Selasa, 01 Januari 2013

MENGGALI DALAMNYA BUMU, TINGGINYA LANGIT

1. MEMAYU HAYUNING BAWANA (TUJUAN KEHIDUPAN)

Manusia menjalani kehidupan bukan tanpa tujuan, manusia lahir di dunia ada fungsinya untuk membangun dunia. membuat dunia jadi tempat yang indah, aman dan menyenangkan. untuk siapa ? ya untuk manusia juga untuk keturunannya yang sebenarnya juga tak lain untuk dirinya sendiri juga. setiap orang punya kesempatan untuk ambil bagian dan berperan walau hanya sedikit dan tampaknya kurang berarti namun seberapapun kecilnya manusia harus berperan. dan bukan melakukan sebaliknya membuat kerusakan dan kekacauan di dunia seberapapun kecilnya sebuah kerusakan adalah kontribusi negatif pada HAYUNING BAWANA. 

Segala sepak terjang manusia semestinya mencerminkan laku dalam memperindah indahnya dunia ini. SIKAP dan PERBUATAN kepada sesama juga harus mendukung hal tersebut, demikian juga dalam menempatkan segala sesuatu di tempat yg semestinya dengan sungguh2 MIKUL DHUWUR MENDHEM JERO, menerapkan segala sesuatu sebagaimana mestinya tidak asal dan tanpa dasar. jika MEMAYU HAYUNING BAWANA ini telah dihayati setiap saat setiap tindakan pasti terpola untuk menuju HAYUNING BAWANA yaitu indahnya dunia. bersikap baik pada sesama menjaga dan membina kerukunan dan persaudaraan agar dunia ini semakin indah dan damai.

"Ojo mung Rumangsa Bisa nanging kudu bisa Rumangsa"

Kalimat di atas tak perlu menghentikan langkah panjenegan kalau yakin tujuan dari tindakan panjenengan memang MEMAYU HAYUNING BAWANA.

RUMANGSA BISA = merasa bisa, jangan berhenti sampai di situ tapi lakukan maka akan kelihatan benar2 bisa atau tidak. awali dalam lingkup kecil agar tidak mengenai orang banyak kalau keliru, orang keliru biasa asal jangan berhenti sampai di situ belajar tambah kawruh jangan malu2 lalu lakukan lagi analisa kurangnya dimana dengan hati2 sampai benar2 terbukti bisa dan laku itu jadi berarti.

Mengukur tindakan sendiri juga perlu yaitu BISA RUMANGSA = maksudnya bisa merasakan bagaimana kira2 akibat dari SIKAP dan PERBUATAN kita pada orang atau lingkungan yang terkena secara langsung maupun tak langsung. apakah tindakan itu memberi akibat yg baik atau buruk, benarkah memperindah dunia atau membuat kerusakan.

Perlu juga dipahami bahwa keberhasilan dalam kehidupan adalah keberhasilan untuk berperan dalam misi ini. bukan untuk menumpuk kekayaan bukan untuk mencapai jabatan tinggi, juga bukan untuk jadi orang yg banyak kesaktian, juga bukan untuk jadi tenar atau untuk menjadi orang suci menuruti pendapat orang (versi "katanya"). usahakan indah dan damainya lingkungan kita tanpa menyakiti orang lain. itupun belum tentu kita tak menerima SIKAP atau PERBUATAN buruk orang yg merespon niat baik kita dengan salah pengertian, biarkan saja kita tetap berusaha menjadikan lingkungan pergaulan kita tetap indah damai rukun.

2. SAPA SING NANDUR MESTHI NGUNDHUH (DUNIAWI, RAGA, JASMANI)

"Siapa menanam pasti menuai hasilnya" apapun yg ditanam akan berbuah dan buah itu akan kembali pada yang menanam. singkatnya adalah sebuah fenomena SEBAB-AKIBAT yang adil dan tak pilih2. manusia bertanggung jawab atas semua perbuatan yg diperbuatnya tak bisa dihapus atau dilempar dibebankan pada orang lain. cepat atau lambat itu PASTI, bisa sedetik, semenit, sejam, setahun ataupun seribu tahun lagi tetap si BERBUAT akan menerima akibat dari PERBUATANnya walau sudah berganti tubuh.

Jika di kehidupan sekarang ini kita pernah merasakan atau mendapatkan peristiwa buruk yg tak pernah disangka, dari mana asalnya ?, harus dapat menerima dengan rela walau langkah antisipasi sewajarnya tetap harus diambil entah secara hukum atau apapun yg wajar, tak boleh kita sembarangan menyalahkan dan membuat tindakan balasan, semua harus kita sadari bahwa itu adalah kembalinya perbuatan kita sendiri dari masa lalu. karna lebih banyak balasan datangnya bukan dari orang yg pernah tersakiti oleh tindakan kita.

