Senin, 05 Maret 2012

PERJALANAN ROH SELEPAS KEMATIAN

MASALAH RUH

Qull ruuhi min amri robbi : Ruh adalah urusan Tuhan (AL ISRA 17 : 85).
Ruh manusia serta segala macam ruh lainnya adalah merupakan rahasia daripada Allah. Ketika di Alam Arwah, ruh manusia bersama para ruh lainnya termasuk ruh para malaikat bisa berkomunikasi langsung kepada Tuhan … dan telah berikrar kepada Tuhan tatkala Tuhan bertanya kepada para ruh tersebut :

Bukankah Aku adalah Tuhan-mu …??? Kemudian para Ruh menjawab : Benar kami bersaksi ( AL A’RAF 7 : 172 )

Ayat tersebut merupakan syahadat awal dan juga merupakan penjelasan bahwa Ruh bisa berkomunikasi dengan Tuhan, bukan jasmaninya yang berkomunikasi.

Selanjutnya Allah berfirman : Kutiupkan Ruh-Ku kepadanya ( ASH SHAAD 38 : 72, AL HIJR 15 : 29 ).

Kemudian Ruh masuk ke dalam jasmani sambil membawa amanah ( agama??? ). Apakah amanah itu berupa tugas kita hidup di dunia sebagai apa…??? Seandainya amanah itu agama, namun tidak dikatakan agamanya apa… Semua agama mengajarkan tentang Fitrah… Agama fitrah…Ya itulah agama Islam sejati… yang dianut semua umat…!!! 

Sesungguhnya telah kami tawarkan amanah ( agama ??? ) kepada langit, bumi dan gunung-gunung, akan tetapi mereka semua enggan memikulnya, karena takut menghianatinya, namun manusia bersedia memikulnya, karena manusia sungguh Zalim dan bodoh ( AL AHZAB 33 : 72 )

Karena dunia merupakan tempat pembelajaran bagi para Ruh, maka ruh sudah diberi tugas dan peran apa sebagai manusia dikehidupan yang akan datang. Apapun agamanya tetap sesuai dengan fitrah Allah. Ini semua mungkin yang disebut amanah sebelum ruh dilahirkan kembali kedunia... Reinkarnasi… Hal ini juga sebagai bukti Tuhan Maha Adil serta Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Manakala datang kematian pada sesorang dari mereka, dia menyesal dan berkata : Ya Tuhan-ku, hidupkanlah aku kembali, agar aku dapat beramal saleh dalam perkara yang aku lalaikan. Tidak !!! Itu hanya alasan belaka, dibelakang mereka ada tabir yang menghalangi mereka, sampai hari mereka dibangkitkan
( AL MU’MINUN 23 : 99-100 )

Sekiranya kami dapat kembali kedunia, niscaya kami akan menjadi orang-orang yang beriman. Sesungguhnya hal ini menjadi keterangan yang nyata, tetapi kebanyakan mereka tidak mau percaya ( ASY-SYU’ARA 26 : 102-103 )

Kepada-Nya lah kamu semua akan kembali, janji Allah Maha Benar, Dia-lah yang memulai penciptaan, kemudian mengulanginya, supaya Dia dapat memberi pahala kepada mereka yang beriman dan melakukan kebaikan secara adil, sedangkan bagi mereka yang tidak percaya ( disediakan ) minuman air mendidih dan siksaan yang pedih dan menyakitkan, karena mereka tidak percaya ( YUNUS : 10 : 4 )

Barang siapa berbuat baik, laki-laki atau perempuan, dan ia beriman, maka pasti akan kami hidupkan ( dilahirkan kembali ) dengan kehidupan yang baik dan kami akan memberinya pahala sesuai dengan apa yang telah mereka lakukan( AN NAHL 16 : 97 )

Ternyata memang benar, jasmani kemudian menghianati amanah karena ada nafsu, maka tertutuplah pintu komunikasi (hijab) dengan Allah. Oleh karena itu manusia disebut insan yang artinya adalah lalai (lupa). Seperti halnya Nabi Adam dan Hawa. Turunlah kamu semua dari surga itu, kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya tiada kehawatiran dan tidak pula mereka bersedih hati ( AL BAQARAH 2 : 38 )

Dalam dada ada qolbu, dalam qolbu fuad, di dalam fuad ada sir, di dalam sir ada Aku. Berarti Ruh Allah, Essensi Dzat Allah berada di dasar qolbu setiap manusia, di dalam hati Nurani setiap manusia. Hati Nurani selalu menyuarakan kebenaran karena di dalamnya ada Al Haqq. Ruh di dalam jasmani manusia merasa terbelenggu dan dia senantiasa ingin kembali kepada Sumber Asalnya. Oleh karena itu setiap manusia memiliki naluri dalam dirinya untuk mencari dan mengenal Allah sebagai suatu kebutuhan bathiniah agar hatinya menjadi tenang dan tentram, agar Ruhnya bisa kembali kepada Cahaya semula.

Walaupun Ruhani dan nafsu tidak berwujud seperti jasmani, akan tetapi kita bisa merasakan keberadaannya, misalnya :
  1. Pada orang mati, hanya ada jasmaninya. Pada orang pingsan, tidur, ada jasmaninya dan ruhaninya. Pada orang sadar, bangun, ada jasmaninya, ruhaninya dan nafsunya.
  2. Setelah kita mati, apakah ruh kita ditanya agamanya apa..?? Tidak ada ayat yang menjelaskan hal ini… Allah hanya bertanya : “Bukankah Aku Tuhan-mu??” Para ruh menjawab : “Benar kami bersaksi”. Kemudian Ruh dihembuskan kedalam jasmani dengan membawa amanah, tidak dikatakan amanahnya apa… Seandainya amanah itu agama, di dalam Al Qur’an tidak dikatakan agamanya apa…
  3. Agama berasal dari kata A artinya tidak dan Gama artinya kacau. Jadi agama artinya aturan agar tidak kacau. Semua Ruh membawa amanah Allah agar mereka tidak membuat kekacauan di dunia ini. Manusia ditugaskan sebagai khalifah dan sebagai wali Allah di muka bumi, inipun amanah…
  4. Sesungguhnya semua Ruh termasuk Ruh manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan adalah berasal dari Nuur Muhammad. 
  5. Aku berasal dari Cahaya Tuhan (Allah) dan semua yang ada di alam semesta ini berasal dari cahaya ku ( hadits ). 
  6. Aku adalah bapak dari segala ruh ( hadits ). 
Ruh merupakan pembatas dari pada AL HAQQ, seperti halnya jasmani yang merupakan pembatas dari pada ruh. Pada kenyataannya seluruh dunia ini adalah pakaian dari pada ruh yang tidak diragukan lagi adalah satu ( Ruh Idhofi, Nur Muhammad ). Seperti halnya cahaya matahari, mataharinya tetap satu, akan tetapi cahayanya memasuki setiap jendela serta menerangi setiap rumah. Ruh tidak masuk ke dalam jasmani, akan tetapi seperti penunggang dan tubuh adalah seperti kuda. Gerakan Ruh dan Jasmani adalah seperti gerakan dari tangan dan anak kunci, terjadi serempak. Di dalam sir ada Aku… berarti Aku (Nur-Energi) menggerakkan Sir, kemudian Sir menggerakkan Ruh dan Ruh menggerakkan Qolbu, Qolbu menggerakkan budi, budi menggerakkan akal dan akal menggerakan tubuh.

Jadi urut-urutannya adalah : Nur-Sir-Ruh-Qolbu-Budi-Akal-Cipta-Rasa-Karsa-Pangawasa.

Para sufi mengatakan bahwa fungsi nafs untuk mengabdi, qolbu untuk mencintai, Ruh untuk berkomunikasi dengan Allah dan Sir untuk memfanakan diri dalam pandangan Allah, baqo dalam Allah.  Tangan Tuhan berada di atas tangan mereka ( AL FATH 48 : 10 ) Dan bukanlah engkau yang melempar ketika engkau melempar, akan tetapi Allah yang melempar ( AL ANFAAL 8 : 17 )

MEMBACA TANDA-TANDA KEMATIAN

Setiap manusia yang dilahirkan didunia ini, cepat atau lambat pasti akan mengalami suatu proses berpisahnya ruh dengan jasad. Dalam bahasa agama, proses tersebut dinamakan proses kematian. Sedangkan dalam bahasa kaum sufi, proses tersebut diistilahkan dengan nama ;kebangkitan ruh dari jasad;. Mayoritas umat Islam di Indonesia sering menamakan peristiwa kematian tersebut dengan istilah ;meninggal dunia, dimana seorang yang meninggal dunia akan meninggalkan segala apa yang dimilikinya, baik istrinya, suaminya, anaknya, orang tuanya, kekasihnya, pekerjaannya, jabatannya, hartanya, maupun keinginan dan cita-citanya serta rencana-rencananya dimasa depan. Dalam ajaran Islam, proses terjadinya kematian ini juga dikategorikan sebagai kiyamat kecil atau Qiyamat Sugro.

Kapan terjadinya dan bagaimana terjadinya proses kematian tersebut, hanya Allah-lah yang mengetahui rahasianya, sesuai dengan firman-Nya dalam Al Qur;an : Manusia bertanya kepadamu kapan terjadinya hari Kebangkitan (ruh dari jasad), katakanlah :Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kebangkitan (ruh dari jasad) itu hanya disisi Allah. Dan tahukah kamu, boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya;. (QS Al Ahzab 33 : 63) ;Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang kebangkitan (ruh dari jasad);. (QS Luqman 31 : 34) ;Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan. (QS An Nahl 16 : 70)

Berdasarkan ayat tersebut sangat terlihat jelas bahwa pengetahuan tentang kapan terjadinya hari kebangkitan ruh dari jasad seseorang (Qiyamat Sugro) hanya Allah sajalah yang mengetahuinya. Oleh sebab itu sebagai seorang muslim diwajibkan untuk mempersiapkan diri baik lahir maupun batin untuk menghadapi dan menyikapi proses kematian tersebut dengan arif dan bijaksana, bahkan Allah telah menganjurkan agar kita selalu berdoa supaya mendapatkan mati yang baik (husnul khotimah) :

;Dan katakanlah :Ya, Tuhanku, masukkanlah (ruhku ke dalam jasadku) secara benar, dan keluarkanlah aku (ruhku dari jasadku) secara benar dan berikanlah kapadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong;. (QS Al Isra; 17 : 80) 

Dalam Al Qur’an, Allah juga menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman (yang sudah ma’rifatullah) akan diberitahukan tanda-tanda datangnya kematian yang akan menimpa dirinya bahkan tanda-tanda kematian itu sebenarnya dapat juga dibaca oleh saudara-saudara seimannya. ;Diwajibkan atas kamu apabila seorang diantara kamu kedatangan (melihat atau membaca) tanda-tanda kematian maka berwasiatlah kepada bapak, ibu dan saudara-saudara dekatnya, jika ia meninggalkan harta atau peninggalan yang banyak. Ini adalah kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa;. (QS Al Baqarah 2 : 180) ;Dan orang-orang yang akan meninggalkan dunia diantaramu dan meninggalkan istri-istrinya hendaklah ia berwasiat untuk istri-istrinya . (QS Al Baqarah 2 : 240)

Dalam sebuah hadits, juga telah diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Saw telah mengetahui tanda-tanda kematian yang akan menimpa diri beliau sehingga beliau berwasiat kepada umat Islam, tetapi sayangnya wasiat tersebut gagal untuk dicatat oleh sahabat. ;Dari Abi Sa;id Al Khudri , katanya: ; Rasulullah Saw, berkhutbah : Sesungguhnya Allah Swt menyuruh pilih kepada hamba-Nya antara dunia dan akhirat. 

Maka dipilihnya akhirat. Lalu Abu Bakar menangis. Aku berkata pada diriku sendiri, Kenapa orang tua ini menangis , jika Allah Swt menyuruh pilih kepada salah seorang hamba-Nya antara dunia dan akhirat, lalu dipilih akhirat. Padahal yang dimaksud dengan hamba Allah itu adalah Rasulullah Saw sendiri. Sedangkan Abu Bakar adalah orang yang lebih tahu di antara kami. Sabda Rasulullah Saw : ;Hai, Abu Bakar! Jangan menangis! Sesungguhnya orang yang paling dekat kepadaku persahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar. Andai aku boleh memilih teman di antara umatku, maka akan kupilih Abu Bakar. Tetapi persaudaran dan kecintaan dalam Islam cukup memadai. Tidak satupun pintu didalam masjid yang terbuka, melainkan semuanya tertutup, kecuali pintu Abu Bakar (HR Bukhari) Ibnu Abbas berkata : Ketika nabi bertambah keras sakitnya, beliau berkata ;Bawalah kemari kertas supaya kamu dapat menuliskan sesuatu agar kamu tidak lupa nanti. Kata Umar bin Khathab : Sakit Nabi bertambah keras. 

Kita telah mempunyai Kitabullah, culkuplah itu! Para sahabat yang hadir ketika itu berselisih pendapat dan menyebabkan terjadinya suara gaduh. Berkata Nabi : Saya harap anda semua pergi! Tidak pantas anda bertengkar di dekatku. Ibnu Abbas lalu keluar dan berkata : Alangkah malangnya, terhalang mencatat sesuatu dari Rasulullah. (HR Bukhari) Dari hadits tersebut, terlihat bahwa sebelum Nabi Muhammad Saw wafat, beliau sudah dibertahu oleh Allah kapan beliau akan meninggalkan dunia, bahkan beliau masih diberi kesempatan oleh Allah untuk memilih apakah tetap hidup didunia atau kembali kepada Allah, dan beliau memilih untuk kembali kepada Allah dengan meninggalkan dunia dengan segala isinya.

Kemudian beliau juga hendak membacakan wasiatnya kepada umat Islam yang akan ditinggalkannya, akan tetapi pembacaan wasiat beliau tersebut tidak jadi dilaksanakan. Padahal isi wasiat tersebut sangat penting sekali, yang berkaitan dengan masalah suksesi kepemimpinan jika beliau meninggal dunia. Akibat dari gagalnya pembacaan wasiat tersebut akhirnya umat Islam terpecah belah dalam memperebutkan jabatan Khalifah sehingga menyebabkan tiga Khalifah terbunuh dalam perebutan jabatan tersebut. Hal ini sudah diprediksi oleh Nabi Muhammad Saw : Syaqiq bercerita, katanya Aku mendengar Hudzaifah berkata, pada suatu hari ketika kami duduk dekat Umar. Dia berkata : Siapakah di antara anda semua yang masih ingat sabda Rasulullah Saw tentang fitnah . Jawabku : Aku! Aku masih ingat, tepat sebagaimana yang beliau sabdakan. Kata Umar :Anda tidak sangsi? Betulkah itu?. Jawabku : Fitnah (kesalahan)

seorang laki-laki dalam keluarganya, hartanya, anaknya dan tetangganya dihapuskan oleh shalat, puasa sedekah dan oleh amar ma’ruf serta nahi mungkar. Kata Umar : Bukan itu yang aku maksudkan. Tetapi fitnah yang menggelombang seperti gelombang laut. Jawab Hudzaifah : Ya, Amirul Mu’minin ! Anda tidak usah gelisah mengenai hal itu. Karena antara anda dan fitnah itu ada pintu yang terkunci rapat Kata Umar : Apakah pintu itu dipecah atau dibuka orang?. Jawab Hudzaifah : Akan pecah Kata Umar: Kalau sudah pecah, tentu tak dapat dikunci lagi untuk selama-lamanya.

Kami (Syaqiq dkk) bertanya kepada Hudzaifah : Apakah Umar tahu pintu itu?. Jawab Hudzaifah : Ya, dia tahu sebagaimana dia tahu bahwa malam ini terjadi sebelum besok pagi. Dan aku telah menceritakan kepadanyta hadits yang tidak mengandung kesalahan. Kata Syaqiq : Kami takut akan bertanya lagi kepada Hudzaifah perihal pintu itu, maka kami suruh Masruq bertanya. Jawab Hudzaifah : Pintu itu adalah Umar sendiri. (HR Bukhari)

Disinilah pentingnya sebuah wasiat yang harus diwasiatkan oleh orang yang telah melihat datangnya tandatanda kematian dirinya, kepada keluarga yang akan ditinggalkannya. Terbacanya tanda-tanda kematian tergantung dari tingkat keimanan seseorang kepada Allah Swt. Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang kepada Allah Swt, maka semakin jelas tanda-tanda kematian itu terbaca olehnya. Tetapi sebaliknya, semakin rendah tingkat keimanan seseorang kepada Allah Swt maka semakin tidak jelas bahkan bisa jadi tidak terbaca tanda-tanda kematian yang akan datang kepadanya. Oleh sebab itu kita sebagai orang yang telah beriman diwajibkan untuk memlihara tingkat keimanan kita, agar terus berevolusi mencapai tingkat yang tak terbatas, dengan cara :

  1. Membaca ayat-ayat ketuhanan, baik dalam Al Qur’an dan Hadits maupun yang terdapat dalam buku-buku agama.
  2. Berdiskusi dengan saudara-saudara seiman, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
  3. Banyak berkunjung ke Baitullah untuk bertemu dengan Allah. 
Apabila tiga cara tersebut dilaksanakan dengan baik Insya Allah tanda-tanda datangnya kematian pada diri kita, dapat dibaca atau dilihat dengan jelas satu tahun sebelum kita meninggal dunia. Bahkan proses kematian yang akan dialami oleh seorang yang sudah ma’rifatullah dapat ditangguhkan atau ditunda beberapa tahun tergantung dari keinginan orang tersebut yang tentunya hal tersebut terkait dengan ijin Allah Swt, kekuatan jasad dan kesucian ruhani serta bantuan doa dari saudara-saudara seimannya. Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan ijin Allah sebagai ketetapan yang tertentu waktunya. Barang siapa yang menghendaki kebahagiaan dunia niscaya Kami berikan kepadanya. Dan barang siapa menghendaki kebahagiaan Akhirat, niscaya Kami berikan kepadanya. Dan Kami akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur”. (QS Ali Imran 3 : 145)

Allah memang tidak menjelaskan secara terperinci tentang tanda-tanda datangnya proses kematian serta bagaimana rasa dan pengalaman disaat datangnya kematian. Tetapi para ahli ma’ifatullah telah menyusun berbagai buku dan keterangan yang berkaitan dengan hal tersebut. Dan penyusunan buku-buku dan keterangan tentang tanda-tanda kematian dan pengalaman mati, tentunya berdasarkan kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw serta renungan ilham dan petunjuk dari Allah Swt.

Kyai Ageng Usman Efendi Nitiprayitna DW (Ki Ageng Nitiprana DW) adalah pewaris ilmu Tasawuf generasi ke sembilan dari Sunan Kudus, adalah salah satu Ulama Tasawuf yang berhasil menyusun tanda-tanda kematian yang bisa diketahui satu tahun sebelum seseorang meninggal dunia. Berikut tanda-tanda kematian yang dapat dikenali satu tahun sebelum berpisahnya Roh dan Jasad (Qiamat Sugro) :
  1. Dua belas Bulan sebelum kematian menjemput, akan mendengar suara-suara aneh yang belum pernah didengar dan suara tersebut lain dengan suara yang ada didunia.
  2. Sembilan Bulan sebelum kematian menjemput, tiba-tiba melihat sinar matahari bersinar hitam.
  3. Enam bulan sebelum kematian menjemput, tiba-tiba melihat air berwarna merah (kemerah-merahan). Sedangkan api tampaknya berwarna hitam
  4. Seratus Hari sebelum kematian menjemput, sekonyong-konyong di depan mata tampak seperti terbentang laut yang luas, dimana seolah-olah ada sesuatu yang berwarna putih terlentang, sehingga kelihatan mayat dipocong-pocong dan dibungkus.
  5. Delapan puluh Hari sebelum kematian menjemput, apabial menopang tangan di atas kening sendiri lengan tangan dihadapana, ia tidak akan melihat lengan tangannya.
  6. Tujuh puluh Hari sebelum kematian menjemput, tidak dapat menggerakkan jari manisnya dengan leluasa sebagaimana mestinya.
  7. Enam puluh Hari sebelum kematian menjemput, tiba-tiba akan melihat bahwa matahari tampaknya seolah-olah kaca cermin yang didalamnya terdapat bayangan diri pribadi sendiri berupa wajahnya sendiri.
  8. Lima puluh Hari sebelum kematian menjemput, tiba-tiba melihat sejenis cahaya luar biasa indah gemilang, tetapi sekejap menghilang.
  9. Empat puluh Hari sebelum kematian menjemput, kuping akan berdengung terus
  10. menerus.
  11. Tiga puluh Hari sebelum kematian menjemput, perasaan kadang-kadang kosong dan hampir tidak ingat apaapa.
  12. Dua puluh Hari sebelum kematian menjemput, dimata seperti ada yang bergerak terus menerus.
  13. Tujuh Hari sebelum kematian menjemput, langit-langit mulut apabila dijilat dengan ujung lidah tidak terasa geli.
  14. Tiga Hari sebelum kematian menjemput, mendengar suara gaduh dan kadang-kadang mendengar suara tangis bayi yang baru lahir.
  15. Dua empat Jam sebelum kematian menjemput, nafas yang keluar dari hidung terasa sangat dingin, sedang lidah terasa panas. Hidung menjadi kuncup. Denyut yang ada pada kedua kaki semakin hilang dan denyut bagian dada bergetar hebat.
  16. Tiga Jam sebelum kematian menjemput, jalan nafas mulai berkurang, karena sebagian nafasnya mulai berkumpul dengan suatu angan-angan untuk dibawa pulang oleh NUR MUHAMMAD ke hadirat Ilahi Rabbi.
Imam Ghazali rahimahullah diriwayatkan memperoleh tanda-tanda ini sehingga beliau menyiapkan dirinya untuk menghadapi datangnya kematian. Beliau menyiapkan dirinya dengan mandi dan berwuduk serta mengkafani tubuhnya, kecuali bagian kepalanya. Kemudian Imam Ghozali memanggil kakaknya yaitu Imam Ahmad Iuntuk meneruskan mengkafani kepala beliau. Beliau wafat ketika Imam Ahmad bersedia untuk mengkafani bahagian mukanya.

Kematian Mendadak Menurut Al-Quran dan Hadist !

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas segala limpahan nikmat. Tidak ada satu nikmat kecuali itu berasal dari-Nya. Karenanya, kita harus senantiasa bersyukur kepada-Nya dengan menggunakan segala nikmat untuk taat kepada-Nya.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah yang senantiasa bersyukur kepada Allah dengan memperbanyak ibadah kepada-Nya hingga bengkak kedua kakinya. Semoga shalawat dan salam juga dilimpahkan kepada keluarga dan para sahabatnya serta siapa saja yang meniti sunnah-sunnahnya.

Kabar duka menimpa anak negeri ini dini hari tadi sekitar pukul 00.00 WIB (Sabtu, 5 Februari 2011). Raden Pandji Chandra Pratomo Samiadji Massaid atau yang lebih dikenal dengan Adjie Massaid, politikus senayan dari partai Demokrat menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Selatan. Kabarnya, ia meninggal karena serangan jantung setelah sebelumnya sempat bermain futsal.

Kematian Adjie yang bertubuh atletis dan dikenal memiliki gaya hidup sehat dengan rajin berolahraga, tergolong mendadak. Sehingga mengejutkan semua pihak, (tulis Kompas.com/ Sabtu, 5 Februari 2011). Bahkan menurut rekan se-profesi dan satu partai dengannya, Ruhut Sitompul, selama ini Adjie tidak pernah mengeluh tentang penyakitnya.

"Saya kaget. Enggak ada tanda-tanda, siang masih sama saya, rapat fraksi. Kami pisah dia mau Jumatan (shalat Jumat)," katanya ketika ditemui di kediaman Adjie, Jalan Taman Cilandak II Blok E Nomor 14, Cilandak Barat, Jakarta, Sabtu (5/2/2011).

Kematian Datang Tanpa Diundang

Sesungguhnya kematian merupakan misteri bagi manusia. Tak seorangpun yang tahu kapan datangnya. Namun satu kepastian bahwa ajal (waktu kematian) seseorang sudah tercatat jauh hari di Lauhul Mahfudz sebelum manusia diciptakan. Dan ketika seseorang sudah tiba ajalnya, maka tidak bisa diajukan barang sesaat ataupun diundurkan. Allah Ta'ala berfirman,

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (QS. Al A'raf: 34)Setelah kematian maka kesempatan beramal telah habis. Manusia akan mendapatkan balasan dari amal-amal perbuatannya di alam kubur, berupa nikmat atau adzab kubur. Dan ketika sudah terjadi kiamat, dia akan dibangkitkan dan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya di hadapan Allah.

"Maka barang siapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."(QS.Al-A'raf:35). Sedangkan orang yang kafir dan ingkar terhadap kebenaran Islam, "Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."(QS.Al-A'raf:36)

Kematian Mendadak Semakin Marak di Akhir Zaman

Kasus Meninggal mendadak seperti yang terjadi pada Adjie Massaid sudah atau sering kita dengar dalam keseharian kita. Dan di akhir zaman, jumlahnya semakin banyak sebagimana yang diungkapkan oleh Yusuf bin Abdullah bin Yusuf al Wabil dalam kitabnya Asyratus Sa'ah.
Dalam kitabnya tersebut, Yusuf al-Wabil menyebutkan bahwa kematian yang datang tiba-tiba atau mendadak merupakan salah satu dari tanda dekatnya kiamat. Hal ini didasarkan pada beberapa kabar hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Salah satunya hadits marfu' dari Anas bin Malik radliyallah 'anhu,

إِنَّ مِنْ أَمَارَاتِ السَّاعَةِ . . . أَنْ يَظْهَرَ مَوْتُ الْفُجْأَةِ

"Sesungguhnya di antara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah . . . akan banyak kematian mendadak." (HR. Thabrani dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jami' al-Shaghir no. 5899)

Fenomena kematian mendadak ini sudah sering kita saksikan pada masa sekarang. Orang yang sebelumnya sehat bugar, -beraktifitas seperti biasa, atau bahkan berolah raga sepak bola, futsal, badminton dan semisalnya- tiba-tiba ia terjatuh lalu meninggal dunia. Hal ini dibenarkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) berdasarkan sebuah penelitian, setiap tahunnya banyak orang meninggal karena stroke dan serangan jantung. Bahkan disebutkan kalau penyakit jantung menempati urutan pertama yang banyak menyebabkan kematian pada saat ini.

Dalam hadits di atas terdapat mukjizat ilmiah yang kita benarkan melalui kajian kedokteran yang harus diakui. Mukjizat ini membuktikan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah utusan Allah yang tidak berbicara berdasar hawa nafsunya, tapi yang beliau sampaikan adalah wahyu dari Allah yang diturunkan kepada beliau.

Rasanya orang yang hidup pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tak pernah membayangkan akan datangnya zaman yang merebaknya kematian mendadak, kecuali berdasarkan wahyu ilahi yang menyingkap fenomena ini.

Maksud Kematian Mendadak

Banyak sebab kematian, tapi kematian itu tetap satu. Hal ini menunjukkan bahwa kematian memiliki sebab, seperti sakit, kecelakaan, atau bunuh diri dan semisalnya. Sedangkan kematian yang tanpa didahului sebab itulah maksud kematian yang mendadak yang belum bisa diprediksi sebelumnya.

Seiring majunya ilmu kedokteran, manusia bisa menyingkap tentang sebab kematian seperti kanker, endemik, atau penyakit menular. Penyakit-penyakit ini mengisyaratkan dekatnya kematian, tetapi sebab yang utama adalah mandeknya jantung secara tiba-tiba yang datang tanpa memberi peringatan.

Para ulama mendefinisikan kematian mendadak sebagai kematian tak terduga yang terjadi dalam waktu yang singkat dan salah satu kasusnya adalah seperti yang dialami orang yang terkena serangan jantung.

Imam al-Bukhari dalam shahihnya membuat sebuah bab, بَاب مَوْتِ الْفَجْأَةِ الْبَغْتَةِ "Bab kematian yang datang tiba-tiba". Kemudian beliau menyebutkan hadits Sa'ad bin 'Ubadah radliyallah 'anhu ketika berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia secara mendadak dan aku yakin seandainya ia berbicara sebelum itu, pastilah dia ingin bersedekah. Maka dari itu, apakah dia akan mendapat pahala apabila jika aku bersedekah untuknya?" Beliaupun menjawab, "Ya". (Muttafaq 'alaih)

. . . kematian mendadak sebagai kematian tak terduga yang terjadi dalam waktu yang singkat dan salah satu kasusnya adalah seperti yang dialami orang yang terkena serangan jantung.

Kematian Mendadak Dalam Pandangan Ulama

Sebagian ulama salaf tidak menyukai kematian yang datang secara mendadak, karena dikhawatirkan tidak memberi kesempatan seseorang untuk meninggalkan wasiat dan mempersiapkan diri untuk bertaubat dan melakukan amal-amal shalih lainnya. Ketidaksukaan terhadap kematian mendadak ini dinukil Imam Ahmad dan sebagian ulama madzhab Syafi'i. Imam al-Nawawi menukil bahwa sejumlah sahabat Nabishallallahu 'alaihi wasallam dan orang-orang shalih meninggal secara mendadak. An-Nawawi mengatakan, "Kematian mendadak itu disukai oleh para muqarrabin (orang yang senantiasa menjaga amal kebaikan karena merasa diawasi oleh Allah)." (Lihat (Fathul Baari: III/245)

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, "Dengan demikian, kedua pendapat itu dapat disatukan." (Fathul Baari: III/255)

Terdapat keterangan yang menguatkan bahwa kematian mendadak bagi seorang mukmin tidak layak dicela. Dari Abdullah bin Mas'ud radliyallah 'anhu, dia berkata, "Kematian mendadak merupakan keringanan bagi seorang mukmin dan kemurkaan atas orang-orang kafir." Ini adalah lafadz Abdul Razaq dan al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir, sedangkan lafadz Ibnu Abi Syaibah, "Kematian mendadak merupakan istirahat (ketenangan) bagi seorang mukmin dan kemurkaan atas orang kafir." (HR. Abdul Razaq dalam al Mushannaf no. 6776, al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir no. no. 8865)

Dari Aisyah radliyallah 'anha, berkata, "Aku pernah bertanya kepada Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam mengenai kematian yang datang tiba-tiba. Lalu beliau menjawab,

رَاحَةٌ لِلْمُؤْمِنِ وَأَخْذَةُ أَسَفٍ لِفَاجِرٍ

"Itu merupakan kenikmatan bagi seorang mukmin dan merupakan bencana bagi orang-orang jahat." (HR. Ahmad dalam al-Musnad no. 25042, al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman no. 10218. Syaikh al Albani mendhaifkannya dalam Dha'if al Jami' no. 5896)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud dan Aisyah radliyallah 'anhuma, keduanya berkata, "Kematian yang datang mendadak merupakan bentuk kasih sayang bagi orang mukmin dan kemurkaan bagi orang dzalim." (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam al Mushannaf III/370, dan al-Baihaqi dalam al-Sunan al Kubra III/379 secara mauquf).

Kematian mendadak yang dialami seorang mukmin adalah kebaikan baginya. Dia merdeka dari hiruk pikuk dunia yang menjemukan dan terbebas dari fitnah-fitnahnya.

Alangkah indahnya hadits yang dijadikan sebagai penguat oleh Imam al-Baihaqi dalam al Sunan al-Kubra pada kitab "Al-Janaiz" Bab, "Fi Mautil Faj'ah", dari hadits Abu Qatadah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah dilalui iring-iringan jenazah. Beliau lalu bersabda, "Yang istirahat dan yang diistirahatkan darinya." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apa maksud yang istirahat dan yang diistirahatkan darinya?" Beliau menjawab,


الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ ، وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلاَدُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ


"Seorang hamba yang mukmin beristirahat dari keletihan dunia dan kesusahannya, kembali kepada rahmat Allah. Sedangkan hamba yang jahat, para hamba, negeri, pohon dan binatang beristirahat (merasa aman dan tenang) darinya." (HR. Muslim no. 950, Ahmad no. 21531)

Kematian mendadak yang dialami seorang mukmin adalah kebaikan baginya. Dia merdeka dari hiruk pikuk dunia yang menjemukan dan terbebas dari fitnah-fitnahnya. Sedangkan Kematian mendadak yang dialami seorang fajir merupakan kabar gembira bagi hamba Allah. Mereka akan terbebas dari gangguannya. Di antara gangguannya adalah kedzalimannya terhadap mereka, kesenangannya melakukan kemungkaran dan jika diingatkan malah menantang dan itu menyulitkan mereka. Jika diingatkan malah menyakiti dan bila didiamkan mereka menjadi berdosa. Sedangkan istirahatnya binatang adalah dikarenakan sang fajir tadi selalu menyakiti dan menyiksanya serta membebani di luar kemampuannya, tidak memberinya makan dan yang lainnya. Sedangkan istirahatnya negeri dan pepohonan adalah karena perbuatan jahat sang fajir hujan tidak turun, dia mengeruk kekayaannya dan tidak mengairinya.

"Kematian mendadak merupakan keringanan bagi seorang mukmin dan kemurkaan atas orang-orang kafir." Ibnu Mas'ud

Menyikapi Kematian Mendadak

Bagi orang yang berakal sehat tentu akan mengambil pelajaran dari fenomena yang ia saksikan. Terlebih fenomena tersebut telah disampaikan oleh orang yang terpercaya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Maka sepantasnya ia segera kembali kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya, sebelum kematian itu menjemputnya.
Imam al-Bukhari pernah berkata,
  1. Peliharalah waktu ruku'mu ketika senggang.
  2. Sebab, boleh jadi kematian akan datang secara tiba-tiba
  3. Betapa banyaknya orang yang sehat dan segar bugar
  4. Lantas meninggal dunia dengan tiba-tiba
Dan setelah memahami adanya kematian yang mendadak, dan semakin sering terjadi pada akhir zaman (termasuk zaman kita ini), hendaknya kita mempersiapkan diri dengan bersegera menyambut seruan Allah untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Dan perintah Allah yang paling utama adalah memurnikan tauhid kepada-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, baik dalam masalah ibadah dan pengabdian, juga dalam masalah ketaatan dan ketundukan kepada syariat-Nya.

Sesungguhnya kematian akan tetap datang ke manapun kita lari dan di manapun kita sembunyi. Tidak ada kekuatan di alam raya yang bisa melawan ketetapan ilahi ini. Dan setelah kematian, setiap orang akan mendapat balasan dari amal yang telah dikerjakannya di dunia. Maka bertakwalah kepada Allah, Wahai hamba-hamba Allah! Janganlah engkau menjadi orang yang menyesal ketika kematian datang dan minta diberi kesempatan untuk beramal. Sesungguhnya ajal tidak bisa ditangguhkan dan tidak bisa ditunda barang sesaat.

Ketahuilah! sesungguhnya dunia ini terus berjalan ke belakang meninggalkanmu, dan akhirat berjalan mendatangi. Ingatlah saat kematian dan perpindahan ke alam Barzah. Dan (ingatlah) yang akan tergambarkan di hadapanmu, berupa banyaknya keburukan dan sedikitnya kebaikan. Maka, apa yang ingin engkau amalkan pada saat itu, segeralah amalkan sejak hari ini. Dan apa yang ingin engkau tinggalkan saat itu, maka tinggalkanlah sejak sekarang.

Maka seandainya setelah mati, kamu dibiarkan. Sesungguhnya kematian itu merupakan kenyamanan bagi seluruh yang hidup. Namun. jika kamu telah mati, kamu pasti dibangkitkan dan akan ditanya tentang segala sesuatu, lalau diberi balasan dari setiap perbuatan. Kalau seperti itu, maka kematian merupakan sesuatu yang menakutkan dan menghawatirkan. 

KEMATIAN MENURUT AL-QUR’AN

10- Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka (pada hari kiamat): “Sesungguhnya kebencian Allah (kepadamu) lebih besar daripada kebencianmu kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman lalu kamu kafir”

11- Mereka menjawab: “Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?”

Ketika manusia dikumpulkan dipadang Mahsyar pada hari berbangkit kelak dan orang kafir telah melihat dengan jelas akibat perbuatan mereka menentang ayat ayat Allah selama ini, mereka mengeluh : ” Ya Allah Engkau telah mematikan kami dua kali, dan menghidupkan kami dua kali pula, lalu kami mengakui dosa kami, adakah jalan keluar bagi kami dari kesulitan yang dahsyat pada hari ini (neraka jahanam) “. Dialog antara orang kafir dengan Allah ini diabadikan dalam surat Al Mukmin ayat 10 -11, sebagaimana kami kutipkan diawal artikel ini.

Selama hidup didunia ini kita hanya mengerti bahwa mati dan hidup itu hanya sekali saja, namun setelah diakhirat kelak kita baru, mengerti bahwa kita hidup dan mati sebanyak dua kali. Memperhatikan dialog diatas kita jadi bertanya, apakah yang dimaksud dengan kematian itu? Dalam Al Qur’an dikatakan bahwa kita mati dan hidup sebanyak dua kali, padahal yang kita ketahui selama ini kita hidup dan mati hanya satu kali.

Definisi mati menurut Al-Qur’an

Mati menurut pengertian secara umum adalah keluarnya Ruh dari jasad, kalau menurut ilmu kedokteran orang baru dikatakan mati jika jantungnya sudah berhenti berdenyut. Mati menurut Al-Qur’an adalah terpisahnya Ruh dari jasad dan hidup adalah bertemunya Ruh dengan Jasad. Kita mengalami saat terpisahnya Ruh dari jasad sebanyak dua kali dan mengalami pertemuan Ruh dengan jasad sebanyak dua kali pula. Terpisahnya Ruh dari jasad untuk pertama kali adalah ketika kita masih berada dialam Ruh, ini adalah saat mati yang pertama. Seluruh Ruh manusia ketika itu belum memiliki jasad. Allah mengumpulkan mereka dialam Ruh dan berfirman sebagai disebutkan dalam surat Al A’raaf 172:

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”, (Al A’raaf 172)

Selanjutnya Allah menciptakan tubuh manusia berupa janin didalam rahim seorang ibu, ketika usia janin mencapai 120 hari Allah meniupkan Ruh yang tersimpan dialam Ruh itu kedalam Rahim ibu, tiba-tiba janin itu hidup, ditandai dengan mulai berdetaknya jantung janin tersebut. Itulah saat kehidupan manusia yang pertama kali, selanjutnya ia akan lahir kedunia berupa seorang bayi, kemudian tumbuh menjadi anak anak, menjadi remaja, dewasa, dan tua sampai akhirnya datang saat berpisah kembali dengan tubuh tersebut.

Ketika sampai waktu yang ditetapkan, Allah akan mengeluarkan Ruh dari jasad.Itulah saat kematian yang kedua kalinya. Allah menyimpan Ruh dialam barzakh, dan jasad akan hancur dikuburkan didalam tanah. Pada hari berbangkit kelak, Allah akan menciptakan jasad yang baru, kemudia Allah meniupkan Ruh yang ada di alam barzakh, masuk dan menyatu dengan tubuh yang baru sebagaimana disebutkan dalam surat Yasin ayat 51:

51- Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. 52- Mereka berkata: “Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul (Nya). (Yasin 51-52)

Itulah saat kehidupan yang kedua kali, kehidupan yang abadi dan tidak akan adalagi kematian sesudah itu. Pada saat hidup yang kedua kali inilah banyak manusia yang menyesal, karena telah mengabaikan peringatan Allah. Sekarang mereka melihat akibat dari perbuatan mereka selama hidup yang pertama didunia dahulu. Mereka berseru mohon pada Allah agar dizinkan kembali kedunia untuk berbuat amal soleh, berbeda dengan yang telah mereka kerjakan selama ini sebagaimana disebutkan dalam surat As Sajdah ayat 12:

Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin”. (As Sajudah 12)

Itulah proses mati kemudian hidup, selanjutnya mati dan kemudian hidup kembali yang akan dialami oleh semua manusia dalam perjalanan hidupnya yang panjang dan tak terbatas. Proses ini juga disebutkan Allah dalam surat Al Baqaqrah ayat 28:

Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan? (Al Baqarah 28)

Demikianlah definisi mati menurut Al-Qur’an, mati adalah saat terpisahnya Ruh dari Jasad. Kita akan mengalami dua kali kematian dan dua kali hidup. Jasad hanya hidup jika ada Ruh, tanpa Ruh jasad akan mati dan musnah. Berarti yang mengalami kematian dan musnah hanyalah jasad sedangkan Ruh tidak akan pernah mengalami kematian.

Pada saat mati yang pertama, jasad belum ada namun Ruh sudah ada dan hidup dialam Ruh. Pada saat hidup yang pertama Ruh dimasukan kedalam jasad , sehingga jasad tersebut bisa hidup. Pada saat mati yang kedua, Ruh dikeluarkan dari jasad , sehingga jasad tersebut mati, namun Ruh tetap hidup dan disimpan dialam barzakh. Jasad yang telah ditinggalkan oleh Ruh akan mati dan musnah ditelan bumi. Pada saat hidup yang kedua, Allah menciptakan jasad yang baru dihari berbangkit, jasad yang baru itu akan hidup setelah Allah memasukan Ruh yang selama ini disimpan dialam barzak kedalam tubuh tersebut. Kehidupan yang kedua ini adalah kehidupan yang abadi, tidak ada lagi kematian atau perpisahan antara Ruh dengan jasad sesudah itu.

Kalau kita amati proses hidup dan mati diatas ternyata yang mengalami kematian dan musnah hanyalah jasad, sedangkan Ruh tidak pernah mengalami kematian dan musnah. Ruh tetap hidup selamanya, ia hanya berpindah pindah tempat, mulai dari alam Ruh, alam Dunia, alam Barzakh dan terakhir dialam Akhirat. Pada saat datang kematian pada seseorang yang sedang menjalani kehidupan didunia ini, maka yang mengalami kematian hanyalah jasadnya saja, sedangkan Ruhnya tetap hidup dialam barzakh. Allah mengingatkan hal tersebut dalam surat Al Baqarah ayat 154 :

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu h idup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (Al Baqarah 154)

Perjalanan panjang tanpa akhir

Kalau kita amati proses perjalan hidup dan mati seperti yang disebutkan diatas , maka yang mengalami kematian hanyalah jasad kita saja, sedangkan Ruh tidak pernah mengalami kematian. Sejak diciptakan pertama kali dan diambil kesaksiannya tentang ke Esaan Allah ketika dikumpulkan dialam Ruh sebagaimana disebutkan dalam surat Al A’raaf 172, mulailah Ruh menempuh perjalanan panjang yang tidak akan pernah berkahir.

Sifat Ruh sama seperti energy, dalam ilmu fisika kita mengenal teori kekekalan Energy. Teori kekalan Energy mengatakan bahwa Energy bersifat kekal, tidak bisa dimusnahkan, dihancurkan ataupun dilenyapkan. Ia hanya mengalami perubahan bentuk. Ruh memiliki sifat seperti Energy ini, ia tidak bisa dimusnahkan, dilenyapkan ataupun dihancurkan, ia kekal selamanya, ia hanya berubah bentuk mulai dialam Ruh, alam Dunia, alam Barzakh dan alam Akhirat kelak.

Kita bisa merasakan selama hidup didunia ini bahwa Ruh kita tidak pernah tidur atau beristirat. Kalau kita tidur pada malam hari, yang tidur adalah jasad atau jasmani kita sedang Ruh kita sendiri, pergi berjalan entah kemana. Ruh tidak bisa hancur, musnah dan lenyap namun ia bisa merasa lemah, sakit dan menderita. Ruh yang kurang mendapat perawatan akan menjadi lemah menderita dan sakit. Penyakit Ruh umumnya akan merembet pada penyakit fisik atau jasmani, penyakit ruh yang umum kita kenal antara lain, gelisah, kecewa, dengki, cemas, takut, sedih, tertekan dan stress berkepanjangan.

Ruh mengalami proses pendewasaan selama hidup didunia. Semua bekal yang dibawa untuk perjalanan hidup dialam barzakh dan akhirat didapat dari alam dunia. Namun sayang selama hidup didunia banyak orang yang tidak memperdulikan kebutuhan Ruhnya untuk menghadapi perjalan panjang yang tak akan pernah berakhir ini. Kebanyakan manusia hanya fokus pada masalah kehidupan dunia, dan tidak perduli dengan masalah kehidupan akhirat yang lebih dahsyat dibandingkan dengan kehidupan dunia.

Mereka baru menyadari kekeliruan mereka tatkala ruh telah sampai ditenggorokan, hingga tatkala mereka telah pindah kelam barzakh mereka mengeluh sebagaimana disebutkan dalam surat Al Mukminun ayat 99-100 :

99- (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia),

100- agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan (Al Mukminun 99-100)

Penyesalan itu memang selalu terlambat datangnya, namun penyesalan yang muncul setelah datangnya kematian hanyalah sesuatu yang sia-sia. Masa lampau tidak akan pernah kembali, kita hanya terus maju menghadang masa yang akan datang, apapun keadaan kita. Orang yang bijaksana akan mengumpulkan bekal sebanyak banyaknya untuk menempuh perjalanan panjang dialam barzakh dan akhirat. Orang yang lalai hanya fokus pada kehidupan dunia, tidak pernah mempersiapkan diri untuk menempuh perjalanan panjang itu. Bahkan terkesan tidak peduli dengan kehidupan akhirat. Sebagian besar manusia didunia termasuk kedalam golongan orang yang lalai ini, sebagaimana disebutkan dalam surat Yunus ayat 92:” …sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” Lebih tegas lagi disebutkan dalam surat al Insan ayat 27 :

Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat). (Al Insan 27)
Mudah2an kita tidak termasuk orang yang lalai, seperti disebutkan dalam ayat Qur’an diatas. Mari kita persiapkan perbekalan kita untuk menempuh perjalanan panjang yang tidak akan pernah berakhir didunia dan akhirat. Penyesalan diakhirat kelak tidak ada gunanya, masa lalu tidak akan pernah kembali, masa yang akan datang pasti terjadi. Bersiaplah menghadap berbagai perubahan yang akan kita alami sepanjang perjalan hidup yang amat panjang dan melelahkan ini. Berbekallah sebaik baik bekal adalah Taqwa. 


Perjalanan Roh Selepas Kematian

Kami pernah mengiringi jenazah orang anshar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesampainya di kuburan, dan menunggu liang lahatnya dibenahi, Rasulullah duduk menghadap kiblat. Kamipun duduk di sekitar beliau dengan khusyu, seolah di kepala kami ada burung. Di tangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada ranting, beliau tusukkan ke tanah kemudian beliau menengadah ke langit lalu beliau menunduk. Beliau ulang tiga kali. Kemudian beliau bersabda,
استعيذوا بالله من عذاب القبر، مرتين، أو ثلاثا، (ثم قال: اللهم إني أعوذ بك من عذاب القبر) (ثلاثا)

“Mintalah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur.” Beliau ulangi dua atau tiga kali. Kemudian beliau berdoa: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur.”(tiga kali).

Kemudian beliau menceritakan proses perjalanan ruh mukmin dan kafir.

Sesungguhnya hamba yang beriman ketika hendak meninggalkan dunia dan menuju akhirat, turunlah malaikat dari langit, wajahnya putih, wajahnya seperti matahari. Mereka membawa kafan dari surga dan hanuth (minyak wangi) dari surga. Merekapun duduk di sekitar mayit sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut ‘alaihis salam. Dia duduk di samping kepalanya, dan mengatakan, ‘Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan ridha-Nya.’ Keluarlah ruh itu dari jasad, sebagaimana tetesan air keluar dari mulut ceret, dan langsung dipegang malaikat maut. Para malaikat yang lain tidak meninggalkan walaupun sekejap, dan mereka langsung mengambilnya dari malaikat maut.

Mereka memberinya kafan dan hanuth itu. Keluarlah ruh itu dengan sangat wangi seperti bau parfum paling wangi yang pernah ada di bumi. Para malaikat inipun naik membawa ruh itu. Setiap kali ketemu dengan malaikat yang lain, mereka akan bertanya: ‘Ruh siapakah yang baik ini?’ Mereka menjawab, ‘Fulan bin Polan’ – dengan nama terbaik yang pernah dia gunakan di dunia –. Hingga sampai di langit dunia. Mereka minta agar pintu langit dibukakan, lalu dibukakan. Mereka naik menuju langit berikutnya, dan diikuti para malaikat langit dunia. Hingga sampai di langit ketujuh. Kemudian Allah berfirman, ‘Tulis catatan amal hamba-Ku di Illiyin.’

“Tahukah kamu Apakah ‘Illiyyin itu? (yaitu) kitab yang bertulis, Disaksikan oleh para malaikat”

“Kembalikan hamba-Ku ke bumi, karena dari bumi Aku ciptakan mereka, ke bumi Aku kembalikan mereka, dan dari bumi Aku bangkitkan mereka untuk kedua kalinya.” Maka dikembalikanlah ruhnya ke jasadnya. Kemudian mayit mendengar suara sandal orang yang mengantarkan jenazahnya sewaktu mereka pulang setelah pemakaman.

Kemudian datanglah dua malaikat yang keras gertakannya. (dalam riwayat lain: warnanya hitam biru) Lalu mereka menggertaknya, dan mendudukkan si mayit.

Mereka bertanya: ‘Siapa Rabmu?’ Si mukmin menjawab, ‘Rabku Allah.’ ‘Apa agamamu?’, tanya malaikat. ‘Agamaku islam’ jawab si mukmin. ‘Siapakah orang yang diutus di tengah kalian?’ Si Mukmin menjawab, ‘Dia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Sang malaikat bertanya lagi, ‘Bagaimana amalmu?’ Jawab Mukmin, ‘Saya membaca kitab Allah, saya mengimaninya dan membenarkannya.’

Pertanyaan malaikat: ‘Siapa Rabmu? Apa agamamu? Siapa nabimu?’ Inilah ujian terakhir yang akan diterima seorang mukmin. Allah memberikan keteguhan bagi mukmin untuk menjawabnya, seperti firman-Nya,

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat..” (QS. Ibrahim: 27)

Sehingga dia bisa menjawab: Rabku Allah, agamaku islam, Nabiku Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tiba-tiba ada suara dari atas, “Hambaku benar, bentangkan untuknya surga, beri pakaian surga, bukakan pintu surga untuknya.” Diapun mendapatkan angin surga dan wanginya surga, dan kuburannya diluaskan sejauh mata memandang.

Kemudian datanglah orang yang wajahnya sangat bagus, pakaiannya bagus, baunya wangi. Dia mengatakan, ‘Kabar gembira dengan sesuatu yang menyenangkanmu. Kabar gembira dengan ridha Allah dan surga nan penuh kenikmatan abadi. Inilah hari yang dulu kamu dijanjikan.’ Si mayit dengan keheranan bertanya, ‘Semoga Allah juga memberi kabar gembira untuk anda. Siapa anda, wajah anda mendatangkan kebaikan?’ Orang yang berwajah bagus ini menjawab, ‘Saya amal sholehmu.’ [suhnahallah.., amal shaleh yang menemani kita di kesepian, menemani kita di kuburan]

Kemudian dibukakan untuknya pintu surga dan pintu neraka. Ketika melihat ke neraka, disampaikan kepadanya: ‘Itulah tempatmu jika kamu bermaksiat kepada Allah. Dan Allah gantikan kamu dengan tempat yang itu.’ Kemudian si mayit menoleh ke arah surga.

Melihat janji surga, si mayit berdoa: ‘Wahai Rabku, segerakanlah kiamat, agar aku bisa berjumpa kembali ke keluarga dan hartaku.’ Lalu disampaikan kepadanya: ‘Tenanglah.’

Sementara hamba yang kafir, ketika hendak meninggalkan dunia dan menuju akhirat, turunlah para malaikat dari langit, yang bengis dan keras, wajahnya hitam, mereka membawa Masuh (kain yang tidak nyaman digunakan) dari neraka. Mereka duduk di sekitar mayit sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut, dan duduk di samping kepalanya. Dia memanggil, ‘Wahai jiwa yang busuk, keluarlah menuju murka Allah.’

Ruhnya ketakutan, dan terpencar ke suluruh ujung tubuhnya. Lalu malaikat maut menariknya, sebagaimana gancu bercabang banyak ditarik dari wol yang basah. Sehingga membuat putus pembuluh darah dan ruang tulang. Dan langsung dipegang malaikat maut. Para malaikat yang lain tidak meninggalkan walaupun sekejap, dan mereka langsung mengambilnya dari malaikat maut. Kemudian diberi masuh yang mereka bawa. Ruh ini keluar dengan membawa bau yang sangat busuk, seperti busuknya bau bangkai yang pernah ada di muka bumi. Merekapun naik membawa ruh ini. Setiap kali mereka melewati malaikat, malaikat itupun bertanya, ‘Ruh siapah yang buruk ini?’ Mereka menjawab, ‘Fulan bin Fulan.’ – dengan nama yang paling buruk yang pernah dia gunakan ketika di dunia – hingga mereka sampai di langit dunia. Kemudian mereka minta dibukakan, namun tidak dibukakan. Ketika itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah,

لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ

(Orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya), tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. (QS. Al-A’raf: 40)

Kemudian Allah berfirman, ‘Tulis catatan amal hamba-Ku di Sijjin, di bumi yang paling dasar.’ Kemudian dikatakan, ‘Kembalikan hamba-Ku ke bumi, karena Aku telah menjanjikan bahwa dari bumi Aku ciptakan mereka, ke bumi Aku kembalikan mereka, dan dari bumi Aku bangkitkan mereka untuk kedua kalinya.’ Kemudian ruhnya dilempar hingga jatuh di jasadnya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah,

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ

Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, Maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.(QS. Al-Haj: 31)

Kemudian ruhnya dikembalikan ke jasadnya, sehingga dia mendengar suara sandal orang mengiringi jenazahnya ketika pulang meninggalkan kuburan. Kemudian datanglah dua malaikat, gertakannya keras. Merekapun menggertak si mayit dan mendudukkannya. Mereka bertanya: ‘Siapa Rabmu?’ Si kafir menjawab, ‘hah..hah.. saya gak tahu.’ ‘Apa agamamu?’, tanya malaikat. ‘hah..hah.. saya gak tahu,’ jawab si kafir. ‘Siapakah orang yang diutus di tengah kalian?’ Si kafir tidak kuasa menyebut namannya. Lalu dia digertak: “Namanya Muhammad!!”, si kafir hanya bisa mengatakan, ‘hah..hah.. saya gak tahu. Saya cuma mendengar orang-orang bilang seperti itu.’ Diapun digertak lagi: “Kamu tidak tahu dan tidak mau tahu.” Tiba-tiba ada suara dari atas, “Hambaku dusta, bentangkan untuknya neraka, bukakan pintu neraka untuknya.”

Diapun mendapatkan panasnya neraka dan racun neraka. Kuburnya disempitkan hingga tulang-tulangnya berserakan. Lalu datanglah orang yang wajahnya sangat buruk, berbaju jelek, baunya seperti bangkai. Dia mengatakan: ‘Kabar buruk untukmu, inilah hari dimana dulu kau dijanjikan.’ Si mayit kafirpun menjawab, ‘Kabar buruk juga untukmu, siapa kamu? Wajahmu mendatangkan keburukan.’ Orang ini menjawab, ‘Saya amalmu yang buruk.’ – Allahul musta’an, amal buruk itu semakin menyesakkan pelakunya di lahatnya – kemudian dia diserahkan kepada makhluk yang buta, tuli, dan bisu. Dia membawa pentungan! Andaikan dipukulkan ke gunung, niscaya akan jadi debu. Kemudian benda itu dipukulkan ke mayit kafir, dan dia menjadi debu. Lalu Allah kembalikan seperti semula, dan diapun memukulnya lagi. Dia berteriak sangat keras, bisa didengar oleh semua makhluk, kecuali jin dan manusia. Lalu dibukakan untuknya neraka dan disiampkan tempatnya di neraka. Diapun memohon: ‘Ya rab, jangan Engkau tegakkan kiamat.’

Hadis ini diriwayatkan Ahmad 18543, Abu Daud 4753, Syuaib Al-Arnauth menyatakan, Sanadnya shahih. Al-Albani menyatakan hadis ini hadis yang shahih.

Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah di hadapan para sahabat radhiyallahu ‘anhum dan membuat mereka terkejut dan ketakutan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


قَدْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُوْنَ فِي الْقُبُوْرِ

“Telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan diuji di dalam kubur.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 1373)

Diriwayatkan dari al-Bara’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Suatu hari kami mengantarkan jenazah salah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari golongan Anshar. Sesampainya di perkuburan, liang lahad masih digali. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun duduk (menanti) dan kami juga duduk terdiam di sekitarnya seakan-akan di atas kepala kami ada burung gagak yang hinggap, dan di tangan Beliau tergenggam tongkat yang menancap ke tanah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengarahkan pandangannya ke langit dan menundukkannya lagi ke tanah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya tiga kali seraya bersabda: “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur!” Beliau mengulangi perintah ini dua atau tiga kali.

Kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin, jika ia terputus dari kehidupan dunia lalu menuju kehidupan Akherat (yakni di saat detik-detik sakaratul maut), turunlah kepadanya para Malaikat dari langit dengan wajah yang cerah, secerah sinar matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari Surga lalu duduk di sekeliling mukmin tersebut sejauh mata memandang. Setelah itu turunlah Malaikat Maut dan duduk di samping kepalanya. Malaikat maut itu berkata, ‘Wahai ruh yang mulia, keluarlah engkau menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya’. Maka nyawa itu (dengan mudahnya) keluar dari tubuh mukmin tersebut seperti lancarnya air yang mengalir dari mulut sebuah kendil. Lalu nyawa tersebut diambil oleh Malaikat maut dan dalam sekejap mata diserahkan kepada para Malaikat yang berwajah cerah tadi lalu dibungkus dengan kafan Surga dan diberi wewangian darinya pula. Hingga terciumlah bau harum seharum wewangian yang paling harum di muka bumi.

Kemudian nyawa yang telah dikafani itu diangkat ke langit. Setiap melewati sekelompok Malaikat di langit, mereka bertanya, ‘Ruh siapakah yang menyebarkan bau harum ini?’ Para Malaikat yang membawanya menjawab, “Ini adalah ruh fulan bin fulan’, seraya mereka menyebutkan nama-nama panggilannya yang terbaik yang biasa dipanggilkan kepadanya ketika di dunia. Sesampainya di langit dunia mereka meminta izin untuk memasukinya, lalu pintu langit pun dibukakan baginya. Maka seluruh Malaikat yang ada di langit itu ikut mengantarkannya menuju langit berikutnya. Hingga mereka sampai di langit ketujuh. Di sanalah Allah berfirman, ‘Tulislah buku catatan amalnya di dalam kitab ‘Iliyyin.” Kemudian Allah berfirman, “Kembalikanlah ruh ini ke bumi, karena Aku telah berjanji kepada mereka, bahwa darinyalah Aku menciptakan mereka (para manusia), dan kepadanyalah Aku akan kembalikan, serta darinyalah Aku akan mengeluarkan mereka pada kesempatan yang lain (yakni saat dibangkitkan).”

Kemudian ruh itu dikembalikan ke bumi dan dikembalikan ke jasadnya di dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: (saat itulah) Jenazah mendengar suara sandal sahabat-sahabatnya ketika mereka kembali (dari kuburannya)

Lantas datanglah dua Malaikat yang keras bentakannya, seraya memerintahkannya untuk duduk. Kedua Malaikat itu bertanya, “Siapakah Rabb-mu?” Ia menjawab, “Rabb-ku adalah Allah.” Kedua Malaikat bertanya lagi, “Apakah agamamu?” Ia menjawab, “Agamaku Islam.” Keduanya bertanya lagi, ‘Siapakah orang yang telah diutus untuk kalian?’ Ia menjawab, “Beliau adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Kedua malaikat bertanya, “Dari mana engkau tahu?” Ia menjawab, “Aku membaca Al-Qur’an lalu aku mengimaninya dan membenarkannya.”

Tiba-tiba terdengarlah suara dari langit yang menyeru, “Sungguh benar hamba-Ku, maka hamparkanlah permadani Surga baginya, berikanlah kepadanya pakaian dari Surga serta bukakanlah untuknya pintu menuju Surga.” Maka menghembuslah angin segar dan harumnya Surga (memasuki kuburannya) lalu kuburannya diluaskan sepanjang mata memandang.

Saat itu datanglah seorang (pemuda asing) yang amat tampan memakai pakaian yang sangat indah dan berbau harum sekali, seraya berkata, “Bergembiralah, inilah hari yang telah dijanjikan dulu bagimu.” Mukmin tadi bertanya, ‘Siapakah engkau? Wajahmu mencerminkan wajah orang yang selalu mengerjakan kebaikan.” Laki-laki itu mengatakan, “Aku adalah amal sholihmu.” Sang mukmin itu pun berkata, “Wahai Rabb-ku (segerakanlah datangnya) hari kiamat, karena aku ingin bertemu dengan keluarga dan hartaku.”

Adapun orang yang durhaka, di saat dia dalam keadaan tidak mengharapkan Akherat dan masih menginginkan (keindahan) duniawi, turunlah dari langit Malaikat yang kasar lagi keras dengan wajah yang hitam pekat dan membawa kain kafar yang kasar dari Neraka. Lalu mereka duduk di sekelilingnya sejauh mata memandang. Saat itu turunlah Malaikat maut dan duduk di samping kepalanya seraya berkata, ‘”Wahai ruh yang jelek, keluarlah dan jemputlah kemurkaan dan kemarahan Allah!” Maka ruh orang yang durhaka itu menyebar di sekujur tubuhnya (karena enggan untuk keluar). Maka Malaikat maut pun menca-but nyawanya dengan paksa, sebagaimana seseorang yang menarik besi beruji yang menempel di kapas basah. Begitu nyawa tersebut sudah berada di tangan Malaikat maut, sekejap mata diambil oleh para Malaikat bermuka hitam yang ada di sekelilingnya, lalu nyawa tadi segera dibungkus dengan kain kafan kasar. Tiba-tiba terciumlah bau busuk sebusuk bangkai yang paling busuk di muka bumi.

Lalu para Malaikat itu membawa ruhnya ke langit. Tidaklah mereka melewati seorang Malaikat pun melainkan mereka selalu ditanya, “Ruh siapakah yang jelek hina ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah ruh fulan bin fulan,” sambil menyebutkan nama-nama panggilannya yang terburuk yang biasa dipanggilkan kepadanya ketika di dunia. Sesampainya di langit dunia, mereka meminta supaya dibukakan pintu langit, namun para Malaikat penjaganya tidak membukakannya.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah:

لاَ تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلاَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ
حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ (40)

“Tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk Surga, hingga ada unta bisa masuk ke lubang jarum.” (QS. Al-A’raf: 40)
Saat itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Tulislah buku catatan amalnya di dalam Sijjin, yaitu di bagian bumi paling bawah.” Lalu Allah berfirman, “Kembalikanlah ruh ini ke bumi, karena Aku telah berjanji kepada mereka, bahwa darinyalah Aku menciptakan mereka, dan kepadanya-lah Aku akan kembalikan, serta darinyalah Aku akan mengeluarkan mereka pada kesempatan yang lain.” Kemudian ruhnya dilemparkan dari langit kencang sekali sehingga jatuh menimpa jasadnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah Ta’ala:

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ
أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيْحُ فِي مَكَانٍ سَحِيْقٍ (31)

“Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al-Hajj: 31)

Kemudian ruhnya kembali ke dalam jasadnya, hingga datanglah dua Malaikat yang keras bentakannya, seraya memerintahkannya untuk duduk. Kedua Malaikat itu bertanya, ‘Siapakah Rabb-mu?’, Ia menjawab, “Euh,.. euh, aku tidak tahu.” Kedua Malaikat bertanya lagi, “Apakah agamamu?” Ia menjawab, “Euh,.. euh, aku tidak tahu.” Keduanya bertanya lagi, “Siapakah orang yang telah diutus untuk kalian?” Ia pun sama sekali tidak ingat namanya, sehingga dikatakan kepadanya, “Muhammad.” Ia menjawab, “Euh,.. euh, aku tidak tahu, dan aku hanya orang-orang yang menyebut-nyebut nama itu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dikatakan kepadanya, “Kamu tidak tahu, dan tidak mau mengikuti orang-orang yang tahu.”

Kemudian terdengarlah suara dari langit yang menyeru, “Sungguh ia pendusta, maka hamparkanlah untuknya permadani dari Neraka, dan bukakanlah untuknya pintu menuju Neraka.” Saat itu ia merasakan panasnya hembusan api Neraka dan angin panasnya. Kemudian kuburannya menghimpitnya, hingga tulang belulangnya (pecah dan) menancap satu sama lainnya.
Tiba-tiba datanglah seorang yang bermuka amat buruk memakai pakaian kotor dan berbau sangat busuk, seraya berkata, “Aku datang membawa kabar buruk untukmu, hari ini adalah hari yang telah dijanjikan bagimu.” Orang kafir itu bertanya, ‘Siapakah engkau? Wajahmu menandakan wajah orang yang selalu melakukan keburukan.” Laki-laki itu menjawab, “Aku adalah amalmu yang jelek.” Orang yang durhaka ini pun mengatakan, “Wahai Rabbku, janganlah Engkau melaksanakan hari kiamat.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad, XXX/499-503, Abu Dawud no. 3210, an-Nasaa’i 1/282, dan selainnya. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Hakim dalam Al-Mustadrak, I/39 dan al-Albani dalam Ahkamul Janaiz, hal. 156)


MENGINTIP FENOMENA ALAM BARZAKH

Kehidupan manusia pada hakikatnya adalah perjalanan panjang dan memakan waktu yang sangat panjang pula. Bermula dari alam arwah. Yaitu alam di mana manusia masih dalam bentuk ruh-ruh. Kemudian disusul dengan alam rahim di dalam kandungan ibu. Berikutnya adalah alam dunia yang saat ini kita hidup di dalamnya. Setelah itu adalah alam barzakh atau alam kubur. Baru kemudian kita memasuki alam keabadian, yaitu alam akhirat. Saat itu, kita akan menempati tempat tinggal kita yang sebenarnya, yaitu salah satu di antara surga atau neraka.

Nah, di antara sekian alam yang akan dialami oleh manusia tersebut, alam barzakh adalah alam yang segera dialami sesudah kehidupan dunia ini. Manusia akan memasuki alam barzakh setelah ruh mereka meninggalkan tubuh kasar mereka. Istilah yang dikenal untuk proses ini disebut dengan "kematian". Hanya saja kematian ini sebenarnya bukanlah kemusnahan ruh, namun hanyalah perpindahan ruh dari satu alam ke alam yang lain. Dalam hal ini, Hujjatul Islam Abu Hamid Al Ghazali RA berkata: "Sesungguhnya kematian hanyalah perubahan keadaan saja. Dan sesungguhnya ruh tetap ada setelah ia berpisah dari jasad. Ada kalanya ia mendapatkan kenikmatan atau mendapatkan siksa." (Ihya' Ulumuddin Juz4hlm. 525).

Syaikh Ibnu Al Qayyim Al Hanbali RA berkata: "Kematian nufus (diri/ruh) adalah berpisahnya ruh dari jasadnya. Jika yang dimaksud dengan kata kematian adalah seperti ini, maka ruh memang merasakannya. Namun jika yang dimaksud dengan istilah kematian adalah bahwa ruh itu menjadi musnah/sirna, maka ruh tidak mengalami hal ini. Namun ia akan tetap hidup sesudah penciptaannya, apakah kemudian ia mendapatkan nikmat atau siksa." (Ar Ruuh hal. 37).

Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah bagaimana kehidupan manusia di alam barzakh nanti? Dan bagaimana cara agar manusia mendapat kenikmatan dan kebahagiaan dalam kehidupan di sana. Ini sangat penting, karena tidak ada seorang pun yang akan menghindar dari kehidupan di alam barzakh. Dan tidak ada seorang manusia yang ingin merasakan penderitaan dalam kehidupan di sana kelak. Dengan berbekal pengetahuan tentang alam barzakh tersebut, paling tidak manusia dapat mempersiapkan diri untuk menghadapinya dengan lebih baik. Dengan demikian, Insya Allah ia akan terhindar dari malapetaka yang kelak menimpa mereka yang tidak mempersiapkan kehidupan di alam barzakh.

PERJALANAN MENUJU BARZAKH

Barzakh secara harfiah berarti jarak waktu atau penghalang antara dua hal dan tidak ada yang sanggup melewatinya. Menurut Islam, barzakh berarti tempat yang berada di antara maut dan kebangkitan. Menurut firman Allah SWT dalam Al Quran Surat Al Mukminuun ayat 100: "Di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan." Ia menjawab, "Itu adalah alam antara kematian dan kebangkitan kembali."

Jadi dapat dikatakan bahwa barzakh adalah alam kubur yang membatasi antara dunia dan akhirat. Barzakh menjadi tempat persinggahan sementara jasad makhluk sampai dibangkitkannya pada hari kiamat. Penghuni barzakh berada di tepi dunia (masa lalu) dan akhirat (masa depan).

Perjalanan menuju alam Barzakh diawali dengan berpisahnya ruh dari jasad manusia. Ini adalah saat yang penting bagi perjalanan manusia selanjutnya. Jika saat pelepasan ruh tersebut seseorang dalam keadaan beriman kepada Allah, maka kehidupan selanjutnya adalah keindahan dan kenikmatan. Kematian dalam iman inilah yang kemudian dikenal dengan istilah husnul khatimah (penutup yang baik).

Namun sebaliknya, jika pelepasan ruh seseorang bersamaan dengan hilangnya iman, maka hal ini akan menjadi awal dari sebuah penderitaan yang panjang dan tidak berkesudahan. Keadaan yang demikian ini kemudian dikenal dengan istilah su'ul khatimah (penutup yang buruk). Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:

"Barang siapa yang bertemu Allah (meninggal) sedangkan dia tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka pasti ia masuk surga. Dan tidak akan berbahaya baginya kesalahan sebagaimana jika ia meninggal dalam keadaan musyrik, maka ia akan masuk neraka dan tidak akan bermanfaat kebaikan yang ia lakukan." (HR. Ahmad dengan rijal/nara sumber yang shahih/Majma'uz Zawa'idJuzlhlm. 3).

UCAPAN KUBUR KEPADA MAYIT

Ketika seseorang meninggal dalam keadaan baik, maka tanah pekuburan akan menyambutnya dengan penuh penghormatan. Dan hal ini tentu merupakan awal yang baik bagi seseorang yang memasuki alam barzakh. Sebaliknya, jika seseorang melewatkan hidupnya dengan bergelimang dosa, maka tanah pekuburan akan mencelanya. Dan ini merupakan awal yang mengenaskan dari perjalanan orang yang memasuki alam barzakh.

Dalam sebuah hadits dikatakan, "Berkata kubur kepada mayat ketika diletakkan di dalamnya, 'Celaka engkau wahai anak Adam! Apakah gerangan yang menjadikanmu melupakan aku? Tidakkah engkau tahu bahwa sesungguhnya aku adalah rumah fitnah, rumah kegelapan, rumah kesendirian, rumah cacing? Apakah gerangan yang menjadikanmu lupa dari mengingat aku ketika engkau melewati aku sambil bersuara keras?' Ketika seseorang tersebut orang baik, maka ada yang menjawab dari ucapan kubur tersebut, 'Tidakkah engkau tahu bahwa ia (mayit) adalah seseorang yang selalu mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran?1 Maka kubur pun berkata, 'Jika demikian, aku akan berubah menjadi kebun hijau'." (HR. Ibnu Abid Dunya/Dhaif).

Demikianlah, maka awal perjalanan baru pun dimulai. jika di awal ini manusia selamat, maka dalam perjalanan selanjutnya akan lebih mudah baginya. Namun jika awal perjalanan ini celaka, maka kehidupan selanjutnya akan lebih mencelakakan dirinya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya kubur adalah awal persinggahan di antara persinggahan-persinggahan akhirat. Jika seseorang selamat dari siksa kubur, maka sesudahnya akan menjadi lebih mudah baginya. Namun jika seseorang tidak selamat (dari siksa kubur), maka perjalanan selanjutnya akan lebih buruk baginya." (HR. Ibnu Majah/Mukhtashar TadzkirahAlQurthubihlm. 28).

AHLI KUBUR DAPAT MENGETAHUI ORANG YANG MENZIARAHI KUBURNYA.

Di antara keadaaan ahli kubur adalah bahwa mereka dapat mengetahui siapa yang berziarah kepadanya. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW, "Tidaklah seseorang melewati kubur saudaranya yang mukmin yang ia kenal, kemudian ia mengucapkan salam atasnya, kecuali pasti ahli kubur tersebut akari mengenalnya juga dan akan membalas salamnya." (HR. Al Hafidz Abu Muhammad Al Isybili). Dalam riwayat lain ada tambahan, "Jika ia mengenalnya, maka ahli kubur akan tetap membalas salamnya." Dalam riwayat Abu Dawud dikatakan, "Tidaklah seseorang mengunjungi kubur saudaranya, kemudian duduk di sisinya kecuali ahli kubur tersebut akan merasakan kenyamanan sampai ia berdiri." (Ar Ruuh hlm.14).

AHLI KUBUR DAPAT MENGETAHUI KEADAAN KELUARGANYA SETELAH KEMATIANNYA

Dalam sebuah riwayat yang sanadnya disahihkan oleh Syaikh Ibnu Al Qayyim dikatakan bahwa Sha'b bin Jutsaatsah dan Awf bin Malik telah dipersaudarakan oleh Rasulullah SAW. Suatu saat, Sha'b berkata kepada Awf, ' "Wahai saudaraku, siapa saja di antara kita yang mati terlebih dahulu, maka hendaknya ia menemui saudaranya yang masih hidup dalam impian." Awf berkata, "Apakah itu bisa?" Sha'b berkata, "Ya, bisa."

Demikianlah, maka ketika Sha'b meninggal dunia terlebih dahulu, ia pun menemui Awf dalam mimpi. Di antara dialog keduanya adalah ucapan Sha'b, "Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya tidaklah terjadi satu pun peristiwa di keluargaku setelah kematianku kecuali beritanya sampai kepadaku. Hingga kematian seekor kucing kami beberapa hari yang lalu pun beritanya sampai kepadaku..." dan seterusnya.

Awf bin Malik pun kemudian mengecek hal ini kepada keluarga Sha'b. Benarkah kucing keluarga ini baru saja meninggal beberapa hari yang lalu? Ternyata setelah dicheck, apa yang disampaikan oleh Sha'b dalam mimpinya ini benar adanya (Ar Ruuh him. 15).

AHLI KUBUR BISA MELAKUKAN SESUATU YANG EFEKNYA DIRASAKAN MEREKA YANG HIDUP DI DUNIA

Abul Hasan Al Muthallibi, Imam Masjid Nabawi menceritakan, "Aku melihat sesuatu yang mengagumkan di Madinah. Ada seseorang menceia Abu Bakar dan Umar RA (mungkin mereka ini kaum Syiah). Suatu saat, setelah shalat' subuh, tiba-tiba datanglah seseorang yang bola matanya keluar dan bergelantungan di pipinya. Maka kami pun menanyainya tentang cerita kedua matanya.

Maka ia berkata, "Kemarin malam aku bermimpi bertemu Rasulullah SAW dan di sekitar beliau ada Ali RA, Abu Bakar RA dan Umar RA. Abu Bakar RA dan Umar RA kemudian berkata, 'Wahai Rasulallah, ini dia yang suka menceia dan menyakiti kami.1 Maka Rasulullah SAW berkata, 'Siapa yang memerintahkanmu untuk melakukan yang demikian wahai Abul Qays?' Maka aku katakan, 'Ali.' sambil aku berisyarat kepadanya. Maka Ali pun mendatangiku sambil berkata, 'Jika engkau berbohong, maka Allah akan membutakan matamu.' Kemudian Ali menusuk mataku dengan kedua tangannya hingga aku terbangun dalam keadaan seperti ini." Orang itu kemudian menangis dan bertaubat atas perbuatannya (Ar Ruh hal. 189).

Demikianlah antara lain keadaan ahli kubur di alam barzakh. Semoga seiriua ini menjadikan kita untuk dapat mengambil i'tibar dan lebih meningkat dalam menyongsong kematian. (Abul Fatih).


Dikutip dari : majalah AHAM edisi 98 / Dzulqo'dah 1432 dan  Buletin at-Taubah edisi 10

2 komentar:

  1. Subhanallah Terima kasih atas ilmu yg telah engkau bagikan semoga kita semua selalu dalam lindungan Allahswt,

    BalasHapus