarang.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Terus-menerus akan dikabulkan doa seorang hamba selama ia tidak berdoa dengan sesuatu yang mengandung dosa atau pemutusan hubungan kekeluargaan, selama ia tidak tergesa-gesa. Ada yang bertanya, ‘Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa?’ Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Dia mengatakan, ‘Saya telah berdoa, saya telah berdoa, tetapi saya tidak melihat dikabulkan untukku,’ maka dia pun putus asa ketika itu dan meninggalkan doa.” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2735]

7. Bersungguh-sungguh di dalam berdoa.

Jika kita melihat kepada doa-doa Nabi shallallahu alaihi wa sallam, maka kita akan dapatkan beliau bersungguh-sungguh dalam berdoa, sehingga beliau menyebutkan setiap lafazhnya dengan jelas dan tidak mencukupkannya dengan lafazh-lafazh yang umum, seperti doa beliau shallallahu’alaihi wa sallam dalam hadits ‘Ali bin Abi Thalib yang diriwayatkan oleh Imam Muslim no. 771,

“Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang telah lalu maupun yang akan datang, yang tersembunyi maupun yang nampak, dan sungguh Engkau lebih tahu terhadapnya dariku, Engkau Yang Pertama dan Engkau Yang Terakhir, tidak ada sesembahan yang hak kecuali Engkau.”

Dan dimaklumi andaikata beliau mengatakan, “Ampunilah seluruh dosa-dosaku,” maka ini tentunya lebih ringkas, akan tetapi hadits ini kondisinya adalah ketika berdoa, dan ini adalah saat seseorang hamba bersimpuh di hadapan Allah Ta’ala, merendah dan menampakkan ketidak berdayaannya, dengan sungguh-sungguh mengharapkan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan segala bentuk dosa yang ia terjatuh ke dalamnya.

Dan demikian pula sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam

“Ya Allah, ampunilah seluruh dosa-dosaku, sedikit atau pun banyak, yang tersembunyi maupun yang nampak, yang pertama maupun yang terakhir.” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 483]

8. Memakan makanan yang halal, sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“… kemudian beliau menyebutkan seorang laki-laki yang telah jauh perjalanannya, dia berambut kusut penuh dengan debu, dia menadahkan tangannya ke langit dan berkata, ‘Wahai Tuhan, wahai Tuhan,’ sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dikenyangkan dengan barang yang haram, maka bagaimana ia akan diterima permintaannya?”

Dan berkata Wahab bin Munabbih rahimahullah, “Barangsiapa yang ingin dikabulkan oleh Allah Ta’ala doanya, maka hendaknya dia makan dari makanan yang halal.” (Jami wa Al-Hikam 1/275)

9. Berdoa dengan mengangkat dan menadahkan kedua tangan ke langit.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya Rabb kalian Maha Hidup lagi Maha Mulia, malu dari hamba-Nya apabila la (berdoa) dengan mengangkat kedua tangannya lalu Dia (Allah) mengembalikan kedua tangannya tersebut dalam keadaan kosong (tidak dikabulkan).“[Diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzy dan lain-lain dari Salman Al-Farisy radhiyallahu 'anhu. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Shahih Jami' no. 1753]

10. Berdoa pada waktu-waktu mustajabah.

Terdapat sejumlah waktu yang dikabulkan padanya doa, di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Setiap sepertiga malam terakhir, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang mutawatir, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

“Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala turun pada setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, `Siapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, Siapa yang meminta kepada-Ku niscaya akan Aku beri dan siapa yang mohon ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni.”

b. Suatu saat pada hari Jum’at, sebagaimana dalam Ash-Shahihain dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu `anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut hari Jum’at lalu beliau bersabda,

“Padanya ada suatu saat yang tidaklah seorang hamba muslim berdiri menegakkan shalat dia berdoa kepada Allah Ta’ala meminta sesuatu kecuali Allah akan memberikannya padanya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengisyaratkan (waktu tersebut) dengan tangannya yang menunjukkan waktunya sedikit.”

Dan para ulama telah bersilang pendapat tentang penentuan tepatnya waktu tersebut sehungga mencapai 40 pendapat.

Dan pendapat yang paling kuat dalam masalah ini adalah, pendapat yang mengatakan bahwa waktunya adalah antara shalat Ashar hingga terbenamnya matahari, berdasarkan hadits ‘Abdullah bin Salam radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh lbnu Majah dan hadits Jabir riwayat Abu Daud dan An-Nasai.

Dan ini yang dikuatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah, yang mana beliau berkata, “Kebanyakan hadits-hadits menunjukkan akan pendapat ini.”

Dan berkata Imam Abu ‘Umar lbnu ‘Abdil Barr, “Itu adalah yang paling kuat dalam masalah ini.”

Dan ini pula yang dikuatkan oleh Imam Ibnul Qayyim dalam Zadul Ma’ad 1/390-391.

c. Pada hari ‘Arafah yaitu tanggal 9 Dzulhijjah.

Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda,

“Doa yang paling baik adalah doa pada hari ‘Arafah, dan sebaik-sebaik apa yang saya ucapkan dan yang diucapkan para nabi sebelumku adalah, ‘Tidak ada sesembahan yang hak kecuali hanya Allah satu-satunya yang tidak ada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya segala kerajaan dan segala pujian, dan Dia Maha Mampu atas segala sesuatu.’.” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Ash-Shahihah 4/7,8 dengan seluruh jalan-jalannya]

d. Antara adzan dan iqamah. Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda,

“Doa antara azan dan iqamah tidak akan ditolak, maka berdoalah kalian.” [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Daud danAt-Tirmidzy. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Shahih Jami' no. 3408]

e. Ketika sujud, sebagaimana dalam Shahih Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sedekat-dekat seorang hamba dengan Rabb-nya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah doa padanya.”

f. Ketika musafir. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

“Ada tiga doa mustajabah yang tidak diragukan lagi padanya, (yakni) doa orang yang dizhalimi, doa orang yang musafir dan doa orang tua untuk kebaikan anaknya.[Diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzy dan lbnu Majah dari Abu Hurairah. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Ash-Shahihah no.5961 Dan di dalam riwayat Imam Ahmad dengan lafazh,

“Doa orang tua atas (kejelekan) anaknya.”

Demikian bebarapa pembahasan yang kami berharap kepada Allah agar bermanfaat bagi seluruh pembaca. Pembahasan di atas kebanyakan dirangkai clan kitab Fiqih Al-Ad’iyah wa Al-Adzkar karya Syaikh ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdul Muhsin Al-Badr. Dan kami mengajak para pembaca untuk berlomba-lomba dalam meraih kemuliaan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan memperbanyak doa dan mengikhlaskannya hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu Ta’ala Alam bish Shawab.


Doa Adalah Ibadah.

1. Firman Allah (artinya) : “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". [QS. Ghafir : 60].

2. Dari Nu`man bin Basyir bahwasanya Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Doa adalah ibadah” (ad-du`a huwal `ibaadah), kemudian beliau membaca ayat (artinya): "Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu". [Ghafir : 60].

3. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata : “Berdoa adalah memperlihatkan sikap berserah diri dan membutuhkan Allah, karena tidak dianjurkan ibadah melainkan untuk berserah diri dan tunduk kepada Sang Pencipta serta merasa butuh kepada-Nya. Oleh karena itu, Allah mengakhiri ayat tersebut dengan firman-Nya (artinya) : "Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu". Dalam ayat ini orang yang tidak mau tunduk dan berserah diri kepada Allah disebut orang-orang yang sombong, sehingga berdoa mempunyai keutamaan di dalam ibadah, dan ancaman bagi mereka yang tidak mau berdoa adalah hina dina. [Fathul Bari 11/98].Catatan : Hadits yang berbunyi: “Doa adalah inti/otak ibadah” (ad-du`a mukhkhul `ibaadah) adalah hadits dhaif. Didhaifkan oleh syaikh al-Albani dalam Ta`liq `ala Misykatul Mashabiih 2/693]

Doa Adalah Ibadah Yang Paling Mulia Di Sisi Allah

4. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah daripada doa". [HR At-Timidzi 12/263, Ibnu Majah No. 3874, Ahmad 2/362].

5. Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa makna hadits tersebut adalah tidak ada sesuatu ibadah qauliyah (ucapan) yang lebih mulia di sisi Allah daripada doa. Sebab, membandingkan sesuatu harus sesuai dengan substansinya. Oleh karena itu, pendapat yang mengatakan bahwa shalat adalah ibadah badaniyah yang paling utama adalah tidak bertentangan dengan firman Allah (artinya) : “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu". [QS. Al-Hujurat : 13].

Allah Murka Terhadap Orang-Orang Yang Meninggalkan Doa

6. Dari Abu Hurairah radhiyallahu `anhu berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan memurkainya". [HR. At-Tirmidzi 12/267].

7. Syaikh al-Mubarak Furi berkata bahwa orang yang meninggalkan doa berarti dia sombong dan merasa tidak membutuhkan Allah. Imam At-Thaibi berkata bahwa Allah sangat senang tatkala dimintai karunia-Nya. Maka barangsiapa yang tidak memohon kepada Allah, maka ia pantas mendapat murka-Nya. Dari hadits di atas menunjukkan bahwa permohonan hamba kepada Allah merupakan kewajiban yang paling agung dan paling utama, karena menghindar dari murka Allah adalah suatu yang menjadi keharusan. [Mura`atul Mashabih 7/358]

Doa Mampu Menolak Takdir Allah

8. Dari Salman al-Farisi bahwa Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada yang mampu menolak takdir kecuali doa". [HR. At-Tirmidzi, 8/305-306]

9. Syaikh al-Mubarak Furi berkata bahwa yang dimaksud adalah takdir yang tergantung pada doa… Suatu contoh: berdoa agar terhindar dari musibah, keduanya adalah takdir Allah. Boleh jadi seseorang ditakdirkan tidak berdoa sehingga terkena musibah dan seandainya dia berdoa, mungkin tidak terkena musibah. [Mura`atul Mafatih 7/354-355].

Orang yang paling lemah adalah orang yang tidak mampu berdoa

10. Nabi shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Orang yang lemah adalah orang yang meninggalkan berdoa dan orang yang paling bakhil adalah orang yang bakhil terhadap salam". [HR al-Haitsami, at-Thabrani, al-Mundziri, dan dishahihkan Al-Albani dalam Ash-Shahihah 2/152-153 No. 601].

11. Imam al-Manawi berkata bahwa yang dimaksud adalah orang yang paling lemah akalnya dan paling buta penglihatan hatinya. Dia lemah dalam memohon kepada Allah terlebih pada saat kesusahan. Yang demikian itu bisa mendatangkan murka Allah karena dia meninggalkan perintah-Nya. [Faidhul Qadir 1/556].

Allah Subhanahu Wa Ta`ala memerintahkan berdoa

12. Barangsiapa yang meninggalkan doa berarti menentang perintah Allah dan barangsiapa yang melaksanakan berarti telah memenuhi perintah-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta`ala berfirman (artinya) : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran". [QS. Al-Baqarah : 186].

13. Syaikh Abdurrahman as-Sa`di rahimahullah berkata: “Doa itu ada dua macam yaitu doa ibadah dan doa permohonan. Kedekatan Allah dengan hamba-Nya terbagi dua macam yaitu: kedekatan ilmu-Nya atas segala mahluk-Nya dan kedekatan dengan hamba-Nya dalam memberikan setiap permohonan, pertolongan dan taufik kepada mereka. Barangsiapa yang berdoa kepada Allah dengan hati yang khusyu` dan berdoa sesuai dengan aturan syariat serta tidak ada penghalang diterimanya doa tersebut -seperti makan makanan yang haram atau semisalnya- maka Allah berjanji akan mengabulkan permohonan tersebut…. Orang yang berdoa akan berada dalam kebenaran yaitu mendapatkan hidayah untuk beriman dan beramal shalih serta terhindar dari kejahatan. [Tafsir As-Sa`di 1/224-225].

Hendaknya terus menerus mengulangi doanya

14. Sebagian orang hanya berdoa sekali atau dua kali dan setelah merasa tidak dikabulkan, lalu berhenti berdoa. Jelas tindakan seperti itu adalah tindakan yang keliru bahkan dia harus terus menerus mengulangi doanya hingga Allah mengabulkannya.

15. Dari Abu Hurairah radhiyallahu `anhu bahwasanya Nabi shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Doa seorang hamba akan selalu dikabulkan selagi tidak mengandung sesuatu yang berdosa, pemutusan kerabat, atau tergesa-gesa. Mereka bertanya : Apa yang dimaksud tergesa-gesa ? Beliau menjawab : "Hamba tersebut berkata, `aku berdoa berkali-kali tetapi tidak dikabulkan` sehingga dia merasa kesal dan meninggalkan doa”. [HR. Muslim 4/87].

16. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa di dalam hadits di atas terdapat etika berdoa yaitu terus mengajukan permohonan dan tidak berputus asa dalam berdoa. Sebab, hal itu merupakan bagian dari sikap ketundukan dan penyerahan diri kepada-Nya serta merasa membutuhkan Allah. Oleh karena itu, sebagian ulama Salaf berkata : "Kami lebih takut dihalangi untuk berdoa daripada dihalangi terkabulnya doa". [Fathul Bari 7/348 ]Catatan: Hadits yang berbunyi (artinya) : “Allah mencintai orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam berdoa” adalah hadits dhaif. Syaikh al-Albani berkata dalam Silsilah ad-Dha`ifah 2/96-97 bahwa hadits ini bathil.

Waktu-waktu Mustajab Untuk Berdo’a

Allah memberikan masing-masing waktu dengan keutamaan dan kemuliaan yang berbeda-beda, diantaranya ada waktu-waktu tertentu yang sangat baik untuk berdoa, akan tetapi kebanyakan orang menyia-nyiakan kesempatan baik tersebut. Mereka mengira bahwa seluruh waktu memiliki nilai yang sama dan tidak berbeda. Bagi setiap muslim seharusnya memanfaatkan waktu-waktu yang utama dan mulia untuk berdoa agar mendapatkan kesuksesan, keberuntungan, kemenangan dan keselamatan. Adapun waktu-waktu mustajabah tersebut antara lain:

Sepertiga Akhir Malam

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya : “Sesungguhnya Rabb kami yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga akhir malam, lalu berfirman ; barangsiapa yang berdoa, maka Aku akan kabulkan, barangsiapa yang memohon, pasti Aku akan perkenankan dan baran1gsiapa yang meminta ampun, pasti Aku akan mengampuninya” (Shahih Al-Bukhari, kitabDa’awaat bab Doa Nisfullail 7/149-150).
Tatkala Berbuka Puasa Bagi Orang Yang Berpuasa

Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash Radhiyallahu ‘anhu bahwa dia mendengar RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pafa saat berbuka ada doa yang tidak ditolak” (Sunan Ibnu Majah, bab Fis Siyam La Turaddu Da’watuhu 1/321 No. 1775. Hakim dalam kitab Mustadrak 1/422. Dishahihkan sanadnya oleh Bushairi dalamMisbahuz Zujaj 2/17).

Setiap Selepas Shalat Fardhu

Dari Abu Umamah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang doa yang paling didengar oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, beliau menjawab:

“Di pertengahan malam yang akhir dan setiap selesai [dubur shalat, yg benar mungking penghujung shalat, bukan selesai shalat. krn syaikhul islam menegaskan Nabi tdk pernah berdoa setelah shalat] shalat fardhu” (Sunan At-Tirmidzi, bab Jamiud Da’awaat 13/30. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi 3/167-168 No. 2782).

Sesaat Pada Hari Jum’at

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Abul Qasim Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya pada hari Jum’at ada satu saat yang tidak bertepatan seorang hamba muslim shalat dan memohon sesuatu kebaikan kepada Allah melainkan akan diberikan padanya, beliau berisyarat dengan tangannya akan sedikitnya waktu tersebut” (Shahih Al-Bukhari, kitab Da’awaat 7/166. Shahih Muslim, kitab Jumuh 3/5-6)

Waktu yang sesaat itu tidak bisa diketahui secara persis dan masing-masing riwayat menyebutkan waktu tersebut secara berbeda-beda, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 11/203.

Dan kemungkinan besar waktu tersebut berada pada saat imam atau khatib naik mimbar hingga selesai shalat Jum’at atau hingga selesai waktu shalat ashar bagi orang yang menunggu shalat maghrib.

Pada Waktu Bangun Tidur Pada Malam Hari Bagi Orang Yang Sebelum Tidur Dalam Keadaan Suci dan Berdzikir Kepada Allah

Dari ‘Amr bin ‘Anbasah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Tidaklah seorang hamba tidur dalam keadaan suci lalu terbangun pada malam hari kemudian memohon sesuatu tentang urusan dunia atau akhirat melainkan Allah akan mengabulkannya” (Sunan Ibnu Majah, bab Doa 2/352 No. 3924. Dishahihkan oleh Al-Mundziri 1/371 No. 595)

Terbangun tanpa sengaja pada malam hari (An-Nihayah fi Gharibil Hadits 1/190) Yang dimaksud dengan “ta’ara minal lail” yaitu terbangun dari tidur pada malam hari.

Doa Diantara Adzan dan Iqamah

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda.

“Doa tidak akan ditolak antara adzan dan iqamah” (Sunan Abu Daud, kitab Shalat 1/144 No. 521. Sunan At-Tirmidzi, bab Jamiud Da’waat 13/87. Sunan Al-Baihaqi, kitab Shalat 1/410. Dishahihkan oleh Al-Albani, kitab Tamamul Minnah hal. 139)

Doa Pada Waktu Sujud Dalam Shalat

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda.

“Adapun pada waktu sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdoa sebab saat itu sangat tepat untuk dikabulkan”. (Shahih Muslim, kitab Shalat bab Nahi An Qiratul Qur’an fi Ruku’ wa Sujud 2/48)

Yang dimaksud adalah sangat tepat dan layak untuk dikabulkan.

Pada Saat Sedang Kehujanan

Dari Sahl bin a’ad Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda.

“Dua doa yang tidak pernah ditolak ; doa pada waktu adzan dan doa pada waktu kehujanan”. (Mustadrak Hakim dan dishahihkan oleh Adz-Dzahabi 2/113-114. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami‘ No. 3078).

Imam An-Nawawi berkata bahwa penyebab doa pada waktu kehujanan tidak ditolak atau jarang ditolak dikarenakan pada saat itu sedang turun rahmat khususnya curahan hujan pertama di awal musim. (Fathul Qadir 3/340).

Pada Saat Ajal Takziah

Dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi rumah Abu Salamah (pada hari wafatnya), dan beliau mendapatkan kedua mata Abu Salamah terbuka lalu beliau memejamkannya kemudian bersabda:

“Sesungguhnya tatkala ruh dicabut, maka pandangan mata akan mengikutinya’. Semua keluarga histeris. Beliau bersabda : ‘Janganlah kalian berdoa untuk diri kalian kecuali kebaikan, sebab para malaikat mengamini apa yang kamu ucapkan” (Shahih Muslim, kitab Janaiz 3/38)

Pada Malam Lailatul Qadar

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya:

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar“. (Al-Qadr : 3-5)

Imam As-Syaukani berkata bahwa kemuliaan Lailatul Qadar mengharuskan doasetiap orang pasti dikabulkan. (Tuhfatud Dzakirin hal. 56)

Doa Pada Hari Arafah

Dari ‘Amr bin Syu’aib Radhiyallahu ‘anhu dari bapaknya dari kakeknya bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Sebaik-baik doa adalah pada hari Arafah” (Sunan At-Tirmidzi, bab Jamiud Da’waat13/83. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Ta’liq alal Misykat 2/797 No. 2598).




























Tidak ada komentar:

Posting Komentar