APAPUN YG KITA TERIMA SEKARANG ADALAH AKIBAT DARI MASA LALU DAN APAPUN YG KITA PERBUAT SEKARANG AKAN KEMBALI KEPADA KITA DI MASA NANTI.

Nanti cepat atau lambat pasti kembali kita terima hasilnya. kalau tiap kali mendapat, merasakan atau melihat sesuatu yg buruk lalu membuat balasan pada pihak tertentu maka lingkaran perbuatan akan terus berputar nanti akan kembali lalu membalas lagi lalu kembali lagi. setiap kali sesuatu terbalas ada pembalas yg tanpa sadar gantian menanggung perbuatan itu. jika ke-RELA-an bisa menerima maka akan terputus berhenti sampai di situ, akan semakin baik jika tiap kali menerima keburukan membalas dengan kebaikan misalnya melakukan selamatan memberi pada orang yg menderita dan seterusnya akan kembali kebaikan juga di masa yg akan datang. dengan sikap ini bukan berarti kita akan membiarakan diri menjadi bulan2an, antisipasi sewajarnya tetap perlu dilakukan tanpa menyerang pada pihak tertentu. sebenarnya yg perlu diperangi bukan pihak manapun tetapi TINDAKANnya yaitu SIKAP dan PERBUATAN buruknya.

dirinya sendiri dan KESEJATIAN yg jadi penilai, sudah semestinya BISA MERASA sejauh mana SIKAP dan PERBUATAN nya. di sini perlunya HATI NURANI agar dihidupkan karena NURANI tidak berbohong. 

Lain lagi jika memang SIKAP nya ingin menyakiti orang lain entah dengan perbuatan, kata2 atau tulisan yg menyerang ataupun sindiran halus yg tajam, tentu ia akan lakukan bagaimana yg paling sakit yg bisa dilakukan, dlm hal ini RASA disalah gunakan untuk menyakiti. ada juga yg memaksakan keinginannya dengan cara halus maupun kasar ... katanya "berusaha", ya boleh2 saja asal siap saja kalau sakit yg dibuatnya suatu hari kembali. apalagi PERBUATAN yg menyakitkan fisik kembalinya pasti dengan tingkat RASA sakit yg sama.

Pentingnya mengolah RASA dan NURANI agar kita tak mudah tersakiti oleh sikap atau perbuatan orang lain. tak mudah tersinggung namun peka apa sih maksudnya kenapa kok bersikap atau berbuat seperti itu. bagaimanapun antisipasi pada segala sesuatu HARUS, bukan berarti membuat perlawanan tapi agar kejadian buruk tidak terulang maupun menyebar dan membawa2 orang terpancing membuat keburukan.

Kita tak dapat langsung membersihkan dunia ini dari keburukan karena memang masih sangat banyak hal2 buruk yg belum kembali pada pembuatnya, tinggal menunggu waktu saja entah kapan pasti kembali. dan memang dunia akan selalu mengandung hal2 buruk yg belum terlunasi. apalagi memaksa orang untuk jadi baik menurut versi kita sendiri yang belum tentu dapat dapat diterima. belum tentu yg baik menurut apa yg kita yakini itu juga baik untuk orang lain. malah bisa2 tindakan kita yg berlebihan menjadi sebuah keburukan terhadap orang lain yang artinya kita akan dapat balasan nanti. kita hanya wajib menjadikan DIRI SENDIRI baik sebaik2nya semampu kita. urusi diri sendiri lebih utama, perbaiki diri sendiri jangan merasa benar sendiri lalu memaksa orang mengikuti. 

BAIK-BURUK, BENAR-SALAH ADALAH PENILAIAN YG RELATIF YG DIBUAT ORANG TAPI RASA SAKIT DI HATI MAUPUN FISIK RASANYA SAMA UNTUK SEMUA ORANG.


3. SANGKAN PARANING DUMADI YA GUSTI TAN KENA KINAYA NGAPA (SPIRITUAL, JIWA, ROHANI)

"Jangan lupa pada asal dan arah yg dituju", siapapun kita secara fisik maupun non fisik adalah penempuh perjalanan. dari mana asalnya dan kemana tujuannya harus disadari dan dihayati. kehidupan yg sedang kita jalani ini hanyalah MAMPIR NGOMBE bukan kekal. yang kekal hanyalah SANGKAN PARAN, sang ALPHA-OMEGA, yg awal dan yg akhir tersebut ya tak lain SANGKAN PARANING DUMADI ya tak lain adalah TUHAN SEGALA SEMESTA yaitu GUSTI TAN KENA KINAYA NGAPA.

Secara fisik dalam lingkup yg menyempit kapada bahasan fisik kita juga tak dapat lepas melupakan asal usul raga kita ya ibu-bapak kita ya kakek moyang kita ya tak lain adalah LELUHUR.

Jangan sampai tak mengakui leluhurnya sendiri itu sama dengan mengingkari darah yang mengalir dalam tubuh sendiri. darah yg turun temurun nyata SEJATI dan nyambung. apa karena menganggap leluhurnya buruk dan bodoh kita akan mengingkari BUDAYA leluhur sendiri lalu memilih yang lain bahkan mendaftar menjadi keturunan dari BUDAYA lain. setiap BUDAYA terbentuk cocok dengan sifat2 yg terbawa mengalir dalam darah tiap manusia. kalau saya orang jawa atau batak atau cina atau suku Nusantara yg lain maka tak akan cocok menerapkan BUDAYA orang bule karena menganggapnya lebih maju. maju boleh saja, menerapkan dan memanfaatkan teknologi dari budaya lain wajar saja, bergaul global dengan semua bangsa tapi tetap HATI dan JIWA tak dapat memungkiri DARAH yang mengalir dalam tubuh ini untuk tetap berbudaya sesuai jalur LELUHUR masing2. 

Konsep ketuhanan yang maha esa dalam BUDAYA kita menempatkan tuhan sebagai sesuatu untuk diterima dan disadari keberadaannya. sedang tuhan atau GUSTI tak dapat diserupakan dengan apapun TAN KENA KINAYA NGAPA. bukan seperti manusia bukan seperti sesuatu bukan seperti apapun namun ada dan disadari keberadaannya. dengan RASA masing2 manusia pada akhirnya punya RASA sendiri yang sangat khusus dan sangat pribadi dengan tuhan dengan pengertian yg juga sangat pribadi dan tak dapat dipaksakan ataupun diperbandingkan seperti benda atau sesuatu yg sarat dengan penilaian dan ukuran.

Persesuaian adat istiadat atau praktek apapun bukan dengan jaman tetapi dengan tujuan kehidupan atau fungsi manusia dalam kehidupan ini.kalau ada adat istiadat yang tak sesuai dengan MEMAYU HAYUNING BAWANA itu perlu direvisi, dicari esensinya, inti dari adat itu tak perlu hilang sedang prakteknya bisa saja dirubah agar kembali ke jalur demi HAYUNING BAWANA.

Melalui agama apapun, ajaran apapun, paham apapun TIGA INTI di atas tetap harus diwujudkan dan dipegang teguh. tiga itu bisa jadi senjata menjalani kehidupan agar dan untuk berperan dalam mewujudkan tujuan dan fungsi manusia.

Pendapat ini juga tak mencari pengikut, kalau dirasa baik silahkan diikuti kalau ini buruk juga silahkan dilupakan saja. ini hanya pendapat saya dan sebagian orang yang memang hidupnya sudah berpegang teguh pada TIGA INTI ini. kalau baik dan enak ya yg menjalani yg merasakan, kalau ini membawa penderitaan ya yg menjalani yg merasakan. bukan berhenti di satu kehidupan ini jika dihayati benar2 hingga terpola di bawah sadar akan terus terbawa selamanya. segala tindakan dan apapun ya masing2 yg berbuat yg mendapat hasilnya, SING NGGAWE YA KANG NGGAWA. tak bisa menyalahkan orang lain atas SIKAP dan PERBUATAN yang dijalaninya. tak perlu kita iri atau menginginkan apa yg dicapai atau dimiliki orang lain. JANGAN MENGINGINI APA YANG TAK DIBERIKAN PADAMU, mengingini saja jangan apalagi mengambilnya. semua orang telah ada jatah masing2 sesuai lelaku lampau yg telah dijalani, kalau memang ingin ya minta baik2 kalau minta mahar ya bayar maharnya atau berusaha wujudkan sendiri dengan cara yg wajar tanpa menyakiti orang lain. memaksakaan diri hanya akan menambah tanggungan kita di masa nanti.

Dalam hal ilmu dan kawruh kita tak boleh berhenti belajar namun secara keyakinan orang harus menjadi berDAYA, menjadi diri sendiri, meyakini keberadaan diri SEJATInya, dan menjalani lakunya sendiri (MANDIRENG PRIBADI) bukan terus2an memakai alat bantu dan bersandar pada sesuatu yg lain (MANGERAN LIYAN). pengetahuan yg kita dapat akan memperkuat keyakinan dan bisa jadi kekuatan.

Manusia biasa di jaman sekarang banyak yang menghadapi masalah yang sama dengan saudara2 semua bahkan menurut saya sendiri saya termasuk bodoh. tulisan ini hanya berbagi dari apa yg saya peroleh kalau ada yg bertanya tentang tulisan2 saya silahkan bertanya, inbox atau memberi masukan kalau saya bisa jawab akan saya jawab kalau saya tak tahu jawabnya saya lebih suka berterus terang memang saya juga masih belajar, mari kita cari jawabnya bersama. sebagai manusia yang menyadari sedang menempuh perjalanan dan mancari pengetahuan kita bisa berbagi dan saling melengkapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar