Minggu, 18 Maret 2012

DISAAT IMAN KITA LEMAH

FLUKTUASI IMAN

Kita semua mengetahui, bahwa iman keyakinan kita terhadap Allah SWT sangat mudah berubah, kadang naik, kadang turun. Penyebabnya antara lain, karena suasana hati dan pikiran kita yang berubah-ubah serta bisa juga karena aktifitas duniawi kita yang menyebabkan kita kelelahan, hingga tidak jarang mengakibatkan kita kurang bisa merasakan kekhusu’an dalam ibadah dan kurang bisa merasakan getaran dalam amal ibadah yang kita lakukan

Fluktuasi iman ini sudah disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya, ”Iman itu kadang naik kadang turun, maka perbaharuilah iman kalian dengan la ilaha illallah.” (HR. Ibn Hibban)

Penyebab turunnya iman yang paling banyak adalah saat kita ditimpa suatu ujian atau musibah yang sangat berat. Ada dari kita yang saat mengalami ujian atau ditimpa musibah yang sangat berat, maka seketika itu juga iman keyakinannya langsung turun dratis. Semua diawali dengan kecemasan dan rasa takut yang menghantui kita. Misalnya saat kita terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Sementara, pekerjaan kita adalah satu-satunya sumber penghasilan yang menghidupi keluarga. Dan kita mengetahui bahwa mencari pekerjaan tidaklah mudah, terlebih lagi apabila kita memikirkan bagaimana membiayai istri dan anak-anak kita sekolah, bagaimana membayar tagihan listrik dan pengeluaran bulanan rutin lainnya. Maka biasanya ada dari kita, yang saat itu juga akan goyah dan turun dratis keimanannya terhadap Allah SWT.

Atau saat kita mengetahui, kalau ternyata kita menderita suatu penyakit yang cukup serius dan berbahaya, dimana jalan penyembuhannya adalah dengan cara operasi. Maka seketika itu juga akan ada rasa takut yang menyelinap dan bahkan bisa jadi menguasai kita, apabila kita tidak bisa segera sadar dan memasrahkan semuanya kepada kepada Allah. Ada dari kita yang kadang mempertanyakan takdir Allah dan sulit menerimanya, ”kenapa sakit ini harus menimpa saya, apa salah saya, saya kan selalu rajin ibadah” Disaat kita takut dan bingung itulah, biasanya setan akan mengompori kecemasan dan ketakutan yang sudah ada menjadi lebih parah lagi. Maka pada saat itu jugalah iman kita meorosot turun dratis. Dan bahkan disaat kita coba untuk tegar dan tabah, serta menguatkan kembali iman kita, kadang kecemasan dan ketakutan masih lebih dominan menguasai kita. 

Dan jalan keuar dari semua itu hanya satu, yaitu tawakal diserati dengan ikhtiar. Kita harus yakin, bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita adalah Allah yang mengaturnya. Kita harus menyadari bahwa kita ini berada dalam ketentuan takdir dan genggaman-Nya. Semua itulah yang akan menguatkan kembali iman keyakinan kita kepada Allah, hingga kitapun dapat melalui ujian dan atau musibah yang menimpa kita dengan tabah dan penuh kesabaran serta keikhlasan.

Penyebab turunnya iman keyakinan kita kepada Allah antara lain juga bisa disebabkan karena penurunan semangat dan gairah dalam beribadah. Dan hal seperti ini bisa dialami oleh siapa saja. Dalam kadar yang ringan, gejalanya ditandai dengan kemalasan dan kejenuhan dalam melakukan ibadah, merasa berat menjalankan ibadah dan selalu menunda-nunda ibadah. Kemudian ada rasa keengganan untuk berbuat kebaikan, yang terparah adalah bila tidak ada rasa bersalah dan penyesalan bila melewatkan suatu amal ibadah.

Jika tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditanggulangi dengan segera, penurunan semangat dan gairah dalam ibadah ini akan menjadi semakin parah. Biasanya akan dibarengi dengan penurunan kualitas iman. Dan bila tidak segera diatasi, dapat mengakibatkan seseorang berhenti menjalankan ibadah dan berhenti berbuat kebaikan dan yang terburuk bisa membuat seseorang condong pada kemaksiatan.

Berawal dari menurunnya semangat dan gairah dalam ibadah inilah yang kemudian bisa menjadikan turunnya secara dratis iman seseorang dan bahkan tanpa disadari bisa berakibat seseorang melakukan maksiat. Ini adalah suatu musibah besar yang sangat merugikan.

Jika dikaji lebih mendalam, ada beberapa hal yang menjadi penyebab menurunnya gairah dalam beribadah. Sebabnya adalah karena rendahnya kadar keikhlasan kita dalam ibadah, kita tidak sepenuhnya mengharap ridha Allah SWT dalam beribadah. Karena hanya amal ibadah yang ikhlas lah yang diterima oleh Allah SWT. Dan setitik riya’ di hati akan menjadikan ibadah kita ternoda keikhlasannya.

Sebab lainnya adalah karena ada dari kita yang terlalu membebani diri dalam beribadah, sehingga merasa ibadah menjadi rutinitas yang terasa berat dan membosankan. Tapi jika ibadah kita dilandasi dengan mahabbah (cinta), khauf (takut) dan raja’ (harap) kepada Allah, maka ibadah akan menjadi kebutuhan dan bukan merupakan beban yang berat untuk dilaksanakan.

Memperhatikan dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh penurunan semangat dan gairah dalam beribadah. Ada beberapa tuntunan yang bisa diamalkan untuk mengatasinya, karena dalam melaksanakan aktivitas ibadah terkadang ada saat-saat dimana kita semangat untuk terus-menerus melakukannya, dan ada juga saat-saat dimana semangat kita melemah. Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini : “Barangsiapa yang lemah semangatnya kemudian mengikuti sunnahku, maka sesungguhnya ia akan menang. Dan barangsiapa lemah semangatnya kemudian ia tidak mengikuti sunnahku, maka dia akan celaka.” (HR Ahmad).

Rasulullah SAW juga pernah ditanya tentang amal yang disukai oleh Allah SWT. Beliau menjawab :“Amal yang paling disukai oleh Allah SWT adalah amal yang dilakukan secara rutin walaupun sedikit.” (HR Bukhari & Muslim).

Berikut dua doa yang perlu diamalkan, untuk mengatasi penurunan semangat dan gairah dalam beribadah yang bisa mengakibatkan penurunan iman kita :
Doa dari Al Qur’an : “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS Ali Imran [3] : 8).
Doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW: ” Wahai Dzat yang membolak-balikkan kalbu, tetapkanlah kalbuku atas agama-Mu. ” (HR Tirmidzi).

Perhatikan firman allah SWT berikut ini :”Dan beribadahlah untuk Tuhan-mu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS Al Hijr [15] : 99). 

Istiqamah dalam beribadah hingga akhir hayat adalah suatu yang bisa diraih. Yang diperlukan adalah keteguhan iman, sehingga timbul ketekunan dan kesabaran dalam menghadapi segala macam halangan, rintangan dan godaan yang menerpa setiap saat, sebagai ujian bagi orang beriman.

BEBERAPA CARA MENAIKKAN KADAR IMAN :
  1. Perbanyak membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya.
  2. Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS, Shaad [38] :29). Perhatikan juga firman Allah SWT berikut ini: ”Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.” (QS, Al-Israa’ [17]:82)
  3. Perbanyak zikir dalam setiap waktu dan kesempatan. Karena zikir dapat meraih ketenteraman hati seperti tertulis dalam firman-Nya : ”(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar Rad [13] : 28). Dalam ayat ini disebutkan, dengan zikir (mengingat Allah) lah hati menjadi tenteram, ini sangat diperlukan apabila kita sedang mengalami ujian besar dan atau musibah seperti yang telah diuraikan diatas.
  4. Perbanyak istighfar. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa senantiasa membaca istighfar, maka Allah akan menjadikan baginya dari tiap-tiap kesulitan suatu jalan keluar, dan dari setiap kesusahan suatu jalan keluar, serta Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga-duga.” (HR. Muslim dan HR.Abu Daud dan Nasa’i). Dari Al Aghor Al Muzanir.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Bahwasanya terkadang timbul perasaan yang kurang baik dalam hati dan aku membaca istighfar (mohon ampun) kepada Allah seratus kali dalam sehari”. (HR. Muslim).
  5. Bersihkan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu menjaga kesucian hati. Raih sabar dan tawakal, penuh takut dan harap kepada Allah. Jauhi sifat prasangka buruk, tamak, kikir dan sebagainya. Ini akan sangat membantu kita untuk bisa tabah, tegar dan sabar saat kita dihadapkan pada ujian atau musibah yang besar, sehingga kita bisa tetap kuat iman dan mampu menjalaninya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, betapapun beratnya.

Untuk diketahui, bahwa kuat atau tidaknya kita menghadapi dan menerima segala ujian atau musibah dan atau segala ketentuan takdir Allah adalah, didasari dengan kuatnya iman kita. Semakin kuat iman kita, maka akan semakin mudah dan ringan kita menerima dan menjalani segala ketentuan-Nya.

Tapi apabila iman kita lemah, maka kita akan mudah goyah dan bahkan terpuruk dalam penderitaan yang berkepanjangan dalam menghadapi atau menerima segala ketentuan takdirnya, khususnya yang berupa musibah atau kesulitan hidup.

Dengan kuatnya iman kita, kita akan menyadari bahwa apa yang sedang kita alami sekarang ini adalah memang yang harus terjadi dalam hidup kita, bahwa ini adalah episode yang memang harus kita jalani dalam hidup, maka kita akan dapat lebih mudah menerimanya. Seberapa besarnya pun musibah menimpa kita, kalau kita kuat iman, Insya Allah kita akan kuat menjalaninya.

Ada beberapa tanda-tanda yang menunjukkan iman sedang lemah. Setidaknya ada 22 tanda yang dijabarkan dalam artikel ini. Tanda-tanda tersebut adalah:

1. Ketika Anda sedang melakukan kedurhakaan atau dosa.

Hati-hatilah! Sebab, perbuatan dosa jika dilakukan berkali-kali akan menjadi kebiasaan. Jika sudah menjadi kebiasaan, maka segala keburukan dosa akan hilang dari penglihatan Anda. Akibatnya, Anda akan berani melakukan perbuatan durhaka dan dosa secara terang-terangan.

Ketahuilah, Rasululllah saw. pernah berkata, “Setiap umatku mendapatkan perindungan afiat kecuali orang-orang yang terang-terangan. Dan, sesungguhnya termasuk perbuatan terang-terangan jika seseirang melakukan suatu perbuatan pada malam hari, kemudian dia berada pada pagi hari padahal Allah telah menutupinya, namun dia berkata, ‘Hai fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begini,’ padahal sebelum itu Rabb-nya telah menutupi, namun kemudian dia menyibak sendiri apa yang telah ditutupi Allah dari dirinya.” (Bukhari, 10/486)


Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak ada pencuri yang si saat mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman.” (Bukhari, hadits nomor 2295 dan Muslim, hadits nomor 86)

2. Ketika hati Anda terasa begitu keras dan kaku. Sampai-sampai menyaksikan orang mati terkujur kaku pun tidak bisa menasihati dan memperlunak hati Anda. Bahkan, ketika ikut mengangkat si mayit dan menguruknya dengan tanah. Hati-hatilah! Jangan sampai Anda masuk ke dalam ayat ini, “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (Al-Baqarah:74) 

3. Ketika Anda tidak tekun dalam beribadah. Tidak khusyuk dalam shalat. Tidak menyimak dalam membaca Al-Qur’an. Melamun dalam doa. Semua dilakukan sebagai rutinitas dan refleksi hafal karena kebiasaan saja. Tidak berkonsentrasi sama sekali. Beribadah tanpa ruh. Ketahuilah! Rasulullah saw. berkata, “Tidak akan diterima doa dari hati yang lalai dan main-main.” (Tirmidzi, hadits nomor 3479) 

4. Ketika Anda terasas malas untuk melakukan ketaatan dan ibadah. Bahkan, meremehkannya. Tidak memperhatikan shalat di awal waktu. Mengerjakan shalat ketika injury time, waktu shalat sudah mau habis. Menunda-nunda pergi haji padahal kesehatan, waktu, dan biaya ada. Menunda-nunda pergi shalat Jum’at dan lebih suka barisan shalat yang paling belakang. Waspadalah jika Anda berprinsip, datang paling belakangan, pulang paling duluan. Ketahuilah, Rasulullah saw. bersabda, “Masih ada saja segolongan orang yang menunda-nunda mengikuti shaff pertama, sehingga Allah pun menunda keberadaan mereka di dalam neraka.” (Abu Daud, hadits nomor 679) 

Allah swt. menyebut sifat malas seperti itu sebagai sifat orang-orang munafik. “Dan, apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas.” 

Jadi, hati-hatilah jika Anda merasa malas melakukan ibadah-ibadah rawatib, tidak antusias melakukan shalat malam, tidak bersegera ke masjid ketika mendengar panggilan azan, enggan mengerjakan shalat dhuha dan shalat nafilah lainnya, atau mengentar-entarkan utang puasa Ramadhan. 

5. Ketika hati Anda tidak merasa lapang. Dada terasa sesak, perangai berubah, merasa sumpek dengan tingkah laku orang di sekitar Anda. Suka memperkarakan hal-hal kecil lagi remeh-temeh. Ketahuilah, Rasulullah saw. berkata, “Iman itu adalah kesabaran dan kelapangan hati.” (As-Silsilah Ash-Shahihah, nomor 554) 

6. Ketika Anda tidak tersentuh oleh kandungan ayat-ayat Al-Qur’an. Tidak bergembira ayat-ayat yang berisi janji-janji Allah. Tidak takut dengan ayat-ayat ancaman. Tidak sigap kala mendengar ayat-ayat perintah. Biasa saja saat membaca ayat-ayat pensifatan kiamat dan neraka. Hati-hatilah, jika Anda merasa bosan dan malas untuk mendengarkan atau membaca Al-Qur’an. Jangan sampai Anda membuka mushhaf, tapi di saat yang sama melalaikan isinya. 

Ketahuilah, Allah swt. berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Al-Anfal:2) 

7. Ketika Anda melalaikan Allah dalam hal berdzikir dan berdoa kepada-Nya. Sehingga Anda merasa berdzikir adalah pekerjaan yang paling berat. Jika mengangkat tangan untuk berdoa, secepat itu pula Anda menangkupkan tangan dan menyudahinya. Hati-hatilah! Jika hal ini telah menjadi karakter Anda. Sebab, Allah telah mensifati orang-orang munafik dengan firman-Nya, “Dan, mereka tidak menyebut Allah kecuali hanya sedikit sekali.” (An-Nisa:142) 

8. Ketika Anda tidak merasa marah ketika menyaksikan dengan mata kepala sendiri pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan Allah. Ghirah Anda padam. Anggota tubuh Anda tidak tergerak untuk melakukan nahyi munkar. Bahkan, raut muka Anda pun tidak berubah sama sekali. 

Ketahuilah, Rasulullah saw. bersabda, “Apabila dosa dikerjakan di bumi, maka orang yang menyaksikannya dan dia membencinya –dan kadang beliau mengucapkan: mengingkarinya–, maka dia seperti orang yang tidak menyaksikannya. Dan, siapa yang tidak menyaksikannya dan dia ridha terhadap dosa itu dan dia pun ridha kepadanya, maka dia seperti orang yang menyaksikannya.” (Abu Daud, hadits nomor 4345). 

Ingatlah, pesan Rasulullah saw. ini, “Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak sanggup, maka dengan hatinya, dan ini adalah selemah-lemahnya iman.” (Bukhari, hadits nomor 903 dan Muslim, hadits nomor 70) 

9. Ketika Anda gila hormat dan suka publikasi. Gila kedudukan, ngebet tampil sebagai pemimpin tanpa dibarengi kemampuan dan tanggung jawab. Suka menyuruh orang lain berdiri ketika dia datang, hanya untuk mengenyangkan jiwa yang sakit karena begitu gandrung diagung-agungkan orang. Narsis banget! 

Allah berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman:18) 

Nabi saw. pernah mendengar ada seseorang yang berlebihan dalam memuji orang lain. Beliau pun lalu bersabda kepada si pemuji, “Sungguh engkau telah membinasakan dia atau memenggal punggungnya.” (Bukhari, hadits nomor 2469, dan Muslim hadits nomor 5321) 

Hati-hatilah. Ingat pesan Rasulullah ini, “Sesungguhnya kamu sekalian akan berhasrat mendapatkan kepemimpinan, dan hal itu akan menjadikan penyesalan pada hari kiamat. Maka alangkah baiknya yang pertama dan alangkah buruknya yang terakhir.” (Bukhari, nomor 6729) 

“Jika kamu sekalian menghendaki, akan kukabarkan kepadamu tentang kepemimpinan dan apa kepemimpinan itu. Pada awalnya ia adalah cela, keduanya ia adalah penyesalan, dan ketiganya ia adalah azab hati kiamat, kecuali orang yang adil.” (Shahihul Jami, 1420). 

Untuk orang yang tidak tahu malu seperti ini, perlu diingatkan sabda Rasulullah saw. yang berbunyi, “Iman mempunyai tujuh puluh lebih, atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah menghilangkan sesuatu yang mengganggu dari jalanan. Dan malu adalah salah satu cabang dari keimanan.” (Bukhari, hadits nomor 8, dan Muslim, hadits nomor 50) 

“Maukah kalian kuberitahu siapa penghuni neraka?” tanya Rasulullah saw. Para sahabat menjawab, “Ya.” Rasulullah saw. bersabda, “Yaitu setiap orang yang kasar, angkuh, dan sombong.” (Bukhari, hadits 4537, dan Muslim, hadits nomor 5092) 

10. Ketika Anda bakhil dan kikir. Ingatlah perkataan Rasulullah saw. ini, “Sifat kikir dan iman tidak akan bersatu dalam hati seorang hamba selama-lamanya.” (Shahihul Jami’, 2678) 

11. Ketika Anda mengatakan sesuatu yang tidak Anda perbuat. Ingat, Allah swt. benci dengan perbuatan seperti itu. “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tiada kamu perbuat.” (Ash-Shaff:2-3) 

Apakah Anda lupa dengan definisi iman? Iman itu adalah membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Jadi, harus konsisten. 

12. Ketika Anda merasa gembira dan senang jika ada saudara sesama muslim mengalami kesusahan. Anda merasa sedih jika ada orang yang lebih unggul dari Anda dalam beberapa hal. 

Ingatlah! Kata Rasulullah saw, “Tidak ada iri yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harga, ia menghabiskannya dalam kebaikan; dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain.” (Bukhari, hadits nomor 71 dan Muslim, hadits nomor 1352) 

Seseorang bertanya kepada Rasulullah saw., “Orang Islam yang manakah yang paling baik?” Rasulullah saw. menjawab, “Orang yang muslimin lain selamat dari lisan dan tangannya.” (Bukhari, hadits nomor 9 dan Muslim, hadits nomor 57) 

13. Ketika Anda menilai sesuatu dari dosa apa tidak, dan tidak mau melihat dari sisi makruh apa tidak. Akibatnya, Anda akan enteng melakukan hal-hal yang syubhat dan dimakruhkan agama. Hati-hatilah! Sebab, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Barangsiapa yang berada dalam syubhat, berarti dia berada dalam yang haram, seperti penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanaman yang dilindungi yang dapat begitu mudah untuk merumput di dalamnya.” (Muslim, hadits nomor 1599) 

Iman Anda pasti dalam keadaan lemah, jika Anda mengatakan, “Gak apa. Ini kan cuma dosa kecil. Gak seperti dia yang melakukan dosa besar. Istighfar tiga kali juga hapus tuh dosa!” Jika sudah seperti ini, suatu ketika Anda pasti tidak akan ragu untuk benar-benar melakukan kemungkaran yang besar. Sebab, rem imannya sudah tidak pakem lagi. 

14. Ketika Anda mencela hal yang makruf dan punya perhatian dengan kebaikan-kebaikan kecil. Ini pesan Rasulullah saw., “Jangan sekali-kali kamu mencela yang makruf sedikitpun, meski engkau menuangkan air di embermu ke dalam bejana seseorang yang hendak menimba air, dan meski engkau berbicara dengan saudarmu sedangkan wajahmu tampak berseri-seri kepadanya.” (Silsilah Shahihah, nomor 1352) 

Ingatlah, surga bisa Anda dapat dengan amal yang kelihatan sepele! Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menyingkirkan gangguan dari jalan orang-orang muslim, maka ditetapkan satu kebaikan baginya, dan barangsiapa yang diterima satu kebaikan baginya, maka ia akan masuk surga.” (Bukhari, hadits nomor 593) 

15. Ketika Anda tidak mau memperhatikan urusan kaum muslimin dan tidak mau melibatkan diri dalam urusan-urusan mereka. Bahkan, untuk berdoa bagi keselamatan mereka pun tidak mau. Padahal seharusnya seorang mukmin seperti hadits Rasulullah ini, “Sesungguhnya orang mukmin dari sebagian orang-orang yang memiliki iman adalah laksana kedudukan kepala dari bagian badan. Orang mukmin itu akan menderita karena keadaan orang-orang yang mempunyai iman sebagaimana jasad yang ikut menderita karena keadaan di kepala.” (Silsilah Shahihah, nomor 1137) 

16. Ketika Anda memutuskan tali persaudaraan dengan saudara Anda. “Tidak selayaknya dua orang yang saling kasih mengasihi karean Allah Azza wa Jalla atau karena Islam, lalu keduanya dipisahkan oleh permulaan dosa yang dilakukan salah seorang di antara keduanya,” begitu sabda Rasulullah saw. (Bukhari, hadits nomor 401) 

17. Ketika Anda tidak tergugah rasa tanggung jawabnya untuk beramal demi kepentingan Islam. Tidak mau menyebarkan dan menolong agama Allah ini. Merasa cukup bahwa urusan dakwah itu adalah kewajiban para ulama. Padahal, Allah swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penolong-penolong (agama) Allah.” (Ash-Shaff:14) 

18. Ketika Anda merasa resah dan takut tertimpa musibah; atau mendapat problem yang berat. Lalu Anda tidak bisa bersikap sabar dan berhati tegar. Anda kalut. Tubuh Anda gemetar. Wajah pucat. Ada rasa ingin lari dari kenyataan. Ketahuilah, iman Anda sedang diuji Allah. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka belum diuji.” (Al-Ankabut:2) 

Seharusnya seorang mukmin itu pribadi yang ajaib. Jiwanya stabil. “Alangkah menakjubkannya kondisi orang yang beriman. Karena seluruh perkaranya adalah baik. Dan hal itu hanya terjadi bagi orang yang beriman, yaitu jika ia mendapatkan kesenangan maka ia bersyukur dan itu menjadi kebaikan baginya; dan jika ia tertimpa kesulitan dia pun bersabar, maka hal itu menjadi kebaikan baginya.” (Muslim) 

19. Ketika Anda senang berbantah-bantahan dan berdebat. Padahal, perbuatan itu bisa membuat hati Anda keras dan kaku. “Tidaklah segolongan orang menjadi tersesat sesudah ada petunjuk yang mereka berada pada petunjuk itu, kecuali jika mereka suka berbantah-bantahan.” (Shahihul Jami’, nomor 5633) 

20. Ketika Anda bergantung pada keduniaan, menyibukkan diri dengan urusan dunia, dan merasa tenang dengan dunia. Orientasi Anda tidak lagi kepada kampung akhirat, tapi pada tahta, harta, dan wanita. Ingatlah, “Dunia itu penjara bagi orang yang beriman, dan dunia adalah surga bagi orang kafir.” (Muslim) 

21. Ketika Anda senang mengucapkan dan menggunakan bahasa yang digunakan orang-orang yang tidak mencirikan keimanan ada dalam hatinya. Sehingga, tidak ada kutipan nash atau ucapan bermakna semisal itu dalam ucapan Anda. 

Bukankah Allah swt. telah berfirman, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia’.” (Al-Israa’:53) 

Seperti inilah seharusnya sikap seorang yang beriman. “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: ‘Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.’” (Al-Qashash:55) 

Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.” (Bukhari dan Muslim) 

22. Ketika Anda berlebih-lebihan dalam masalah makan-minum, berpakaian, bertempat tinggal, dan berkendaraan. Gandrung pada kemewahan yang tidak perlu. Sementara, begitu banyak orang di sekeliling Anda sangat membutuhkan sedikit harta untuk menyambung hidup. 

Ingat, Allah swt. telah mengingatkan hal ini, ”Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A’raf:31). Bahkan, Allah swt. menyebut orang-orang yang berlebihan sebagai saudaranya setan. Karena itu Allah memerintahkan kita untuk, “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang terdekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (Al-Isra’:26) 

Rasulullah saw. bersabda, “Jauhilah hidup mewah, karena hamba-hamba Allah itu bukanlah orang-orang yang hidup mewah.” (Al-Silsilah Al-Shahihah, nomor 353).


Kiat Meningkatkan Iman

Bukan sesuatu yang samar bahwa keimanan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, kerena iman adalah kewajiban yang paling pokok dan paling mulia. seluruh kebaikan dan kejelekan yang dirasakan oleh seseorang tergantung dari benar dan tidaknya keimanan orang itu.

Oleh sebab itu, sudah selayaknya bagi setiap insan yang beriman berusaha untuk meningkatkan keimanannya, dan menjaganya agar tidak turun atau berkurang.

Diantara sebab-sebab yang meningkatkan keimanan adalah:

1. Mempelajari ilmu syar’i

Keutamaan mempelajari ilmu syar’i sangatlah banyak diantaranya adalah Allah akan mengangkat derajat seorang mu’min yang berilmu melebihi orang yang tidak memiliki ilmu. Sebagaiman yang Allah firmankan,

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

Artinya, “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” ( QS. Al-Mujadilah : 11 )

Apabila seseorang menguasai ilmi syar’I maka dia akan mengetahui hal-hal yang dicintai Allah dan yang dibenci Allah, dan mengetahui hal-hal yang dapat mendekatkan dia kepada Allah serta hal-hal yang dapat menambah keimanannya.

2. Memperbanyak membaca Alquran dan men-tadabburi-nya.

Allah menurunkan Alquran sebagai rahmat dan penerang untuk hamba-Nya. Allah berfirman,

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

Artinya: “Kitab Alquran yang kami turunkan kepadamu yang penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang memiliki akal dapat mengambil pelajaran.”(QS. Shad: 29 )

Barang siapa yang mentadabburi ayat-ayat Allah dia akan mengetahui besarnya kekuasaan dan keagungan Allah sehingga imannya pun akan bertambah.

3. Memahami nama-nama Allah dan sifat-sifatnya.

Jika seseorang memahami dengan benar indahnya nama-nama Allah dan sempurnanya sifat-sifat-Nya maka kecintaannya kepada Allah dan pengharapannya kepada-Nya akan bertambah, sehingga dia akan semakin khusyu’ dalam melaksanakan ibadah.

4. Menghayati perjalanan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dengan menghayati kehidupan Rasulullah kita mengetahui bagaimana semangat beliau dalam menyampaikan risalah Allah walaupun banyaknya rintangan yang dihadapinya, sehingga kitapun dapat mengambil pelajaran darinya untuk meningkatkan iman kita.

5. Menghayati keagungan-keagungan syari’at islam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan syariat-Nya dengan segala kesempurnaan, tidak ada cacat padanya, Jika seorang mu’min manghayati hal ini maka ia akan mengetahu bahwa Allah tidaklah menurunkan syariatNya untuk menyusahkan hamba-Nya sebagai mana yang Allah firmankan,

وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ

Artinya: “Dan Dia tidak menjadikan kesukaran untuk kalian dalam agama.” ( Q.S Al-hajj: 78)

Maka jika hal ini telah diketahui maka hendaknya bagi setiap muslim bersemangat dalam beramal dengan ikhlas.

6. Men-tadabburi ciptaan-ciptaan Allah.

Jika kita perhatikan makhluk-makhluk ciptaan Allah baik dari yang paling besar sampai yang terkecil, niscaya kita akan mendapatkan hal-hal yang sungguh menakjubkan. Lihatlah matahari, betapa cahayanya begitu terang menyinari alam ini. Tidak berhenti sampai disitu saja, perhatikanlah betapa banyak manfaat dari sinar matahari ini yang kalau kita mau jabarkan maka sungguh tak terhingga jumlahnya. Lalu bagaimana matahari tersebut tidak pernah redup walau sehari saja, tidak seperti lampu yang lama-kelamaan akan berkurang fungsionalitasnya?!! Mataharipun selalu terbit dari tempatnya, dan tidak seharipun terbit dari arah yang berlawanan. Inilah matahari yang merupakan makhluk Allah yang sering kita konsumsi nikmatnya, akan tetapi kita jarang memperhatikannya secara detail. Dan makhluk Allah sungguh banyak tidak terbatas matahari saja, maka banyak pula hal-hal yang mengagumkan dibalik penciptaan-Nya tersebut, yang pada akhirnya kita harus jujur bahwa Sang Pencipta segala makhluk-makhluk itu pasti Maha Agung Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sudah selayaknya ini menjadi sarana kita untuk menambah keimanan kita pada-Nya

7. Bersemangat dalam mengamalkan amal-amal shalih dengan ikhlas.

Karena sesungguhnya setiap amal shalih yang dikerjakan oleh seorang mu’min dengan ikhlas akan menambah keimanannya, karena iman bertambah dengan banyaknya amal ketaatan yang dilakukan seorang mu’min. Oleh karena itu, suatu keharusan bagi seorang mu’min untuk berusaha mengikhlaskan niatnya dan bersungguh sungguh dalam beramal.

8. Bergaul dengan orang-orang shalih.

Tidak diragukan lagi bahwa berteman dengan orang-orang yang shalih adalah sebab meningkatnya iman seseorang karena di dalam bergaul dengan mereka seseorang akan sering mendapatkan nasehat dan peringatan yang bermanfaat untuk dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar