Kamis, 17 November 2011

KONTROL RUTIN BAGI PENDERITA DIABETES

Pernah punya pengalaman seperti ini? Berobat berkali-kali, berobat ke mana-mana tidak sembuh- sembuh, sakitnya justru merasa bertambah parah. Kok bisa? Berobat dilakukan jika seseorang mengalami keluhan sakit dan tubuh tidak mampu lagi berjuang melawan penyebab penyakit. Sejauh seseorang masih dapat menahan sakitnya dan merasa bisa sembuh sendiri jarang sekali kita punya kebiasaan untukdatang ke dokter, walau sekedar check up ketika merasa sehat.Berkunjung ke tenaga kesehatan acapkali dilakukan jika memang keharusan dari instansi atau kantor, atau karena mempunyai penyakit yang butuh intensif berkonsultasi dengan dokter.

Lalu apa pentingnya kontrol ke dokter setelah pengobatan?

Kontrol dalam kamus bahasa Indonesia artinya pemantauan, pengendalian, pengawasan. Berarti seseorang yang dalam masa pengobatan tidak dibiarkan begitu saja, namun perlu dipantau kembali keadaan kesehatannya, maupun perkembangan terapi untuk mencapai keadaan kesehatan tubuh yang diharapkan. Namun sayangnya, kesadaran untuk kontrol kembali kadang kurang diperhatikan.

Sebagai contoh, sepasang suami istri yang mengharapkan hadirnya momongan atau ingin kehamilan setelah sekian lama menikah. Datang memeriksakan diri ke dokter kandungan. Setelah melalui pemeriksaan lengkap lalu mendapat terapi kesuburan. Hingga pada saat yang ditentukan pasien yang ingin punya anak tersebut seharusnya datang kontrol kembali untuk tahapan lanjut dari pengobatan kesuburan. Namun, kadang pasien datang tidak tepat waktu kendati sudah dipesan agar datang pada tanggal tertentu sesuai prosedur terapi yang dilaksanakan.

Alasan seringkali tidak ada waktu karena sibuk bekerja dan kadang lupa, atau alasan lain tak punya biaya dan takut kena marah dokternya karena terlambat lama tidak kontrol. Nah, jika sudah demikian maka pengobatan akan sia-sia karena seharusnya pasien perlu dilakukan evaluasi hasil pengobatan tersebut serta penentuan rencana selanjutnya. Merasa tidak berhasil berobat, biasanya lalu pindah lagi ke dokter lain. Namun tetap tidak berhasil mendapatkan kehamilan karena proses terapi yang tidak berkesinambungan.

Contoh kasus lain, misalnya pada pasien dengan penyakit hipertensi. Pada kasus dimana penyakit - penyakit terkait dengan sistem jantung dan pembuluh darah, maka pasien diharapkan taat dan disiplin mengikuti program pengobatan.

Sayang sekali kadang terjadi sebaliknya di mana pasien yang mendapat terapi anti hipertensi tidak datang kontrol kembali dengan alasan sudah merasa lebih baik. Padahal, perlu dilakukan pengawasan teratur terhadap tekanan darah. Hal ini penting karena dokter akan memantau efek samping dari daya kerja obat bila pasien mengkonsumsi obat tersebut terlalu lama.

Bukan rahasia bahwa di masyarakat kita bahwa pasien bisa membeli obat-obat yang sejenis tanpa resep dan pemeriksaan dokter, entah bagaimana caranya kadang pasien sudah "sangu" satu kresek obat ketika tiba tiba harus opname. Padahal obat kimia jelas tidak baik bagi tubuh dan tubuh mempunyai keterbatasan dan toleransi yang berbeda beda terhadap efek samping obat.

Jadi hal yang paling penting bagi seorang pasien adalah bukan kesanggupannya minum obat terus menerus tetapi justru ketaatan kontrol untuk pemantauan penyakit yang diderita.

Bisa membeli obat sendiri tanpa pengawasan sungguh berbahaya bagi kesehatan ginjal, jantung dan hati. Penggunaan obat yang tidak rasional secara terus menerus berpotensi merusak organ - organ tubuh yang seharusnya tidak perlu mendapat komplikasi obat.

Kesimpulannya, bahwa kontrol sangat penting untuk setiap pengobatan pasien, dan tujuan kontrol antara lain untuk menentukan :
  1. Kapan waktu menurunkan dan menaikkan dosis, memberi jeda konsumsi obat, mengganti jenis obat, memantau efek dan daya kerja terapi yang diberikan, dan menghentikan pengobatan.
  2. Menentukan apakah pengobatan masih efektif dilanjutkan atau harus dihentikan dan perlu tindakan operasi dan tindakan medis lainnya.
  3. Mengajukan rencana konsultasi ke spesialis terkait misalnya pada pasien dengan diabetes perlu di konsultasikan dengan ahli gizi, pasien dengan stroke perlu di konsultasikan dengan ahli fisioterapi, pasien dengan penyakit kanker perlu dikonsultasikan dengan klinik paliatif dan sebagainya.
  4. Melakukan pemantau keberhasilan terapi dengan pemeriksaan diagnostik misalkan laboratorium darah maupun rontgen, USG dan sebagainya.
Semoga catatan ini berguna untuk para pasien yang sedang menjalani terapi pengobatan dokter. Terpenting adalah menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh agar tidak mengkonsumsi obat obat kimia dan hemat biaya kesehatan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar