Selasa, 12 Agustus 2014

KEKUATAN DAHSYAT DALAM DIRI MANUSIA

Manusia diciptakan Allah Swt sebagai makhluk unggulan di muka bumi ini, sebagaimana difirmankan Allah Swt dalam Al Qur’an: “ sesungguhnyaKami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya “ ( QS At Tin : 4). Sesungguhnya ada 4 makhluk ciptaan Allah swt yang tergolong istimewa. Disebut istimewa karena keempat makhluk tersebut mampu berkomunikasi sesama mereka dan bisa bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Ke empat makhluk tersebut adalah malaikat, jin / setan, khewan dan manusia. Tetapi yang paling istimewa adalah manusia, karena wujudnya yang sempurna. Malaikat memiliki ruh, badan halus, akal yang yang terbatas untuk mengemban tugas yang diperintahkan oleh Allah Swt dan tidak memiliki nafsu. Jin/setan memiliki ruh, nafsu dan akal tetapi tidak memiliki badan kasar. Khewan memiliki ruh, badan kasar dan nafsu, tetapi tidak memiliki akal. Manusia memiliki semuanya baik ruh, badan kasar, nafsu dan akal. Manusia juga bahkan memiliki semua sifat yang dimiliki makhluk lain.

Makhluk yang pertama kali diciptakan Allah swt adalah malaikat. Malaikat diciptakan Allah swt dari cahaya. Sifat dari cahaya adalah memberi penerangan. Demikian juga sifat malaikat. Malaikat selalu mengajak manusia dari kegelapan menuju cahaya. Malaikatlah yang membawa semua keterangan dan berita dari Allah Swt melalui para rasul, tentang diri Sang Khalik , tentang adanya kehidupan lain selain kehidupan dunia, tentang agama-Nya dan lain sebagainya. Karena Allah Swt menempatkan satu malaikat di sisi kanan hati manusia yang selalu membisikkan tentang amar makruf nahi munkar, maka sifat malaikat juga ada dalam diri manusia.

Makhluk kedua yang diciptakan Allah swt adalah jin / setan. Jin / setan diciptakan Allah swt dari api. Sifat dari api adalah panas dan membakar. Demikian juga sifat jin / setan. Jin, terutama dari golongan setan akan selalu memanas-manasi dan membakar hati manusia untuk berbuat amar munkar nahi makruf. Karena Allah swt juga menempatkan satu setan di sisi kiri hati manusia, maka sifat setan juga ada dalam diri manusia.

Makhluk berikutnya yang diciptakan Allah Swt adalah khewan. Khewan diciptakan Allah dari air. Sifat dari air adalah selalu mengalir ke tempat yang rendah. Demikian juga sifat khewan. Khewan memiliki selera dan nafsu/syahwat yang rendah. Khewan tidak pernah memilih-milih makanan. Tidak peduli asal-usulnya makanan, apakah dari tong sampah ataupun bukan tetap mereka makan. Sedangkan syahwat khewan ibarat coca cola, kalau sedang birahi, siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Nah, karena komposisi tubuh manusia lebih kurang 60 % juga terdiri dari air, maka sifat khewan juga ada dalam diri manusia.

Makhluk terakhir yang diciptakan Allah Swt. adalah manusia. Manusia diciptakan Allah dari tanah. Sifat tanah yang pertama adalah produktip. Di atas dapat tumbuh berbagai macam tanaman dan dapat berdiri berbagai macam bangunan. Sifat tanah yang kedua, karena tanah mengandung unsur besi, dia memiliki kekuatan yang dahsyat. Allah Swt berfirman : “ …dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, … “ ( QS Al Hadid : 25). Demikian juga sifat manusia, produktip dan memiliki kekuatan yang dahsyat. Oleh karena itulah, meskipun pada dasarnya manusia itu diciptakan Allah Swt dalam keadaan lemah dan tanpa daya, manusia dipercaya Allah Swt untuk menjadi khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah manusia diamanatkan oleh Allah Swt untuk memelihara bumi bagi kelanjutan hidup manusia dan tidak berbuat kerusakan baik terhadap diri sendiri, diri orang lain dan juga terhadap bumi itu sendiri.

Apakah kekuatan dahsyat yang dimiliki manusia ? Itulah kekuatan akal dan kekuatan hati. Kekuatan akal apabila dikuasai oleh sifat-sifat setan dan sifat-sifat khewan maka akan menimbulkan kekuatan yang merusak (desruktip). Dengan akalnya manusia mampu membuat bom nuklir yang bisa menghancurkan separuh benua. Namun apabila kekuatan akal dikuasai oleh sifat malaikat dan tunduk pada kekuatan hati, maka akan menimbulkan kekuatan yang bersifat membangun (konstruktip). Dan apakah sesungguhnya kekuatan hati itu ?. Itulah iman . Dan apakah iman itu ? Iman adalah tasydiqun bil Qalb (membenarkan dalam hati), ikrar bil lisan (mengucapkan secara lisan ) dan ama’lun bil arkan ( melaksanakan dengan anggota badan). Jadi iman itu tempatnya ada di dalam hati. Akal cenderung menolak hal-hal yang sifatnya irrasional. Padahal agama tidak hanya menyangkut hal-hal yang sifatnya rasional dan tetapi juga menyangkut hal-hal yang sifatnya ghaib /irrasional seperti Allah, malaikat, jin/setan dan akhirat. Hal-hal yang bersifat ghaib hanya bisa diterima oleh hati.

Dengan kekuatan iman inilah Nabi Ibrahim a.s tidak gentar ketika dilemparkan ke dalam api yang membara oleh Raja Namrudz. Karena yakinnya akan pertolongan Allah, beliau bahkan menolak tawaran malaikat untuk memadamkan api. Allah memenuhi janjinya, tidak seujung rambutpun bagian tubuh beliau yang terbakar. Dengan kekuatan iman inilah Rasulullah Saw bisa merubah suatu kaum yang tadinya paling biadab diantara bangsa-bangsa yang ada pada saat itu menjadi kaum yang paling beradab. Mereka itulah para sahabat rasulullah. Dengan kekuatan iman ini juga Bilal, sahabat Rasulullah Saw meskipun dianiaya, ditindih dengan batu yang panas sehingga dagingnya terbakar, tetap mengucapkan Ahad, Ahad, Ahad. Dengan kekuatan iman ini juga di zamannya para sahabat, tiga bangsa besar di masa itu yaitu bangsa Romawi, bangsa Persia dan bangsa Mesir berhasil ditundukkan, meskipun dengan persenjataan yang sederhana dan jumlah pasukan yang lebih sedikit. Dua pertiga dunia dikuasai. Tidak ada satu bangsapun di dunia sepanjang sejarah manusia bisa menandingi prestasi ini. Tidaklah mengherankan apabila Michael Hart menempatkan Muhammad Saw pada peringkat pertama dari 100 orang paling berpengaruh di dunia. Para sahabat ini karena iman dan yakin mereka yang begitu tinggi kepada Allah Swt dan Rasul-Nya akhirnya dinobatkan oleh Allah Swt sebagai umat terbaik yang pernah dilahirkan sepanjang sejarah manusia, sebagaimana firman Allah Swt :” Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia ,menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah : ( QS Ali Imran : 110 ).

Kekuatan akal bersumber pada ilmu sedangkan kekuatan hati bersumber pada iman. Ilmu dapat menuntun kita kepada kejahatan maupun kebaikan. Ilmu tanpa iman adalah anarkis, sedangkan iman tanpa ilmu tidak akan sempurna. Bagaimana caranya memiliki iman yang sempurna yang dapat menjadi kekuatan yang dahsyat seperti uraian di atas, tidak lain hanya dengan menanamkan 6 sifat para sahabat dalam diri kita.


ASAL-USUL KEKUATAN YANG TERDAPAT DALAM TUBUH MANUSIA

Kitab Mizanul Qubro secara luas menerangkan, bahwa dalam kesempurnaan yang terdapat dalam tubuh manusia Allah SWT memberikan kapasitas lebih. Seperti apakah kajiannya…?

Lewat pemaparan yang diambil dari kandungan Syahadat Majmal, dengan pendalaman arti yang terkandung di dalamnya, sesungguhnya asal usul manusia diciptakan dari sifat tanah yang dibentuk sangat sempurna oleh keagungan sifat AF’ALULLOH. Dari kesempurnaan inilah manusia juga diberi kelebihan berbagai macam pengetahuan dan ilmu yang sangat luas. Hal ini terjadi jauh sebelum Allah SWT menciptakan wujud bumi dan jagat raya umumnya, yang diciptakan lewat Nur Muhammad SAW. Jauh sebelumnya, Nur Muhammad SAW sudah diciptakan terlebih dahulu di Alamul Jannah Majazi atau Surga Majazi.Dengan ke-Esaan dan keagungan-Nya, Allah SWT menciptakan manusia dengan segudang kelebihan dan kesempurnaan bentuk yang memadai. Bahkan, jutaan tahun sebelum perintah sholat diwajibkan untuk seluruh umat di dunia, lewat wasilah yang disampaikan oleh utusan terakhir Muhammad SAW, Allah SWT sudah menerapkan arti sholat tersebut ke tubuh manusia di saat bentuk manusia baru diciptakan. Seperti saat menciptakan bentuk daging, Allah SWT menciptakannya dengan “asma takbiratul ikrom” yaitu Allohu Akbar. Demikian juga tatkala membuat bentuk napas Allah SWT menciptakannya dengan “asma ruku” yaitu Subhanarobbiyal ‘Adzimi Wabihamdih. Lalu di saat menciptakan bentuk tulang belulang Allah SWT, juga menciptakannya dengan “asma sujud” yaitu Subhanna robbiyal a’laa wabihamdih. Dan di saat menciptakan bentuk kulit Allah SWT menciptakannya dengan “asma lungguh” yakni Robbigfirli warhamni wajburni warfa’ni warzuqni wahdini wa ‘afini wa’fu ani.

Lewat sebuah kesempurnaan yang dimiliki oleh tubuh manusia, akhirnya Allah SWT memberikan tugas mulia kepada mahluk ciptaan-Nya ini yaitu dengan bersaksi mengucapkan dua kalimah syahadat, berpedoman pada kewajiban sholat, mengikhlaskan harta bendanya untuk tujuan mulia, mengisi badan lewat jalan berpuasa, dan mensucikan diri lewat kebersihan haji.

Dari struktur yang dapat diserap oleh tubuh manusia, Allah SWT juga menciptakan bentuk kekuatan yang menjadi prioritas sifat manusia itu sendiri, yaitu dengan berbagai macam bentuk ilmu.
Nah, dalam bentuk ilmu ini Allah SWT memberikannya suatu sifat Cahaya dan Api, yang ada dalam setiap tubuh manusia. Seperti halnya sifat Cahaya Allah SWT menempatkannya dalam bentuk keyakinan, kekuatan bathin, penghayatan ilmu bersifat Robbani dan Derajat menuju khusnul khotimah.

Sedangkan sifat Api sendiri ditempatkan dalam sifat manusia sebagai semangat hidup yang bermanfaat. Seperti semangat dalam mencari duniawiyah, ilmu yang menjadi landasan hidup, keras dalam disiplin, tegas dalam menegakkan prinsip, luwes dalam menata ilmu dan segala hal bersifat supranatural dan lain sebagainya.

Dalam pengasahan sifat Cahaya dan Api ini manusia pada akhirnya akan bisa membentuk wujud ilmu yang nyata, seperti: ilmu supranatural dan dhaukiyatul ma’arif. Tentunya dengan dibantu semangat yang tinggi, tekad membaja, keyakinan yang memadai dan menjauhkan dari kemalasan.
Kitab Mizanul Qubro secara luas menerangkan, bahwa dalam kesempurnaan yang terdapat dalam tubuh manusia Allah SWT memberikan kapasitas lebih, yaitu, dengan memberikan keluasan ilmu pada 6 tingkat yang diambil dari sifat alam, yakni: Gunung, Besi, Api, Air, Angin dan Hawa.

1. Gunung.

Mencerminkan bentuk yang kokoh dari tubuh manusia yang sangat kuat. Dari sifat gunung ini pula manusia dapat menampung segala ilmu dan bisa menahan segala badai, mara bahaya dan azab-azab kecil dari peringatan Allah SWT, serta bisa menjauhkan dari berbagai hal yang tidak diinginkan lewat doa-doa tulus dari hati yang selalu dibawanya sejak lahir hingga tutup usia.

Dari sifat ini juga manusia mulai ditugaskan oleh Allah SWT, untuk mengenal arti ilmu yang bersifat lahiriyah maupun bathiniyah. Terutama dalam keluasan akal dan penghayatan bathin menuju tahkikul ilmi atau wujud dari semua bentuk ilmu, sehingga dengan adanya bentuk tubuh ini apapun bisa diraihnya sebagai suatu keberhasilan hidup yang diinginkan.
Namun dalam kenyataannya, sifat Gunung yang terdapat dalam diri manusia ini belumlah sempurna, sebab sifat gunung sendiri kalah dengan sifat “Besi”.

2. Besi

Mencerminkan bentuk yang keras dari sifat manusia di dalam segala hal, sebab dalam hal pemaparan ilmu pengetahuan alam sendiri jelas ditegaskan, bahwa sifat Besi lebih keras dari sifat yang terdapat dari wujud perbatuan.
Lewat sifat Besi ini, manusia mulai dituntut untuk memegang peranan dalam kedisiplinan dan penataan hidup secara akurat, baik dalam memulai suatu karir atau pembelajaran masalah keilmuan.
Namun dalam pandangan ahli sufi, sifat Besi ini yang terdapat dalam diri manusia adalah perjalanan awal menuju apapun keinginan yang dimaksud untuk bisa tercapai, hanya saja dalam menginginkan sesuatu yang lebih, manusia tidak boleh berhenti hanya di sifat ini, melainkan harus terus menapaki ilmu yang lebih tinggi. Sebab sifat Besi masih kalah dengan sifat Api.

3. Api

Mencerminkan sifat berani yang terdapat dalam diri manusia. Maksud dari sifat Api di sini, adalah pembentukan dari 4 sifat asal yang terdapat dalam struktur watak manusia (nafsu hak, nafsu hayawaniyah, nafsu syaithoniyah, dan nafsu muthmainnah).
Dari keempat nafsu ini manusia dituntut untuk mengendalikan nafsu-nafsu tersebut menuju sifat yang positif. Seperti, membangun badan kita lewat semangat berdzikir, semangat dalam mencari ilmu, semangat dalam memohon dan semangat dalam menorehkan segala bidang, baik yang bersifat riil maupun bersifat bathiniyah.

Sebab asal usul sifat api yang diciptakan oleh, Allah SWT, sebagian besar diarahkan ke sifat semangat sebagai pembakaran diri menuju bentuk kesuksesan di kemudian hari.
Hanya saja dalam merilis kehidupan yang lebih mapan, setiap manusia dituntut untuk terus mencari apa yang menjadi keinginan selanjutnya yang lebih tinggi. Sebab dalam pandangan ahli sufi sendiri menilai sifat ini sebagai tingkat pemula dalam pengenalan ilmuAllah.SWT, menuju derajat yang lebih mulia. Sebab sifat Api masih bisa dikalahkan dengan sifat Air.

4. Air

Mencerminkan sifat kelembutan yang terdapat dalam diri manusia. Sifat ini menurut ahli sufi disebut dengan istilah Thoriqul Qolbi yang berarti “penataan hati”.
Bila seseorang telah mencapai sifat ini, niscaya apapun bentuk ilmu akan bisa diwujudkan secara nyata. Karena sifat Air bisa menyatu di manapun dia ditempatkan, baik di tanah, bebatuan, pohon, langit, dan lain-lainnya. Seperti halnya sifat ilmu yang terserap di tubuh manusia karena keluasan akal dan penghayatan bathin yang tinggi. Sifat Air ini akan mudah menyerap di berbagai bentuk ilmu yang diinginkan, sehingga tanpa sadar, lambat laun diri kita akan menjadi hamba Allah SWT, yang mempunyai banyak kelebihan, terutama dalam hal ilmu bathiniyah. Hanya saja sifat Air ini harus terus diasah hingga sampai menuju sifat ilmu yang lebih tinggi. Karena sifat Air di sini masih kalah dengan sifat yang terdapat dari wujud Angin.

5. Angin

Mencerminkan keluasan ilmu dalam diri manusia secara menyeluruh. Sebab Angin di sini disebut sebagai sifat raja dari semua sifat alam. Seperti halnya kekuasaan seorang raja diraja, sifat Angin ini bisa mengontrol dan mengatur segala sifat alam. Seperti, mampu merobohkan kekuatan gunung, menerbangkan sifat Bumi, membesarkan sifat Api dan menarik sifat Air yang menjadikannya lautan air bah.
Dalam hal sifat ilmu, Angin ini disebut juga dengan sifat ma’rifatillah, dimana sifat ma’rifatillah ini adalah wujud kesempurnaan dari bentuk pemahaman manusia dalam mengolah segala hal bidang ilmu bersifat Robbani yaitu, lewat sebuah pemahaman, kesolehan, kezuhudan, menjauhkan sifat duniawiyah dan hanya difokuskan dalam satu tujuan, yaitu, hanya mengenal kebesaran Allah SWT.
Namun dalam keluasan secara hakiki, sifat seperti ini belum dikatakan sempurna sekali sebab masih ada yang mengalahkannya, yaitu, sifat Hawa.

6. Hawa

Mencerminkan kebersihan hati yang terdapat dalam diri manusia, sifat ikhlas sendiri menurut para sufi disebut sebagai Kamil Baenassama Wal Ardh (kesempurnaan ilmu yang mampu menguasai antara langit dan bumi).
Dalam hal kesempuranan sifat ilmu, sifat Hawa di sini adalah penggabungan seluruh sifat alam yang sudah dikuasai secara lahir dan bathin, sehingga baik dari ucapan, tingkah laku maupun keinginan kita akan terkabul dengan sendirinya seiring kedekatan hati dengan sifatulloh, afalulloh, dzatulloh kian menyatu.
Dengan segala pembedaran sifat alam tadi, pada intinya adalah untuk mengajak manusia hidup, bahwasanya semua ini bisa tercapai, apabila manusia itu sendiri mau berkorban untuk semangat dalam menjalani hidup yang penuh dengan tingkatan demi tingkatan yang harus dilaluinya.

Kekuatan Terselubung Dan Dahsyat Pada Manusia


Kekuatan Manusia sebenarnya sangat luar biasa, ingin tau lebih lanjut? Mari kita bahas!. Selama ini kita tak sadar akan kekuatan yang dimiliki kita, kita menggunakan kekuatan tersebut hanya alakadarnya saja. Tapi sesungguhnya manusia memiliki sebuah kekuatan yang sangat dahsyat & mungkin terlihat mustahil apabila kita hanya membayangkannya saja. Coba anda ingat baik baik, apakah anda pernah merasa sangat cemas, panik, marah atau ketakutan yang berlebihan dan tiba tiba anda melakukan sesuatu yang mustahil anda lakukan dalam keadaan normal. Misalnya anda sedang dalam keadaan emosi yang tak bisa terbendung lagi, lalu anda mengangkat benda yang tak mungkin anda angkat dan membantingnya tanpa merasakan kalau benda tersebut sangat berat (misalnya lemari). Sebenarnya itu adalah kekuatan dalam tubuh kita yang terpancing keluar akibat emosi yang berlebihan atau dalam keadaan terdesak. Itulah yang disebut Tenaga Dalam!

Dulu Tenaga Dalam dianggap sebagai hal yang tak masuk akal, namun beberapa ilmuwan mulai penasaran dan mulai meneliti tentang tenaga dalam yang tersimpan dalam tubuh manusia. Setelah mereka mulai meneliti, mereka terkejut tentang kebenaran bahwa manusia sesungguhnya memiliki kekuatan yang sangat dahsyat namun terselubung. Mereka mengatakan bahwa kita hanya menggunakan 2,5% dari kekuatan kita. Lalu dimana yang 97,5% lainnya? Tenaga yang terisa tersebut tersembunyi dalam tubuh dan menjadi tenaga cadangan bagi kita! Lebih jelasnya, manusia memiliki zat kimia dalam tubuh yang hanya dapat keluar melalui metabolisme tubuh yang tepat. Zat kimia tersebut adalah ATP (Adenosin Tri Phosphate) zat tersebut merupakan energi cadangan bagi tubuh manusia. Dan semua orang sebenarnya memiliki itu, hanya saja kita tidak tahu cara menggunakannya!

Kekuatan tersebut sangat dahsyat, kalau kita mampu meningkatkan penggunaan kekuatan tersebut menjadi 2,7% saja kita mampu menghancurkan batu yang kokoh dalam sekali pukul, bahkan kita mampu menghancurkan besi yang lumayan tebal! Lalu bagaimana kita bisa menggunakannya? Salahsatu cara mengeluarkan tenaga dalam kita ialah dengan ilmu pernafasan. Karena ilmu pernafasan mengatur proses pernafasan dalam tubuh sehingga pernafasan tersebut menjadi teratur dan terkonsentrasi. Sehingga kita mampu memusatkan nafas kita pada titik tertentu dan membuang kandungan CO2 yang terhirup bersama udara yang kita hirup!


Pemanfaatan tenaga dalam manusia sangat besar manfaatnya bagi kita. Seorang ahli pernafasan selalu sehat dan memiliki tubuh yang lebih tahan terhadap penyakit. Bahkan kabarnya dengan mempelajari thai chi, penyakit berat seperti kanker bisa terobati. Sel sel kanker yang tumbuh akan terhambat pertumbuhannya dan kemudian mati! Ini fakta lho…. (ingat, Thai Chi adalah bagian dari ilmu pernafasan juga) Dan konon katanya dengan mempelajari ilmu pernafasan dengan baik, maka kita akan mampu menguasai indra keenam dalam tubuh kita, menghancurkan batu besar, memperingan tubuh sehingga dapat melompat lebih tinggi, menguasai telekinetik, dan masih banyak lagi yang masih belum saya sebutkan!

Sampai kapan kita menutup mata dan tak mempercayai sebuah kekuatan yang dianugerahkan Allah SWT? Bukankah manusia diciptakan sangat sempurna? Tak ada yang mustahil kalau Allah berkehendak. Kita masih ingat tentang kisah Nabi Daud yang memiliki kekuatan yang luar biasa sebagai mu’jizat bagi beliau? Mungkin saja sebenarnya Allah memberi kemampuan terhadap Nabi Daud untuk mampu memanfaatkan kekuatan tubuhnya secara maksimal (100%). Percaya dengan kekuatan Allah adalah kunci suksesnya suatu niat atau rencana! Segala sesuatunya terjadi atas kehendak dan kuasa Allah SWT.


KEKUATAN QALBU PADA DIRI MANUSIA


KEKUATAN HATI (QOLBU)

Kalau fikiran manusia ada di otak yang terletak di kepala, dimanakah letak hati manusia?
Allah Swt berfirman dalam, Al Qur’an Surat Al-Hajj 46 dengan jelas dinyatakan bahwa qalbu itu berada dirongga dada.

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”. ( QS :Al Hajj 46)

Rasulullah Saw bersabda “ Bahwa di dada manusia ada segumpal darah, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh manusia itu, jika dia buruk maka manusia itupun menjadi buruk pula.didalam hati (qolbu) manusia terdapat empat ruangan yaitu :

Yang diinginkan.

Ingin senang, kaya, bahagia, sukses, aman , nyaman, nikmat, serba cukup, sehat, kuat.

Yang di takuti.

Takut mati, miskin, susah, sengsara, melarat, hina, sakit, lemah.

Penyakit hati.

Musyrik, kafir, dengki, hasud, dendam, ria, sombong, takabur, malas, khianat.

Kekuatan hati.

Iman, Taqwa, Ikhlas, sabar, jujur, amanah, santun, syukur, ridha, pemaaf, pemurah, penyayang.

Empat ruang dalam hati yang mempengaruhi jalan hidup manusia dan tujuh tingkatan nafsu manusia menurut ajaran tasawuf.

Manusia ingin bahagia, kaya, senang, sejahtera dan takut mati, miskin, sengsara ataupun melarat. Untuk mencapai yang diinginkan dan menjauh dari yang ditakuti manusia dirongrong oleh penyakit hati yang berupa kemusyrikan, kafir, sombong, dengki, ujub, takabur, ria sifat ini ditiupkan oleh syetan kedalam hati manusia. Jika sifat buruk yang ditiupkan syetan itu merajalela dalam hati dan hati mejadi busuk penuh penyakit maka manusia akan gagal mencapai yang diinginkan, bahkan sebaliknya akan terjerumus ke lembah yang ditakuti tersebut. Sebaliknya jika hati dipenuhi kekuatan Iman, taqwa, tawakkal sabar, ikhlas, jujur, amanah dan sifat lainnya yang mendapat ridha Allah niscaya ia akan menemui apa yang diinginkan yaitu bahagia, kaya, senang, aman sejahtera.

Hati atau Qolbu adalah bagian penting dari manusia yang tetap berfungsi sejak hidup didunia sampai terus di akhirat kelak. Fungsi hati atau Qalbu tidak berhenti atau putus akibat datangnya kematian. Bagian tubuh lain seperti mata, telinga, otak dan seluruh tubuh tidak berfungsi lagi setelah datangnya kematian. Namun hati akan tetap berperan di alam barzakh, di hari berbangkit sampai di hari berhisab kelak. Hati yang jernih dan bersih akan membawa kita pada kehidupan yang sejahtera dan kekal selamanya di sisi Allah, baik di dunia maupun diakhirat. Hati yang kotor, busuk dan penuh penyakit akan membawa kita kepada kesulitan dan kesengsaraan abadi selama hidup didunia dan di akhirat kelak.

Perhatikan do’a Nabi Ibrahim, di dalam Firman Allah Swt, dalam QS. As Syu ‘ara ayat 87-89 :

“Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan”
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna”
“kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”

Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar jangan dihinakan pada hari berbangkit, dihari yang tiada bermanfaat harta dan anak anak, pangkat dan jabatan, karib dan sanak famili, kecuali orang yang datang menghadapNya dengan hati yang bersih. Disini tergambar bahwa hati tetap memegang peranan penting sampai dihari berbangkit kelak, dikala bumi telah lenyap dan diganti dengan kehidupan lain diakhirat kelak.

Orang yang hatinya busuk, kotor penuh penyakit juga akan merasakan akibat kekotoran hatinya itu kelak di akhirat, seperti digambarkan Allah dalam QS. Al Baqarah ayat 10 dan An- Naazi’aat 6-9 :

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. ( QS:Al -Baqarah 10)

“(Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam”,
“tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua”,
“hati manusia pada waktu itu sangat takut”,
“pandangan tunduk”. ( QS:An Naazi’aat 6-9 )

Dari beberapa keterangan diatas jelas bahwa hati tetap memegang peranan sampai dihari berbangkit kelak. Fungsi hati tidak berhenti dengan datangnya kematian. Ia tetap memegang peranan selama hidup di dunia, setelah datang kematian, di alam barzah, di hari berbangkit bahkan sampai hari berhisab kelak. Karena itu jagalah hati jangan sampai dipenuhi penyakit dan kebusukan yang akan mencelakakan kita di dunia dan akhirat kelak. Bersihkan hati dari kotoran dan penyakit, tanamkan Iman, Taqwa, Tawakkal dan berbagai sifat baik lainnya didalam hati, hingga dapat dicapai berbagai kebaikan selama hidup di dunia dan di akhirat kelak.

Tujuh tingkat nafsu menurut ahli tasawuf

Selama menjalani kehidupan didunia hati manusia akan mengalami perubahan dari keadaan keruh menjadi jernih melalui tujuh tingkat nafsu.

Para ahli tasawuf membagi nafsu manusia menjadi tujuh tingkatan, yaitu
“Nafsul Amarah”. Ini adalah tingkatan yang paling rendah. Nafsul amarah cenderung mendorong manusia untuk melakukan perbuatan keji dan rendah. Keberadaan nafsu ini disebutkan dalam QS: Yusuf ayat 53 :

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Sifat orang yang mempunyai nafsul amarah antara lain mudah marah, sombong, takabbur, tamak, kikir , dengki dan hasud, sering memperturutkan keinginan syahwat secara berlebihan.

“Nafsul Lawwamah”. Tingkat yang lebih tinggi adalah nafsul lawwamah. Nafsu ini sering mengkritik dan menyesali tindakan yang tidak patut yang dilakukan atas dorongan nafsul lawwamah. Keberadaan nafsu ini disebutkan dalam QS: Al Qiyamah ayat 2 :

“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).”

Pada tingkatan ini seseorang akan menyesali perbuatan buruknya, dia sering merenung dan mengkritik semua perbuatannya yang keliru. Selanjutnya dia berusaha agar perbuatan buruk yang telah dilakukan tidak terulang lagi.

“Nafsul Mulhimmah”, tingkat nafsu yang ketiga adalah nafsul mulhammah. Keberadaannya disebutkan dalam QS: Asy- Syam ayat 7-10 :

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya)”,
“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”,
“sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu”,
“dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.

Orang yang telah mencapai tingkatan ini telah mampu mengendalikan dirinya dari keingainan nafsu yang rendah. Ia bisa membedakan yang hak dan bathil. Ia selalu menjaga dirinya dari melakukan perbuatan tercela dan selalu berusaha untuk meningkatkan iman dan taqwanya. Berusaha mengerjakan amal soleh sebanyak-banyaknya.

“Nafsul Muthmainnah”, tingkat nafsu yang keempat adalah nafsul Muthmainnah, keberadaan nafsu ini disebutkan dalam QS: Al-fajr 27-31: 

“Hai jiwa yang tenang”,
“Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya”,
“Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku”,
“dan masuklah ke dalam surga-Ku”.

Orang yang telah mencapai tingkat ini jiwanya jadi tenang , penuh rasa tawakkal, ridho dengan semua ketetapan Allah, tidak disentuh rasa duka, sedih dan cemas.

“Nafsul Radhiyah”, orang yang mencapai tingkat ini selalu merasa puas dengan apa yang diterimanya dari Allah. Bagi mereka sama saja kejadian baik maupun buruk yang menimpanya. Hatinya tidak terpengaruh oleh kehidupan dunia. Mereka selalu kembali pada Allah dan ridho dengan semua keputusannya.

“Nafsul Mardhiyah”, Tingkat ini lebih tinggi daripada Nafsul Radhiyah. Ia adalah orang yang sangat dekat dan dicintai Allah. Merekalah yang dimaksud dalam salah satu hadist Qudsi :
“Senantiasa hambaku mendekatkan diri kepadaKU, dengan mengerjakan ibadah-ibadah sunah, hingga AKU cinta padanya. Maka apabila AKU telah mencintainya, jadilah AKU pendengarannya yang dengannya ia mendengar, penglihatannya yang dengannya ia melihat, perkataannya yang denganya ia berkata-kata, jadilah AKU tangannya yang dengannya ia berbuat, jadilah AKU kakinya yang dengannya ia melangkah, dan akalnya yang dengannya ia berfikir”. (Hadist Qudsi)

Semua langkah dan perbuatannya dilakukan atas bimbingan dan petunjuk Allah, seperti apa yang telah dilakukan Nabi Khidir as dan tidak dipahami oleh Nabi Musa as. Dia tidak bertindak dengan kemauan sendiri, melainkan dengan bimbingan dan kehendak Allah

“Nafsul Kamilah”, Nafsu ini adalah tingkatan para Nabi dan Rasul, manusia suci dan sempurna, yang selalu berada dalam pengawasan dan bimbinganNya. Terpelihara dari perbuatan yang tercela.

Untuk meraih tingkatan nafsu dari level rendah sampai yang tinggi seperti tersebut di atas diperlukan perjuangan yang gigih dan ulet. Tidak bisa didapat dengan santai tanpa usaha yang maksimal. Untuk naik dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi dibutuhkan waktu yang cukup lama sampai bertahun tahun.

Insya Allah dengan hati yang bersih dan jernih kita bisa meraih kemenangan dunia dan akhirat. Menjalani hidup berbahagia didunia dan akhirat, tidak ditimpa kesedihan dan duka yang berlarut-larut. Semoga kelak ditempatkan Allah di taman syurga yang abadi dan hidup kekal selamanya disana.

Orang yang memperturutkan hawa nafsu

Orang yang mengikuti nafsul amarah, berusaha memenuhi keinginan rendahnya dengan berbagai cara. Ia sangat rakus terhadap kebutuhan syahwat, harta, makan, pujian, dan lain sebagainya. Hidupnya hanya untuk mengabdi pada pemenuhan kebutuhan nafsunya. Ia tidak peduli dengan peraturan halal atau haram, baginya memenuhi semua kebutuhan hawa nafsu nya adalah segala galanya. Syetan mendorongnya untuk memenuhi kebutuhan nafsunya dan memperlihatkan keindahan semua perbuatannya yang buruk. Mereka merasa adalah orang yang benar dan mendapat petunjuk. Syetan telah menipu mereka, tapi mereka tidak menyadari. Firman Allah Swt, dalam QS: Az-Zukhruf 36-37 :

“Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya”.
“Dan sesungguhnya setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk”.

Bagi manusia hanya ada dua pilihan, mengabdi pada kepentingan hawa nafsu atau mengabdi Pada Allah azza wa jalla. Orang yang mengabdi pada kepentingan hawa nafsu dia akan lupa kepada Allah. Sebaliknya orang yang mengabdi pada Allah harus rela mengalahkan kepentingan hawa nafsunya. Dua kepentingan yang berbeda ini tidak mungkin dijadikan satu. Seseorang tidak mungkin mengabdi kepada Allah sambil memuaskan kepentingan hawa nafsunya. Kita harus memilih satu diantara dua, mengabdi pada Allah atau pada kepentingan hawa nafsu.

Orang yang memperturutkan hawa nafsunya, hatinya telah mati terkunci, dan tidak peduli dengan peringatan dan nasehat yang disampaikan padanya. Bagi mereka, hal paling penting adalah memenuhi semua hasrat dan kebutuhan nafsunya.

Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an : “Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu mereka berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): “Apakah yang dikatakannya tadi?” Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka”. (QS: Muhammad: 16)

Orang yang mengendalikan diri

Orang yang menginginkan kemuliaan bersama Allah berusaha mengendalikan dirinya dari memperturutkan keinginan hawa nafsu. Mereka menghadapkan hati ndan fikirannya pada Allah, mereka berusaha patuh pada syari’at dan aturan yang telah ditetapkan Allah, mereka tidak memperturutkan keinginan hawa nafsunya.

Kemudian pula Allah Swt berfirman dalan Al-Qur’an :

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”. (QS: Jatsiyah: 18)

Baginya Allah adalah segala galanya, ia tidak segan mengorbankan kepentingan hawa nafsunya untuk kepentingan di jalan Allah. Mereka rela mengorbankan kepentingan hawa nafsunya untuk mencari ridha Allah. Mereka itulah orang orang yang mendapat petunjuk dan kemenangan dunia dan akhirat.

Hati yang rusak, penuh penyakit dan mati

Orang yang selalu memperturutkan keinginan hawa nafsunya hatinya akan menjadi rusak dan penuh penyakit. Jika tidak ada usaha untuk mengobati dan membersihkan nya dari penyakit, akhirnya hati akan menjadi keras membatu dan akhirnya mati.

Sebagaimana difirmankan Allah Swt :

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS: Al Baqarah: 10).

“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
(QS: Al Baqarah: 7)

“Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS: An Nahl :108)

Orang yang hatinya telah rusak dan mati, hidup dalam kegelapan dan kekalutan. Hatinya sulit untuk menerima hidayah dan petunjuk Allah, hatinya tertutup tidak mampu menerima kebenaran. Seluruh hidupnya hanya untuk mengabdi pada syetan dan memperturutkan hawa nafsu. Dia berada dalam kekuasaan syetan laknatullah. Di akhirat kelak ia berada dalam penderitaan abadi selama-lamanya dalam neraka jahannam

Hati yang bersih dan jernih

Orang yang mampu mengendalikan diri dari mengikuti bisikan syetan dan memperturutkan keinginan hawa nafsu, serta mampu membersihkan hatinya dari sifat-sifat tercela. Banyak ingat dan kembali kepada Allah serta mohon ampun atas segala dosa dan kesalahannya. Hatinya menjadi bersih dan jernih, bersinar dengan cahaya Ilahi. Itulah hati Qolbun salim yang dimaksud Nabi Ibrahim dalam do’anya, yang disebutkan dalam Al-Qur’an, QS: Asy Syu'ara ayat 87-89 :

“Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan”,
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna”,
“kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”.

Hati yang bersih dan jernih memberi rasa nyaman sepanjang masa, baik di dunia maupun di akhirat. Bebas dari rasa cemas dan takut sebagai disebutkan dalam QS: Yunus ayat : 62 :

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.

Merawat dan Memelihara Hati

Kita menyadari bahwa hati merupakan unsur paling penting dalam kehidupan kita yang tetap berfungsi sampai akhir zaman. Karena itu kita harus merawat dan memeliharanya dengan baik agar tidak rusak dan dipenuhi penyakit yang dapat menyengsarakan kita selama lamanya.

Hati yang bersih dan jernih adalah hati yang selalu ingat pada Allah, setiap saat melakukan komunikasi dengan Allah, sehingga selalu berada dalam bimbingan dan hidayah-Nya. Matanya dibimbing oleh hatinya untuk selalu memandang kebesaran Allah, telinganya dituntun oleh hatinya untuk selalu mendengarkan nasihat dan ayat ayat Allah. Hatinya selalu terbuka untuk menerima nasihat dan ajaran kebaikan.

Beberapa cara untuk menjaga dan merawat hati agar tetap bersih dan jernih antara lain :
  1. Selalu ingat pada Allah dimanapun berada.
  2. Selalu memuji kebesaranNya.
  3. Selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah.
  4. Selalu bertasbih mensucikanNya.
  5. Selalu mohon ampun atas kekhilafan dan dosa yang dilakukan.
  6. Selalu mohon perlindunganNya dari godaan Syetan dan tipu daya dunia yang melalaikan.
  7. Selalu mohon bimbingan dan tutunan Allah dalam menjalani hidup dan kehidupan ini
  8. Selalu membaca atau mendengarkan ayat suci Al -Qur’an dan mentadabburinya setiap hari.
  9. Melatih hati untuk bersifat Taqwa, tawakkal, sabar, ikhlas, jujur, amanah, ridho, kasih sayang, menahan amarah, menahan nafsu dari keinginan rendah dan lain sebagainya.
  10. Bersihkan hati dari penyakit kafir, musyrik, sombong, takabbur, riya, dengki, dendam, khianat, kikir, loba dan tamak, memperturutkan hawa nafsu dan lain sebagainya.

SEDULUR SONGO BAGIAN SUMBER DARI KEKUATAN


Saudara sembilan ( Sedulur songo ) kenyataannya tidaklah berada terus menerus dibagian badan Jasad Kasar ini. Halusnya berujud cahaya yang mempunyai warna sendiri-sendiri. Kodratullah-oranye, Wujudullah–hitam, Sipatullah–kuning, Datullah–putih, Sirullah–merah, Pangaribawa–biru, Prabawa–kuning emas, Kamayan–putih terang kemilau. 

Semua saudara terjadi/tercipta bersamaan dengan turunnya Roh Suci didalam rahim ibu. Kamayan, Prabawa dan Pangaribawa ketiga-tiganya menjadi satu merupakan sang “aku” dari manusia (aku disini bukan “pribadi”), yaitu kekuasaan yang diberikan oleh Allah, untuk mengendalikan kelima saudara lainnya (sirullah, datullah, sipatullah, wujudullah dan kodratullah). Jadi ketiganya menjadi satu angan-angan yang bersifat tiga, punya watak dan kekuasaan sendiri-sendiri. Kekuasaan tertinggi adalah Kamayan, kemudian Prabawa, baru Pangaribawa. Dalam bertindak ketiga-tiganya selalu berbarengan dan membantu/menjiwai/memberi kekuatan tindakan saudara-saudara lainnya. Walaupun menerima kuasa dari Allah, namun tri-tunggal Kamayan-Prabawa-Pangaribawa tidaklah mampu menjamin kesejahteraan jiwa. Yang dapat menjamin kesejahteraan dan keharmonisan jiwa manusia hanyalah Tri Tunggal Mahasuci, Allah, Ingsun dan Roh Suci. 

Berikut uraian/penjelasan mengenai Sedulur Songo ( Saudara Sembilan ). 

Kodratullah, terjadi dari bayangan Rahsa Jati, wadagnya berada pada dikemaluan. Berkecenderungan negatif kearah nafsu sahwat. Apabila dapat dikuasai maka akan dapat diarahkan menjadi dasar kekuatan akan keindahan.

Wujudullah, yang terjadi dari anasir tanah/bumi wadagnya ada di daging-kulit. Berkecenderungan serakah, tamak, mau menang sendiri, curang, lamban, malas, serta menjauhkan dari kebaikan. Namun kalau dapat dikuasai bisa menjadi dasar kekuatan jasmani dan ketabahan serta tahan penderitaan.

Sirullah, yang terjadi dari anasir api, wadagnya berada didalam darah. Wataknya berangasan, amarah, tidak sabaran dan gelap mata. Kalau bisa dikendalikan menjadi kemauan, tekad dan ketekunan bahkan menjadi jalan bagi saudara-saudara lainnya dalam mencapai tujuan. Tanpa bantuan dan daya Sirullah maka tiada dapat tercapai.

Sifatullah, terjadi dari anasir air, wadagnya berada didalam tulang dan sumsum. Kekuatannya terasakan sebagai kehendak, yang menyebabkan adanya keinginan-keinginan, atau cita-cita. Dapat menjadi sarana Karsa Allah. Akan menjadi negatif apabila tidak dikendalikan, kearah kegemaran-kegemaran serta kesenangan-kesenangan yang tidak baik.

Dazullah, terjadi dari anasir hawa, berada di napas. Mempunyai watak jernih, belas kasih, bekti, cenderung akan hal-hal kesucian. Kekuatannya sanggup menimbulkan kesanggupan untuk berkorban atas dasar kasih, mendorong untuk tercapainya ketenteraman dalam hidup dengan sesama. Kekuatannya menimbulkan kesanggupan untuk berbakti, penyerahan total manembah kepada Panuntun Sejati/Guru Sejati untuk makin mendekat dan bersatu dengan Allah.

Pangaribawa, terjadi dari bayangan Roh Suci, wadagnya berujud pusar dan halusnya ada di angan-angan berupa “cipta”. Merupakan kekuatan paling bawah dari jiwa manusia. Pangaribawa memberi kekuatan kepada fungsi pancaindera. Maka, kekuatan ini seyogyanya diarahkan untuk menangkap hal-hal yang positif sesuai ajaran Guru Sejati untuk keutamaan hidup.

Prabawa, terjadi dari bayangan Ingsun/Guru Sejati, halusnya berada di angan-angan berupa “nalar”. Daya kekuatannya melebihi Pangaribawa. Prabawa memberi kemampuan untuk mengolah semua hal yang ditangkap oleh Pangaribawa. Prabawa kemudian mendorong akan timbulnya pertanyaan apa, kenapa, bagaimana, dsb. Untuk menemukan jawaban yang tepat. Seyogyanya Prabawa haruslah didampingi erat oleh Datullah yang mendorong kearah kejujuran dan cinta kebenaran agar tidak terjerumus kerah pembenaran-pembenaran tindakan yang salah.

Kamayan, merupakan bayangan dari Allah ta’ala/Pengeran/Gusti Yang Maha Agung, wadagnya wujud jantung dan halusnya berada di angan-angan berupa “akal budi”. Kekuatannya yang disebut Kamayan atau Maya adalah kekuatan tertinggi dari angan-angan. Kamayan memberi kemampuan untuk memperoleh pengertian-pengertian yang luas dan mendalam mengenai hal-hal yang ditangkap oleh Pangaribawa dan Prabawa, sehingga dapat diambil intinya dan kesimpulannya.

Bayu Sejati, terjadi dari daya kekuatan kuasa Allah, wadagnya di tulang ekor sampai sumsum tulang belakang. Mempunyai daya kekuatan luar biasa. Enerji kundalini adalah salah satu daya kekuatan yang bersumber dari Bayu Sejati.

Kesembilan saudara; Bayu Sejati, Sirullah, Datullah, Sifatullah, Wujudullah, Kodratullah, Pangaribawa, Prabawa dan Kamayan, berada dalam badan halusan manusia, yang harus dapat dikuasai agar saling bekerja sama dengan baik, agar tercapailah keadaan jiwa yang seimbang dan harmonis untuk meningkatkan keutamaan/budi luhur. Sifat angan-angan (Pangaribawa, Prabawa dan Kamayan) yang cenderung dapat menghalangi merasuknya pancaran sinar Illahi adalah karena sifat kedaulatannya, yang menimbulkan “aku” manusia. Aku nya manusia kemudian dapat dihinggapi oleh rasa perasaan kuasa. Inilah yang dapat menyebabkan seolah Nur Hidup merupakan cahaya yang bagaikan bayang-bayang yang tidak jelas, samar, karena tertutup oleh angan-angan.
  • Wujudullah dan Kodratullah, bisa sempurna bertindak kalau mendapat daya kekuatan dari Sirullah.
  • Sirullah dapat bertindak dengan baik apabila memperoleh daya kekuatan Sipatullah.
  • Sipatullah yang mengkoordinasikan agar Sirullah dan Wujudullah serta Kodratullah membantu kemauannya.
  • Datullah lah yang seharusnya dapat menerangi akan tindakan-tindakan saudara-saudara lainnya. Jadi Sipatullah harus mau menerima pepadang/penerangan dari Datullah, yang kemudian memberi daya kepada Datullah untuk dapat menerangi ketiga saudara lainnya yaitu Sirullah, Wujudullah dan Kodratullah agar berjalan didalam kebenaran dan kebaikan. Maka demikian pula Sipatullah tanpa bekerja sama dengan Datullah, akan menjadi budak Sirullah, Wujudullah dan Kodratullah, yang cenderung diajak berjalan kearah ketidak baikan/hal-hal negatif.
  • Semua hal tersebut, agar dapat terlaksana menjadi tindakan, apabila dibantu/dijiwai oleh ketiga saudara Pangaribawa, Prabawa dan Kamayan. Jadi tiga saudara inilah yang seharusnya menuntun dan memberi jalan kepada Datullah agar menjadi kuat dan menggandeng Sipatullah. Angan-angan menjadi terang apabila mendukung Datullah agar selalu membawa kearah keinginan dan tindakan yang luhur dan membangun watak yang utama.
  • Kalau nafsu-nafsu (kelima saudara) dapat dikendalikan/dikuasai, maka angan-angan atau ketiga saudara (Pangaribawa, Prabawa dan Kamayan) menjadi lebih mudah dikendalikan, dikumpulkan menjadi satu didalam hati sanubari, janganlah sampai berhubungan dengan otak. Hal ini sangat diperlukan dalam upaya untuk dapat menerima “anugerah” tuntunan dari Ingsun/Guru Sejati.
  • Bayu Sejati lah yang pada akhirnya direngkuh untuk memberi daya lebih untuk tujuan-tujuan spiritual maupun hal-hal kebaikan lainnya yang “lebih jauh”.

Maka apabila kesembilan saudara tadi sudah dapat dikuasai, dikendalikan dan patuh kepada aku sejati ya Roh Suci nya manusia, Wujudullah menjadi dasar kekuatan, Sirullah tidak sabar akan kebaikan, Sipatullah menjadi lantaran keinginan dan kehendak, Datullah menjadi sempurna kesuciannya dan panembahnya kepada Ingsun/Guru Sejati/Rasul Sejati dan Allah. Dimana Pangaribawa, Prabawa dan Kamayan menyatu menjadi satu cipta luhur atau akal budi yang jernih, didalam ketenangan/ketenteraman yang eneng. Dan, terwujudlah jalan rahayu kearah kemulyaan langgeng, Alam Sejati.

Dalam kenyataan hidup keseharian sampai hayat masih dikandung badan, secara terus menerus ngracut busana kamanungsan adalah merupakan PR dan tugas yang harus dilaksanakan secara disiplin terus-menerus oleh kita. Maka, sudah barang tentu tugas ini sangatlah berat.


Rahasia Kekuatan Super Yang Berada Didalam Diri Manusia

1. Kekuatan Impian (The Power of Dreams)

Untuk memperoleh hal-hal terbaik dalam kehidupan ini, setiap kita harus memiliki impian dan tujuan hidup yang jelas. Setiap kita harus berani memimpikan hal-hal terindah dan terbaik yang kita inginkan bagi kehidupan kita dan kehidupan orang-orang yang kita cintai.

Tanpa impian, kehidupan kita akan berjalan tanpa arah dan akhirnya kita tidak menyadari dan tidak mampu mengendalikan ke mana sesungguhnya kehidupan kita akan menuju.

2. Kekuatan dari Fokus (The Power of Focus)

Fokus adalah daya (power) untuk melihat sesuatu termasuk masa depan, impian, sasaran atau hal-hal lain seperti kekuatan dan kelemahan dalam diri, peluang di sekitar kita, sehingga lebih jelas dan mengambil langkah untuk mencapainya.

Seperti sebuah kacamata yang membantu seorang untuk melihat lebih jelas, kekuatan fokus membantu kita melihat impian, sasaran, dan kekuatan kita dengan lebih jelas, sehingga kita tidak ragu-ragu dalam melangkah untuk mewujudkannya.

3. Kekuatan Disiplin Diri (The Power of Self Discipline)

Pengulangan adalah kekuatan yang dahsyat untuk mencapai keunggulan. Kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang. Menurut filsuf Aristoteles, keunggulan adalah sebuah kebiasaan.

Kebiasaan terbangun dari kedisiplinan diri yang secara konsisten dan terus-menerus melakukan sesuatu tindakan yang membawa pada puncak prestasi seseorang. Kebiasaan kita akan menentukan masa depan kita.

Untuk membangun kebiasaan tersebut, diperlukan disiplin diri yang kokoh. Sedangkan kedisiplinan adalah bagaimana kita mengalahkan diri kita dan mengendalikannya untuk mencapai impian dan hal-hal terbaik dalam kehidupan ini.

4. Kekuatan Perjuangan (The Power of Survival)

Setiap manusia diberikan kekuatan untuk menghadapi kesulitan dan penderitaan. Justru melalui berbagai kesulitan itulah kita dibentuk menjadi ciptaan Tuhan yang tegar dalam menghadapi berbagai kesulitan dan kegagalan.

Seringkali kita lupa untuk belajar bagaimana caranya menghadapi kegagalan dan kesulitan hidup, karena justru kegagalan itu sendiri merupakan unsur atau bahan yang utama dalam mencapai keberhasilan atau kehidupan yang berkelimpahan.

5. Kekuatan Pembelajaran (The Power of Learning)

Salah satu kekuatan manusia adalah kemampuannya untuk belajar. Dengan belajar kita dapat menghadapi dan menciptakan perubahan dalam kehidupan kita. Dengan belajar kita dapat bertumbuh hari demi hari menjadi manusia yang lebih baik.

Belajar adalah proses seumur hidup. Sehingga dengan senantiasa belajar dalam kehidupan ini, kita dapat terus meningkatkan taraf kehidupan kita pada aras yang lebih tinggi.

6. Kekuatan Pikiran (The Power of Mind)

Pikiran adalah anugerah Tuhan yang paling besar dan paling terindah. Dengan memahami cara bekerja dan mengetahui bagaimana cara mendayagunakan kekuatan pikiran, kita dapat menciptakan hal-hal terbaik bagi kehidupan kita.

Dengan melatih dan mengembangkan kekuatan pikiran, selain kecerdasan intelektual dan kecerdasan kreatif kita meningkat, juga secara bertahap kecerdasan emosional dan bahkan kecerdasan spiritual kita akan bertumbuh dan berkembang ke tataran yang lebih tinggi.

Semua dari kita berhak dan memiliki kekuatan untuk mencapai kehidupan yang berkelimpahan dan memperoleh hal-hal terbaik dalam kehidupannya.

Semuanya ini adalah produk dari pilihan sadar kita, berdasarkan keyakinan kita, dan bukan dari produk kondisi keberadaan kita di masa lalu dan saat ini.

1 komentar: