Selasa, 19 Juni 2012

TIDUR dan MIMPI

Adab, Doa, dan Zikir Sebelum dan Setelah Bangun dari Tidur

Ada beberapa adab yang dianjurkan untuk dilakukan oleh seseorang sebelum dia tidur. Berikut ini akan kami sebutkan beberapa adab tersebut disertai dengan dalil nash pendukungnya. Di antaranya adalah:

1. Berwudhuk sebelum tidur, berbaring pada sisi tubuh bagian kanan, dan membaca doa.

Adab-adab ini terangkum di dalam hadits Al Bara` bin ‘Azib radhiallahu ‘anhu. Dia berkata:

قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وَضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ وَقُلْ: اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ، فَإِنْ مُتَّ مُتَّ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَقُولُ

“Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata kepadaku: Apabila engkau hendak mendatangi tempat pembaringanmu, maka berwudhuklah sebagaimana wudhukmu untuk shalat. Kemudian berbaringlah pada sisi tubuhmu yang sebelah kanan, lalu ucapkanlah:

اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ

“Wahai Allah, aku menyerahkan diriku kepada-mu, menyerahkan urusanku kepada-Mu, dan menyandarkan punggungku kepada-Mu dengan penuh rasa harap dan cemas terhadap-Mu. Tiada tempat bersandar dan tiada tempat menyelamatkan diri melainkan hanya kepada-Mu. Aku beriman terhadap kitab-Mu yang Engkau turunkan dan (beriman) terhadap Nabi-Mu yang engkau utus.”

Jika engkau meninggal (dalam keadaan demikian pada malam itu), maka engkau meninggal dalam keadaan fitrah. Jadikanlah doa ini sebagai sesuatu yang paling akhir engkau ucapkan.” [HR Al Bukhari (6311) dan Muslim (2710)]

2. Meletakkan tangan di bawah pipi sebelah kanan dan membaca doa. Membaca doa juga dilakukan ketika bangun dari tidur.

Dalilnya adalah hadits Hudzaifah ibnul Yaman radhiallahu ‘anhu, dia berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ مِنْ اللَّيْلِ وَضَعَ يَدَهُ تَحْتَ خَدِّهِ، ثُمَّ يَقُولُ: اللَّهُمَّ بِاسْمِكَ أَمُوتُ وَأَحْيَا، وَإِذَا اسْتَيْقَظَ قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Nabi صلى الله عليه وسلم bila hendak tidur malam meletakkan tangannya di bawah pipinya kemudian berdoa:
اللَّهُمَّ بِاسْمِكَ أَمُوتُ وَأَحْيَا

“Wahai Allah, dengan nama-Mu aku mati dan hidup.”

dan ketika bangun mengucapkan:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Segala puji paji Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan hanya kepada-Nya (kami) dikumpulkan.” [HR Al Bukhari (6314) dan Muslim (2711)]

Di dalam riwayat Abu Daud (5045) terdapat penyebutan doa yang lain sebelum tidur, yaitu:
اللَّهُمَّ قِنِيْ عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ

“Wahai Allah, lindungilah aku dari siksaan-Mu pada hari Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu.”

3. Sebelum naik ke pembaringan, hendaknya mengibaskan kain ke atas kasur untuk membersihkan kotoran yang mungkin ada di kasur. Setelah itu barulah membaca doa.

Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

إِذَا أَوَى أَحَدُكُمْ إِلَى فِرَاشِهِ فَلْيَنْفُضْ فِرَاشَهُ بِدَاخِلَةِ إِزَارِهِ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي مَا خَلَفَهُ عَلَيْهِ ثُمَّ يَقُولُ بِاسْمِكَ رَبِّ وَضَعْتُ جَنْبِي وَبِكَ أَرْفَعُهُ إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِي فَارْحَمْهَا وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ

“Apabila salah seorang dari kalian hendak menuju ke kasurnya (untuk tidur) maka hendaklah dia mengibaskan kasurnya dengan bagian ujung kainnya, karena sesungguhnya dia tidak tahu benda apa yang tertinggal di atasnya. Kemudian membaca:

بِاسْمِكَ رَبِّ وَضَعْتُ جَنْبِي وَبِكَ أَرْفَعُهُ إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِي فَارْحَمْهَا وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ

“Dengan nama-Mu, wahai Rabbku, aku meletakkan sisi tubuhku; dan dengan (nama)-Mu aku mengangkatnya. Jika Engkau menahan jiwaku, maka kasihilah ia; dan jika Engkau melepaskannya, maka jagalah ia dengan penjagaan-Mu terhadap para hamba-Mu yang shalih.” [HR Al Bukhari (6320) dan Muslim (2714)]

4. Di antara zikir sebelum tidur adalah bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, dan bertakbir tiga puluh empat kali, sehingga jumlahnya menjadi genap seratus.

Dalilnya adalah hadits Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata kepada Ali dan Fathimah radhiallahu ‘anhuma:

إِذَا أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا فَكَبِّرَا اللَّهَ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ وَاحْمَدَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَسَبِّحَا ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ

“Apabila kalian berada di pembaringan kalian, maka bertakbirlah kepada Allah tiga puluh empat kali, bertahmidlah tiga puluh tiga kali, dan bertasbihlah tiga puluh tiga kali.” [HR Al Bukhari (3113) dan Muslim (2727)]

5. Melakukan nafts (gerakan seperti meludah tapi tanpa mengeluarkan ludah atau air liur)
pada kedua telapak tangan, lalu membaca surat Al Ikhlash, Al Falq, dan An Naas, lalu mengusapkan kedua telapak tangan ke bagian-bagian tubuh yang mudah dijangkau, seperti kepala, wajah, tangan, kaki, dan tubuh bagian depan lainnya. Hal ini diulangi sebanyak tiga kali.

Dalilnya adalah hadits Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ

“Bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم apabila hendak berbaring di kasurnya setiap malam, mengapitkan kedua telapak tangannya, kemudian melakukan nafts pada kedua telapak tangannya, kemudian membaca padanya “qul huwallahu ahad”, “qul a’udzu birabbil falaq”, dan “qul a’udzu birabbin naas”. Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangannya pada jasadnya semampunya, dimulai dari kepala, lalu wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukannya sebanyak tiga kali.” [HR Al Bukhari (5017)]

6. Di antara zikir sebelum tidur adalah ayat Kursi. Barangsiapa yang membacanya sebelum tidur, maka dia akan dijaga oleh Allah dan tidak akan didekati oleh syaithan sepanjang malam.

Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu pada suatu kisah di mana Syaithan memberitahukan sebuah cara kepada Abu Hurairah agar tidak diganggu oleh syaithan ketika tidur.

إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ {اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ} حَتَّى تَخْتِمَ الْآيَةَ فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنْ اللَّهِ حَافِظٌ وَلَا يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ

“Jika engkau hendak menuju ke kasurmu, maka bacalah ayat Kursi hingga selesai. Sesungguhnya penjagaan Allah akan senantiasa ada pada dirimu dan engkau tidak akan didekati syaithan sampai pagi.”

Kemudian Rasulullah صلى الله عليه وسلم membenarkan perkataan Syaithan tersebut. [HR Al Bukhari (2311)]

7. Di antara zikir sebelum tidur adalah membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah.

Dalilnya adalah hadits Abu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ قَرَأَ بِالْآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ

“Barangsiapa yang membaca dua ayat dari akhir surat Al Baqarah dalam satu malam, maka itu telah mencukupi baginya.” [HR Al Bukhari (5009) dan Muslim (808)]

Maksud dari kalimat “telah mencukupi baginya” adalah melindunginya dari berbagai kejelekan dan hal-hal yang tidak disukai.

8. Jangan tidur dalam posisi bertelungkup.

Dalilnya adalah hadits Ya’isy bin Thakhfah bin Qais Al Ghifari dari ayahnya, dia berkata:

فبينما أنا مضطجع في المسجد من السحر على بطني إذا رجل يحركني برجله، فقال: إن هذه ضجعة يبغضها الله. قال: فنظرت فإذا رسول الله صلى الله عليه وسلم

“Ketika aku sedang berbaring di atas perutku di mesjid di waktu sahur, tiba-tiba ada seorang lelaki yang menggerakkanku dengan kakinya sambil berkata: “Sesungguhnya ini adalah (posisi) berbaring yang dibenci Allah.” Lantas aku melihat, ternyata Rasulullah صلى الله عليه وسلم .” [HR Abu Daud (5040). Hadits shahih lighairihi.]

Di dalam riwayat Ibnu Majah:
مالك ولهذا النوم، نومة يكرهها الله أو يبغضها الله

“Mengapa engkau tidur seperti ini, tidur yang tidak disukai atau dibenci oleh Allah.” [HR Ibnu Majah (3723). Hadits shahih.]

9. Bersiwak ketika bangun tidur.

Dalilnya adalah hadits Hudzsifah radhiallahu ‘anhu, dia berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ

“Nabi صلى الله عليه وسلم apabila bangun pada malam hari menggosok mulutnya dengan siwak.” [HR Al Bukhari (245) dan Muslim (255)]

10. Ketika bangun tidur mengusap kedua mata dengan kedua tangan dan membaca doa (lihat adab nomor dua). Boleh pula dilanjutkan dengan membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Alu ‘Imran.

Dalilnya adalah hadits Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma, dia berkata:

ثُمَّ اسْتَيْقَظَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلَ يَمْسَحُ النَّوْمَ عَنْ وَجْهِهِ بِيَدَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ الْعَشْرَ الْآيَاتِ الْخَوَاتِمَ مِنْ سُورَةِ آلِ عِمْرَانَ

“Kemudian Rasulullah صلى الله عليه وسلم bangun, lalu mengusap (bekas pengaruh) tidur dari wajahnya (kedua mata), lalu membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Alu ‘Imran.” [HR Al Bukhari (4571) dan Muslim (763)]

Kesimpulan:

Berdasarkan dari penjelasan di atas, kita dapat merangkum adab-adab tidur sebagai berikut:
  1. Berwudhuk sebelum tidur.
  2. Sebelum naik ke kasur, terlebih dahulu membersihkan kasur dengan cara mengibaskan kain pada kasur untuk menghilangkan kotoran yang mungkin ada.
  3. Naik ke tempat tidur dan duduk dahulu untuk melakukan nafts pada kedua telapak tangan dan mengusapkannya ke kepala, wajah, tangan, kaki, dan anggota tubuh bagian depan.
  4. Setelah itu barulah berbaring menghadap ke arah kanan dan meletakkan telapak tangan kanan di bawah pipi kanan. Jangan tidur dengan posisi telungkup.
  5. Membaca doa-doa dan zikir-zikir sebelum tidur sebagaimana yang telah tersebut di atas. Ingat, doa yang paling terakhir dibaca adalah doa yang tersebut di dalam hadits Al Bara` bin ‘Azib radhiallahu ‘anhu (lihat adab nomor satu).
  6. Ketika bangun dari tidur, mengusap kedua mata untuk menghilangkan rasa kantuk dan membaca doa dan zikir bangun tidur sebagaimana yang telah tersebut di atas.
  7. Bila memiliki siwak, dianjurkan untuk bersiwak.
Demikianlah beberapa adab, doa, dan zikir ketika akan tidur dan setelah bangun dari tidur. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Mimpi Menurut Islam

Arti Mimpi

Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra lainnya dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep).

Kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi dalam dunia nyata, dan di luar kuasa pemimpi. Pengecualiannya adalah dalam mimpi yang disebut lucid dreaming. Dalam mimpi demikian, pemimpi menyadari bahwa dia sedang bermimpi saat mimpi tersebut masih berlangsung, dan terkadang mampu mengubah lingkungan dalam mimpinya serta mengendalikan beberapa aspek dalam mimpi tersebut.

Pemimpi juga dapat merasakan emosi ketika bermimpi, misalnya emosi takut dalam mimpi buruk. Ilmu yang mempelajari mimpi disebut oneirologi.

Dalam Islam, banyak ayat Al Qur'an dan riwayat Nabi yang menceritakan masalah mimpi. Contohnya, Surat Ash-Shaaffaat (37) ayat 102 yang mengisahkan mimpi Ibrahim ketika diharuskan menyebelih Ismail, putranya sendiri. Ada pula Surat Al Fath (48) ayat 27 mengenai mimpi Rasulullah SAW sebelum Perjanjian Hudaibiyah. Dan tentang mimpi-mimpi Nabi Yusuf pada Surat Yusuf (12) ayat 43. Mimpi-mimpi yang dikisahkan dalam Al Qur'an umumnya terjadi dan mengisyaratkan kenabian.

Tidak hanya para nabi, ternyata para sahabat pun pernah mengalami mimpi yang pada akhirnya terbukti. Namun, tidak seperti mimpi para nabi yang sangat terang dan tidak harus diinterpretasikan karena merupakan wahyu dari Allah, mimpi para sahabat ada yang perlu diinterpretasikan atau ditafsirkan terlebih dahulu. Misalnya, mimpi Abu Bakar yang menaiki tangga bersama Rasulullah, tetapi mereka berselisih dua anak tangga. Dalam interpretasinya, Abu Bakar menyatakan bahwa kematiannya akan datang dua tahun setelah Rasulullah, dan itu benar-benar terjadi. Sebaliknya, contoh mimpi yang tidak perlu diinterpretasikan antara lain mimpi Bilal yang melafazkan bacaan-bacaan azan. Setelah melapor kepada Rasulullah SAW, Rasul mengatakan bahwa mimpinya benar.

Mengenai arti mimpi secara umum, Rasulullah SAW bersabda (HR Bukhari dan Muslim),

"Mimpi itu ada tiga. Mimpi yang baik merupakan kabar gembira dari Allah. Mimpi yang menyedihkan berasal dari setan, dan mimpi yang datang dari obsesi seseorang. Jika salah seorang di antara kalian mimpi yang menyedihkan, hendaklah dia bangun lalu shalat dan tidak menceritakannya kepada orang lain".

Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda (HR Bukhari dan Muslim),

"Mimpi yang baik adalah dari Allah, sedangkan mimpi yang menakutkan berasal dari setan. Barangsiapa bermimpi yang tidak menyenangkan, hendaklah dia meludah ke sebelah kirinya tiga kali dan berlindung diri kepada Allah dari setan, sehingga mimpi tersebut tidak membahayakannya."

Selanjutnya, pada tahun-tahun jauh setelah Rasulullah, muncul ilmuwan Abu Bakar Bin Ali Muhyiddin Alhatimim Attha'i atau yang populer dengan sebutan Ibn Arabi (17 Agustus 1165 - November 1240) di Spanyol yang membahas masalah interpretasi mimpi. Pendekatan yang digunakan Arabi untuk menganalisis mimpi adalah ilham intuitif karena dia seorang sufi.

Secara umum, menurut Arabi, mimpi adalah bagian dari imajinasi atau tempat penampakan wujud-wujud spiritual, para malaikat dan roh, tempat mereka memperoleh bentuk dan figur-figur "rupa penampakan" mereka, dan karena di sana konsep-konsep murni dan data indra bertemu dan memekar menjadi figur-figur personal. Dan interpretasi mimpi menurutnya bahwa segala sesuatu datang dalam alam imajinasi karena ditafsirkan. Ini berarti sesuatu itu sendiri memiliki bentuk tertentu yang muncul dalam bentuk lain sehingga sang penafsir mendapatkan sesuatu dari bentuk yang dilihat oleh si pemimpi kepada sesuatu itu sendiri.

Interpretasi Mimpi

Pada zaman kuno, mimpi selalu dikaitkan dengan dunia supranatural. Artinya, dewa-dewa dan setanlah yang muncul dalam mimpi. Mimpi yang indah dan membahagiakan diartikan sebagai kehadiran dewa atau Tuhan, sedangkan mimpi buruk yang menakutkan dianggap merupakan kehadiran setan saat manusia tidur.

Anggapan-anggapan seperti itu mulai bergeser saat Aristoteles (384 - 322 SM) mengemukakan pandangannya tentang mimpi. Menurut Aristoteles, mimpi merupakan aktivitas mental ketika seseorang tidur. Saat tidur, indra tetap bisa menangkap rangsangan dari luar. Rangsangan itulah yang kemudian diperbesar atau direspon melalui mimpi. Contohnya, seseorang yang sedang kedinginan bisa saja bermimpi sedang berada di lautan salju.

Sepeninggal Aristoteles, penafsiran atau interpretasi tentang mimpi semakin berkembang. Yang cukup populer adalah pandangan dari Macrobius dan Artemidorus dimana keduanya membagi mimpi menjadi dua sebagai berikut:

Mimpi yang berkaitan dengan masa lalu dan masa sekarang. Di sini, mimpi dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa atau kejadian yang kita alami sebelum tidur. Misalnya, saat tidur dalam menahan rasa ingin buang air kecil, seseorang bisa bermimpi berada di tengah banjir dan akhirnya ngompol. Contoh lainnya adalah pada saat memikirkan hal-hal yang menakutkan, seseorang mengalami mimpi buruk.

Mimpi yang berkaitan dengan masa depan. Dalam hal ini, mimpi dimaknai membawa pesan tentang peristiwa yang akan terjadi. Mimpi di sini dibagi lagi menjadi tiga bagian:
  1. Oraculum, yakni mimpi kenabiaan atau mimpi yang membawa pesan dari Tuhan.
  2. Visio, yakni mimpi yang meramalkan peristiwa yang akan terjadi pada masa mendatang
  3. Somnium, yakni mimpi simbolis yang sebaiknya diinterpretasikan atau ditafsirkan secara hati-hati. Misal mimpi bertemu dengan raksasa atau mengalami kejadian yang luar biasa / di luar nalar. Untuk info lebih lanjut mengenai tafsir mimpi dapat disimak di TafsirMimpi.Org.
Tokoh-tokoh populer lain yang berfokus pada penelitian mengenai mimpi adalah Sigmund Freud (6 Mei 1856 - 23 September 1939) dan muridnya, Carl Gustav Jung.

Menurut Freud, mimpi merupakan penghubung antara kondisi bangun dan tidur, dimana mimpi adalah ekspresi yang terdistorsi atau yang sebenarnya dari keinginan-keinginan yang terlarang diungkapkan dalam keadaan terjaga. Dia menginterpretasikan mimpi dengan metode subjektif spekulatif dan ajarannya dikenal sebagai psikoanalisis. Dalam interpretasinya, Freud lebih mengaitkan dengan tema-tema seksual dengan melambangkan simbol-simbol tersebut dengan objek dan aktivitas seksual.

Pada perkembangannya, interpretasi atau penafsiran mimpi seakan-akan berhubungan dengan kondisi, kebiasaan dan kebudayaan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar