Sabtu, 23 Agustus 2014

9 UNSUR ROH YANG TERDAPAT DALAM DIRI MANUSIA **

JANGAN MENYANGKA JIKA DIRI MANUSIA HANYA BERUNSUR SATU JENIS ROH SAJA, MENGENAL HAKEKAT DIRI MANUSIA DAN SIFATNYA, MENGAPA MANUSIA DISEBUT TUHAN SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA. MENGAPA MANUSIA DICIPTAKAN DARI BAHAN TANAH?


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

*Sebuah rahasia dahsyat tentang Roh yang selama ini sulit dianalogikan,namun kini berhasil terungkap secara ringkas dan telah jelas didalam Al-Qur’an,Allah Ta’ala menyatakan,bila ilmu tentang keberadaan ROH ini yang dapat diungkap pengetahuannya kepada para hamba-Nya,hanyalah sedikit saja.

“Dan mereka bertanya padamu tentang al-ruh. Katakan, ‘al-ruh itu urusan Tuhanku. Dan tidaklah kamu diberi al-i’lm kecuali sedikit.’ (QS. 17:85).

Namun demikian semoga pengetahuan tentang “ROH” yang sedikit ini cukuplah menjadikan kita mampu memetik hikmahnya dan menjadikannya sebagai wahana menuju kesadaran penuh memahami akan tanda-tanda Kebesaran danKekuasaan-Nya.Maka dengan dilandasi niat hati yang tulus memohon hidayah serta petunjuk kepada Allah Ta’ala semata dan kemudian menggali lebih banyak hikmah lagi dari buah karya tulisan para ulama alim,dan menyusunnya dengan seksama,maka tulisan ini berhasil saya intisarikan dalam metode bahasa yang mengarah pada pendekatan yang rasional serta mudah untuk dipahami oleh kita yang awam ini.Amin.

KENALI UNSUR ROH UTAMA DALAM DIRI MANUSIA YANG MENJADIKAN KEBERADAANNYA ADA :

Aku,engkau,kalian atau kita manusia,dikatakan ada atau exist keberadaannya jika memenuhi unsur-unsur zat kehidupan yang terpadu di dalamdiri.Maka,ternyata unsur yang terdapat dalam diri manusia itu tidak hanya terdiri dari satu jenis ROH saja dengan Jasad.Tetapi ternyata manusia memlilki berbagai unsur Roh.

PENJABARAN TENTANG RUH (ROH) :

Dalam bahasa Arab Kata ruh berasal dari bahasa Al-Qur’an “Al-Ruh” dengan akar kata “RA-WAU-HA” (R-W-H),yang bermakna pancaran zat kehidupan yang menggerakkan suatu makhluk ciptaan-Nya menjadi hidup, yang berasal dari zat Kemaha Hidup-Nya, (Al-Hayyi),Rabb,Tuhan semesta alam, atau dalam perbendaharaan bahasa Indonesia kata “RUH” hanya dapat diterjemahkan dengan “ROH”,atau yang dikenal dengan sebutan “NYAWA”

Ini satu-satunya karakter bahasa yang tidak dimiliki oleh tata bahasa manapun di dunia, kata Al-Ruh berasal dari kalimat Al-Qur’an,yang kemudian hanya dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan terjemahan,“ROH”,dalam bahasa Ibrani adalah “RU’ACH”, dalam bahasa Yunani diterjemahkan sebagai “Pneu’ma”,dan dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai “SPIRIT”,

Maka terjemahan secara umum bahwa roh adalah :

“Daya /pancaran kehidupan yang tidak kelihatan,yang memberikan kehidupan kepada semua makhluk hidup”.
Dalam versi Al-Kitab Nasrani,Ruh adalah daya kehidupan yang akan kembali ke asalnya, yaitu Allah.(Ayub 34:14, 15; Mazmur 36:9),

Maka dalam Al-Qur’an diberitakan bahwa seluruh unsur jati diri manusia pada akhirnya bakal kembali kepada Tuhannya.

“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah pada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke sorga-Ku.”(QS. 89.Al-Fajr:27-30).

Kemudian dalam bahasa sehari-hari kita,juga mengenal adanya sebutan, “Jiwa,sukma,Ruh kudus”, Roh Jahat,roh gentayangan,dll.Apakah semua itu?

Maka,tiap manusia itu memiliki 4 elemen / unsur utama zat kehidupan yang “menempel” atau berpadu di dalam dirinya,bahkan beberapa ulama meyakini bahwa 4 elemen ruh itu sebagai tergolong “makhluk” yang ditiupkan (dijadikan unsur) oleh Allah SWT,pada diri manusia tersebut ketika tercipta atau terlahir,sedangkan pada nafs-nafs lain yang terdapat dalam diri manusia,maka disebut sebagai unsur yang “dibekalkan”,karena merupakan jenis sifat :

BERIKUT BERBAGAI UNSUR DAN JENIS-JENIS ROH UTAMA YANG BERSEMAYAM DALAM DIRI MANUSIA :

Unsur manusia terdiri dari :

  1. AR-RUH AL-IDHOFI atau RUH AL-HAYAT / RUH SEGALA SUMBER KEHIDUPAN (bentuk halus/gaib/tidak kasat mata)
  2. AL-JASAD / FISIK (Ruh bentuk MATERI / BENDA yang dipengaruhi oleh ruang dan waktu)
  3. AR-RUH AL-‘AQL atau ruh intelektual manusia (bentuk halus/gaib/tidak kasat mata)
  4. AR-RUH AN-NAFSIY (Ruh kepribadian/Ego) atau Ruh angan/kesadaran (bentuk halus/gaib/tidak kasat mata),

“Maka mereka telah kembali kepada kesadaran dan lalu berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)”, (QS.21. Al Anbiyaa':64)

I. AR-RUH AL-IDHOFI :

-Ruh Al-Idhafi atau Ruh Al-Hayat atau bahasa kita menyebutnya “Nyawa” :

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”.
(QS.32. As Sajdah:9)

-Adalah roh utama manusia,karena roh inilah maka manusia dapat hidup. Bila roh tersebut keluar dari raga, maka manusia yang bersangkutan akan mati jasadnya. Roh ini sering disebut “NYAWA”.
-Roh Al-Idhofi merupakan sumber kehidupan dan keberadaan adanya manusia,Dan roh Al-Idhofi ini mempengaruhi roh-roh lainnya.Maka ketika manusia masih dalam keadaan belum mengalami kematian namun salah satu jenis roh yang lain keluar dari raga, maka roh Al-Idhofi ini tetap akan tinggal didalam jasad,sehingga manusia tetap hidup/bernyawa.
-Bagi hamba Tuhan yang telah sampai pada tingkat kedekatan Irodat Ilahi atau telah mencapai maqam “MAKRIFAT,maka dapat mengenali roh nya sendiri ini dengan penglihatan kebatinannya(Al-Bashirah). Ia berujud mirip diri sendiri, baik rupa maupun suara serta segala sesuatunya. Bagai berdiri di depan cermin. Meskipun roh-roh yang lain juga demikian, tetapi kita dapat membedakannya dengan roh yang satu ini.Alamnya Ruh Al-Idhofi berupa nur terang benderang dan rasanya sejuk tenteram (bukan dingin).Inilah Ruh yg dikatakan akan kembali kepada Tuhannya saat manusia mati atau dicabut nyawanya.

(Menurut Syeikh Naem As-Saufi dalam kitab Mengenal Ruh : Bermula dari Ruh Idhafi itu maka daripadanya asalnya Jawahir(perwujudan). Ada pun Ruh Idhafi itu ialah Nuktah. Yang mengadakan Nuktah itu Zat Allah yang Maha Suci,Maka Roh Idafi itulah izin Allah(tiupan sebagian Ruh Al-Quds-Nya) didalam diri kita. Maka Ruh Idhafi itulah dinamakan Ujud Idhafi. Maka Ruh Idhafi itulah dinamakan Nyawa Muhammad, Nyawa Adam, Nyawa orang-orang Mukmin dan Nyawa kepada Ruhani. Maka kenyataan Ruh Idhafi itulah bersumber dari Ruhul Quddus. Maka kenyataan Ruhul Quddus itu ialah Ruhani. Kenyataan Ruhani itu ialah Nafas kita. Maka ada pun Ruh Idhafi itu didalam diri. Maka Hakeqat itu diri, dan diri itu didalam Idhafi).

Ruh Al-Idhofi ini terdiri dari :

1. Roh Al-Qudus (Roh Kudus /Roh Suci) dan Roh Al-Hayat (Nyawa):

-Roh Al-Qudus adalah merupakan manisfestasi difusi Ruh suci yang bersumber dari Ruh-Nya yang Maha Al-Hayyu Al-Qayyum,yang ditiupkan langsung oleh Tuhan kepada makhluk-Nya yang tertentu,yang adalah dikhususkan untuk makhluk pilihan-Nya.

-Sedangkan Roh Al-Hayat yang sering disebut “NYAWA” ini,adalah roh nyawa kehidupan yang bersumber (baca:bagian) dari Roh Kudus-Nya tersebut yang “ditiupkan” kepada seluruh makhluk ciptaan Allah baik Malaikat,Jin,Manusia umum yang lahir/tercipta dan merasakan hidup baik di alam dunia maupun alam ghaib lainnya (termasuk tumbuhan dan hewan).

Maka perbedaan Roh Qudus dengan Roh Al-Hayat adalah bahwa :

-Roh Qudus tidak ditiupkan kepada makhluk/manusia umum tapi hanya ditiupkan Roh Al-Hayat,sedangkan yang ditiupkan langsung Roh Qudus-Nya ini diantaranya adalah :

HAMBA-HAMBA TUHAN YANG DITIUPKAN DENGAN RUH AL-QUDUS :

a.Jibril (Malaikat),

“Katakanlah: “Ruhul Qudud,(Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”(QS. 16. An Nahl:102)

b.Adam,yaitu pada penciptaan langsung dahulu,

“Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya Ruh -Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.”
(QS.38. Shaad:72)

c.Nabi Isa,yaitu tatkala Ibundanya tanpa suami namun dapat mengandung dan melahirkan Nabi Isa AS:

“(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul Qudus…..”.(QS. 5. Al Maa’idah:110),
Ayat senada silahkan renungi : (QS.Al-Baqarah :87 dan 253)

d.Nabi Muhammad SAW.yang disebut Ruh Al-Amin,

adalah esensi dari Nur Muhammad yg merupakan cikal bakal penciptaan segala sesuatu kehidupan makhluk-Nya,maka justru Roh Qudus yang paling tertinggi derajatnya justru yang ditiupkan pada jiwa Muhammad SAW.
Dari sabda Rasulullah Saw :

(Aku dari Allah dan sekalian mukmin dariku). Firman Allah Swt. dalam hadis qudsiy: “Innallaaha khalaqa ruuhi nabiyyika shalallaahu `alaihi wasallam min dzaatihi” (Sesungguh-Nya Allah menciptakan ruh/Nur Muhammad Saw. itu dari Zat-Nya/Nurillah.)

Jadi tiupan ruh Al-Qudus tidak hanya disematkan/ditiupkan pada Isa anak maria saja tapi juga pada Jibril,Adam dan Muhammad SAW).

2.Roh Rabani ,

-Adalah Ruh Jiwa yang selalu menangisi diri teringat akan Tuhannya,yang selalu meratap memanggil-manggil Rabb nya.
“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (nafsy dirinya sendiri)”.(QS.75. Al Qiyaamah:2)

(Bila kita berhasil menguasainya maka kita tak mempunyai kehendak apa-apa. Hatipun terasa tenteram).

3. Roh Nurani :

Roh ini dibawah pengaruh roh-roh Al-Idhofi. Roh Nurani ini mempunyai pembawa sifat terang. Karena adanya roh ini menjadikan manusia yang bersangkutan jadi terang hatinya. Kalau Roh Nurani meninggalkan tubuh maka orang tersebut hatinya menjaid gelap dan gelap pikirannya.

Roh Nurani ini hanya menguasai nafsu Mutmainah saja. Maka bila manusia ditunggui Roh Nurani maka nafsu Mutmainahnya akan menonjol, mengalahkan nafsu-nafsu lainnya.

Hati orang itu jadi tenteram, perilakunyapun baik dan terpuji. Air mukanya bercahaya, tidak banyak bicara, tidak ragu-ragu dalam menghadapi segala sesuatu, tidak protes bila ditimpa kesusahan.Senyum tangis suka duka,bahagia maupun menderita dipandang sama.

4. Roh Rahmani (Roh Cinta Kasih):

Roh dibawah kekuasaan Roh Al-Idhofi pula. Roh ini juga disebut Roh Pemurah,yang merupakan manifestasi dari Zat-Nya yang Ar-Rahman dan Ar-Rahim.Roh ini mempengaruhi manusia bersifat sosial,dan berkasih sayang(roh cinta).

Oleh karena adanya unsur Roh cinta inilah maka manusia dapat saling merasakan timbulnya rasa cinta dan sayang,yaitu pada suami sitri,sahabat,keluarga dan antar sesama orang-orang yang bernurani.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.(QS.30. Ar Ruum:21)

Darimana datang ruh cinta ini?
Maka ayat berikut yang mengisahkan riwayat Nabi Musa dengan Fir’aun adalah menyiratkan asal datangnya ruh cinta ini.

“…..Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku, …”(QS.20. Thaahaa:39)

Jelas sekali bahwa manusia terdapat unsur Ruh Cinta yang berasal dari Dzat Ar-Rahman Ar-Rahim-Nya.

II.AL-JASAD :

Terdiri dari :

1. Jasmani / Jasad / Tubuh /daging :

Bahwa salah satu elemen manusia itu adalah Jasad/jasmani yang terdiri dari “cangkang” atau prototype tulang yang diselubungi daging beserta seluruh komponen system metabolismenya,yang asal usulnya berasal dari tanah.

“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah,…….’. “(QS.40.Al Mu’min:67)

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإِنسَانَ مِن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari Lumpur hitam yang diberi bentuk”. (QS.15.Al-Hijr:26)

-Maka seluruh aktifitas dan mekanisme perkembangan tubuh manusia ini tetap di bawah kekuasaan Roh Al-Idhofi. yang menguasai seluruh peredaran darah dan urat syaraf serta memberi energi listrik pada pergerakan/kerja paru-paru dan jantung.

-Karena adanya roh yang menguasai jasad/jasmani ini maka manusia dapat merasakan adanya rasa sakit, lesu, lelah, segar dan lain-lainnya. Bila Roh Al-Idhofi yang menguasai badan ini keluar dari raganya, maka ditusuk jarumpun tubuh tidak terasa sakit atau tubuh dalam keadaan mati rasa.
-Roh jasmani ini menguasai nafsu amarah dan nafsu hewani. Nafsu hewani ini memiliki sifat dan kegemaran seperti binatang, misalnya: malas, suka setubuh, serakah, mau menang sendiri dan lain sebagainya.

2. Al-Nabati An-Nafsiy (Gen , Cikal Bakal) .

Unsur Al-Nabati dalam diri manusia jika menurut bahasa ilmiahnya adalah Gen atau DNA,seperti yang disiratkan dalam ayat-Nya :

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”
(QS.41. Fushshilat:53)

Pada kalimat “Sanurihim ayatina…” yg bermakna “Tuhan menghadirkan tanda-tanda…”,kemudian sambungannya,”Fi Anfusihim…” yang bermakna ,”Sesuatu unsur inti yang tanda-tandanya terdapat dalam diri manusia…”,maka pesan penjabarannya dari ayat tersebut adalah :

“Bahwa didalam unsur manusia terdapat suatu “tanda-tanda” inti zat manusia (lebih kecil dari atom),yang tak akan hilang yang dengan inti itu maka sesuatu yang diam,yang mati dapat tumbuh/dihidupkan kembali,yang semua itu sebagai memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya”.
Dengan apa zat itu dapat diperlihatkan?maka tentu dengan ilmupengetahuan.Dan jelas sekali ilmu pengetahuan modern telah menemukan adanya unsur Gen,ya DNA itulah yang dimaksud dalam Al-Qur’an.

APA ITU DNA ?

DNA, kepanjangan dari Deoxyribo Nucleic Acid, merupakan asam nukleat yang menyimpan semua informasi tentang genetika. DNA inilah yang menentukan jenis rambut, warna kulit dan sifat-sifat khusus dari manusia. DNA umumnya terletak di dalam inti sel.

Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi genetic, artinya DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Ia mengandung perintah-perintah yang memberitahu sel bagaimana harus bertindak. Ia juga menentukan bagaimana sifat organisme diturunkan dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

Ketika manusia mati,adalah terjadinya suatu peristiwa dimana terjadi pelepasan unsur-unsur atas satu kesatuan pada diri manusia,yakni terpisahnya roh-roh kehidupan seperti yang dijelaskan diatas dengan jasad/badannya,maka yang terjadi pada jasad/fisik adalah kembali melebur menjadi tanah yang memang asal usul bahannya dari sana.

“Kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya”.
(QS. 71. Nuh:18)

Namun ada satu unsur yang tak akan hilang pada diri manusia ketika lainnya melebur menjadi tanah,yaitu unsur An-Nafsiy atau Gen/DNA.

“Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami aka mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain”.(QS. 20. Thaahaa:55)

“Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.(QS.31. Luqman:28)

Maka hakekat manusia mengapa berasal dari tanah ini yang ternyata adalah bahwa ada keterkaitan sejarah riwayat masa lalu ketika Tuhan menciptakan Makhluk dari bangsa Jin yang bukan berasal dari tanah namun menjadi khalifah dimuka bumi yang kemudian malah membuat kerusakan tanah/bumi sehingga bumi menangis bahwa zatnya hanya dikotori oleh bangsa Jin dahulu.

Maka kemudian Tuhan menjanjikan pada tanah ketika mencipta manusia bahwa nanti akan dikembalikan lagi dan bahkan mendapat kemuliaan tinggal disyorga sebagai penghargaan pada unsur tanah.Hingga bahkan tanah/bumi menjadi bangga karena telah dihadirkannya manusia mulia yang juga dibangga-banggakan oleh penduduk langit termasuk Malaikat dan Bouraq. Siapa manusia mulia itu,Beliau adalah Muhammad SAW yang hadir memuliakan bumi pertiwi.

IV.Ruh Al-‘AQL (Ruh Intelektual):

Adalah Ruh kesadaran dan akal pikir yang terdapat dalam unsur (dalam jiwa diri) manusia yang disematkan oleh Sang Pencipta.

“Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang mempunyai aqal, (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu”.

(QS.65. Ath-Thalaaq:10)
(QS.26. Asy-Syu’araa':28)

Elemen Ruh Al-Aql inilah yang membedakan antara makhluk manusia dengan tumbuhan dan binatang.Artinya tumbuhan dan binatang tidak dibekali Ruh ini,hanya dibekali Ruh Al-Hayat dan Nafs-nafs sifat ego.
Namun ternyata justru Ruh Aql ini yang jarang di pergunakan oleh kebanyakan manusia.

“Atau apakah kamu mengira bahwa KEBANYAKAN mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”. (QS.25.Al Furqaan:44)

Ayat senada : (QS.40. Al Mu’min:57)

“Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal”. (QS.5. Al Maa’idah:58),

Ancaman bagi yang tidak mem-fungsikan aqal yang telah dianugerahkan Tuhan pada manusia :
“Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya”.(QS.10. Yunus:100)

V.Ruh An-NAFSIY (Roh REWANI atau SUKMA) :


Ruh ini terdiri dari :

1-Roh Rewani (Sukma):

Ialah roh yang menjaga raga manusia.Ketika manusia hidup dan dalam keadaan sadar serta sehat atau terjaga,maka ruh Rewani /sukma ini komplit nempel ( menyatu) pada diri manusia,

Bila roh Rewani ini keluar dari tubuh maka orang yang bersangkutan menjadi tidak sadar atau tidur.Maka orang akan terjaga kembali ketika roh Rewaninya ini merasuk kembali ke tubuhnya.

Juga ketika orang dalam keadaan tidur kemudian bermimpi berjumpa dengan arwah seseorang dialam mimpinya, maka roh Rewani dari orang yang bermimpi itulah yang menjumpainya,bahkan dapat melakukan komunikasi dialamnya tersebut. Jadi mimpi itu hasil kerja roh Rewani yang mengendalikan alam bawah sadar manusia. Roh Rewani ini juga di bawah kekuasaan Roh Idofi. Jadi kepergian Roh Rewani dan kehadirannya kembali diatur oleh Ruh Al-Idhofi.

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Allah memegang jiwa (nafs) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya. Maka Dia, tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.” (QS.39.Az-Zumar:42)

Oleh karena itu makanya kita sering dengar orang bilang bahwa kalau orang sedang tidur seperti kaya mati saja ,namun bagi yang tertidur kadang merasa angan dirinya dapat menari-nari terbang bebas kealam luas.

Maka Ruh Rewani ini merupakan pokoknya Ruh Angan,alam bawah sadar,Roh Rewani adalah duplikat jasad dalam bentuk halus atau SUKMA dalam bahasa kebatinan Jawa.

(Itulah mengapa pada komunitas ahli supranatural dapat memiliki ilmu yang disebut,”Ngerogoh Sukma” alias mampu melakukan perjalanan kebatinan dan mampu berkomunikasi dengan arwah orang-orang yang sudah meninggal,dengan makhluk astral lain atau bahkan mampu melakukan komunikasi jarak jauh/telepati dialam kebatinan).

Maka ketika manusia mati yg terjadi adalah :

Ia hanya kehilangan fisik,dan Ruh Al-Idhafinya,sedangkan Jiwa,aqal dan angannya masih hidup dialam sana,maka oleh karena itulah di kehidupan sehari-hari,kita dapat mengenal adanya desas desus hal-hal gaib,hantu,roh gentayangan,penampakan,mati suri,masuk ke alam astral,dll,sungguh semua itu sebenarnya dapat dijelaskan.

2. Roh Rohani /Ruh Ego:

Pada Ruh Ar-Ruhani inilah yang merupakan sarana Tuhan dalam mengilhamkan qalbu manusia untuk menggunakan insting memilih jalan negatif atau jalan positif.

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”.
(QS.91. Asy Syams:8)

-Roh inipun juga dikuasai oleh roh Al-Idhofi. Karena adanya roh Rohani ini, maka manusia memiliki kehendak dua rupa. Kadang-kadang suka sesuatu, tetapi di lain waktu ia tak menyukainya. Roh ini mempengaruhi perbuatan baik dan perbuatan buruk. Roh inilah yang menempati pada sifat-sifat/nafsy bakat manusia,sebagai berikut :

Kenali unsur diri Manusia yang pada penciptaan manusia telah disematkan 2 (dua) Nafs/Sifat utama :

I. Unsur Nafs Kiri (Cenderung Negatif) / Nafs Fujurah:

Yang dapat menimbulkan / mengarahkan perilaku manusia pada nafs-nafs keburukan/kefasikan sbb :
  1. An-Nafs Al-Hayawaniyyah.
  2. An-Nafs Al-Musawwillah
  3. An-Nafs Al-Ammarah
  4. Nafsu Al-Lawwamah (Nafs ganda yang dapat menghantar ke negatife dan positif)
  5. Nafsu Supiyah (Nafs ganda yang dapat menghantar ke negatife dan positif)
II. Unsur Nafs Kanan (Nafsyu positive / At-Taqwa :

Yang dapat menimbulkan / mengarahkan perilaku manusia pada nafs-nafs kebajikan/ketaqwaan sbb :
  1. An-Nafs An-Nafsyaniyyah
  2. An-Nafs Al-Mulhammah
  3. An-Nafs Al-Muthmainnah
Kalau manusia ditinggalkan oleh roh rohani ini, maka manusia itu tidak mempunyai nafsu lagi, sebab semua nafsu manusia itu roh rohani yang mengendalikannya. Maka, kalau manusia sudah bisa mengendalikan roh rohani ini dengan baik, ia akan hidup dalam kemuliaan. Roh rohani ini sifatnya selalu mengikuti penglihatan yang melihat. Dimana pandangan kita tempatkan, disitu roh rohani berada,namun sebaliknya jika manusia cenderung mengumbar nafsyu negatifnya saja maka keadaan manusia tersebut akan jatuh ke dalam derajat rendah (bahkan lebih rendah dari binatang).

Dengan demikian telah kita pahami bahwa diri manusia itu terdapat unsur 9 (Sembilan) “ROH” yakni :
  1. Ruh Al-Hayat
  2. Ruh Rabbani
  3. Ruh Nurani
  4. Ruh Rahmani
  5. Ruh Al-Jasad
  6. Ruh An-Nabati
  7. Ruh Al-Aql
  8. Ruh Rewani / Sukma
  9. Ruh Rohani / Ego.

LANTAS APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN JIWA ?

Maka dari keseluruh unsur Ruh berikut jasad yang melekat pada diri manusia,itulah satu kesatuan unsur/wujud yang disebut “JIWA”,yang mengejawantahkan akan adanya keberadaan jatidiri manusia tersebut baik dalam keadaan hidup atau sesudah matinya.
Dan jiwa pada masing-masing diri seseorang itu,diwakili oleh sebutan namanya masing-masing yang bersifat abadi atau yang disebut,“Ism”

Maka Jiwa mewakili nama dan nama mewakili karakter serta spirit ruh dari orang yang bersangkutan,oleh karena itu demikianlah mengapa nama seseorang itu tak akan pernah musnah biarpun meninggal,tetap saja namanya tak akan hilang,contoh si Badrun meninggal,maka tak akan ganti panggilan menjadi si Bolang,maka tetap saja akan di panggil namanya dengan Badrun,hanya saja ada tambahan gelar Almarhum didepan namanya.maka dengan demikian nama adalah sebutan/gelar “JIWA” seseorang. Dari semua ayat yang menyebutkan tentang jiwa dalam Al-Qur’an,maka sekaligus merupakan definisi tegas tentang jiwa itu sendiri.

-Berikut ayat yang mendefinisikan tentang jiwa,yang mengejawantahkan keseluruhan unsur zat manusia secara utuh ketika hidup :

“Berjihadlah dengan harta dan jiwamu…. “(QS.49. Al Hujuraat:15); Artinya:”Berjuanglah dijalan-Nya dengan segenap kemampuan yg dimiliki dari seluruh unsur jasmani dan ruhaninya”. Juga pada : (QS.40. Al Mu’min:17) , (QS.31. Luqman:28)

Pada contoh bait lagu,coba ingat-ingat akan sebuah lagu nasional,yang berbunyi : “Bagimu negeri,jiwa raga kami….”, Atau pada sebuah pelaksanaan program pemerintah ketika diadakan Sensus Penduduk,maka dikatakan “Cacah Jiwa”,satuannya adalah jiwa.(bukan cacah orang atau cacah manusia,kan?)

Maka demikianlah semua itu mengejawantahkan sebagai bentuk utuh manusia itu sendiri yang terdiri dari unsur ruh -ruh seperti tersebut diatas,atau keseluruhan jasmani dan ruhaninya.

-Berikut ayat yang mendefinisikan tentang jiwa,yang mengejawantahkan jatidiri manusia ketika setelah matinya :

“Hai jiwa yang tenang”.(QS. 89. Al-Fajr:27)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa firman Allah ini turun berkenaan dengan Hamzah yang gugur (mati) sebagai syahid.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Buraidah.)

-Berikut ayat yang mendefinisikan tentang jiwa,yang mengejawantahkan jatidiri manusia ketika di alam akherat (Setelah alam kubur):
“Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan”.(QS. 39. Az Zumar:70)

KEADAAN UNSUR JIWA MANUSIA MENURUT ALAM KEHIDUPANNYA :

1.KETIKA MANUSIA MASIH HIDUP DIALAM DUNIA :

Maka keseluruh unsur zat manusia yang terdiri dari Ruh-ruh Al-Idhofi,Jasad,Aql dan An-nafsiy beserta seluruh sifat Nafs-nafs nya,semua melekat atau komplit bersemayam dalam jati diri jiwa manusia.

2. KETIKA MANUSIA SEDANG DI CABUT NYAWANYA (meninggal) :
  • Adalah saat proses dilepasnya seluruh unsur Ruh halus ,ruh-ruh kehidupan pada diri manusia dari jasadnya.
  • Pada peristiwa ini maka keadaan manusia ybs seolah mengalami mati rasa,ketidak sadaran,diam,ditusuk benda tajampun akan diam,disiksa orangpun tak akan lari……karena apa? karena ruhnya sedang dilepas…karena nafs-nafsnya sedang mengalami pelepasan dari jasadnya.
  • Kemudian dalam riwayat ketika manusia sudah sampai ajalnya dan sedang dicabut nyawanya,(sakarotul maut) diriwayatkan,dalam alam jiwanya mengalami sakit sangat luar biasa,karena adanya suatu proses pelepasan unsur-unsur ruh kehidupan dengan badannya.
“Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar”, (tentulah kamu akan merasa ngeri)”.(QS. 8.Al-Anfaal:50)

2.KETIKA MANUSIA MENJALANI KEHIDUPAN DIALAM KUBUR/BARZAH :

Ketika manusia telah berada hidup dialam kubur/Barzah,maka Unsur yang lepas atau meninggalkan jiwanya adalah hanya jasadnya,karena jasad/fisiknya melebur menjadi tanah,sedangkan unsur ruh-ruh lainnya seperti :

Ruh Al-Idhofi, Al-Aql dan Ruh An-Nafsiy nya dikembalikan lagi oleh Allah setelah manusia dibenamkan ke dalam liang lahat dan menjalani kehidupan baru dialam dikubur.

Maka dengan demikian kala manusia berada dialam kubur,Gen atau DNA nya mengalami/merasakan hidup kembali dalam dimensi alam halus dengan Ruh-ruh yang dikembalikan lagi yakni Ruh Al-Idhofi,Ruh Al-Aql dan Ruh An-Nafsiy nya (Sukma)

Oleh karena itulah ada istilah Merasakan siksa kubur,menangis,menyesali diri,dan ingin kembali ke dunia,dll

Berikut informasi dari ayat Al-Qur’an tentang adanya siksa kubur :

“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang,dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.”(QS.40. Al Mu’min:46)


3. KETIKA MANUSIA DI ALAM AKHERAT SETELAH KIAMAT DAN DIBANGKITKAN :

Maka diri manusia akan dikembalikan lengkap dengan jiwa raganya,utuh sediakala seperti bentuk ketika hidup dialam dunia,karena Allah menyatukan kembali seluruh unsur ruh dengan jasadnya.
Silahkan perhatikan ayat berikut :

“Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna”. (QS. 75.Al-Qiyaamah:4)

4.KETIKA MANUSIA BERADA DI ALAM TEMPAT KEMBALI AKHIR :

MANUSIA YANG BERADA DIALAM SYORGA :
Juga diri manusia akan dikembalikan dengan jiwa yang utuh sediakala seperti bentuk ketika hidup dialam dunia,karena Allah menyatukan kembali seluruh unsur ruh Al-Idhofi,Jasad,Aql dan An-nafsiy dengan jasadnya.
Silahkan perhatikan ayat berikut :

“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah pada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke sorga-Ku.” (QS.89.Al-Fajr:27-30).

“Di dalam Syorga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebahagiannya kamu makan”.
(QS. 43. Az Zukhruf:70 s/d 73)

Ayat diatas menggambarkan keadaan manusia di dalam syorga lengkap dengan unsur ruhani dan jasmani,karena ada aktifitas jasadiyah seperti makan,minum,merasakan,dll sama seperti ketika di alam dunia,hanya Nafs-nafs keburukan saja yang telah dilepaskan seluruhnya,karena dalam syorga tidak ada dendam dan sakit hati dan tidak ada sifat-sifat kesia-siaan.

MANUSIA YANG BERADA DI ALAM NERAKA :

Di alam Neraka,maka diri manusia juga akan dikembalikan lengkap dengan jiwa raganya,utuh sediakala seperti bentuk ketika hidup dialam dunia,karena Allah menyatukan kembali seluruh unsur ruh Al-Idhofi,Jasad,Aql dan An-nafsiy dengan jasadnya.

Silahkan perhatikan ayat berikut :

“Dan tahukan kamu apa huthamah itu? (Yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati.” (Q.S. al-Humazah: 5-7)

“Di hadapannya ada jahanam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah, diminumnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati; dan dihadapannya masih ada azab yang berat.” (Q.S. Ibrahim: 16-17)

Ayat diatas menggambarkan keadaan manusia di siksa dalam Neraka lengkap dengan unsur ruhani dan jasmaninya,karena ada aktifitas jasadiyah seperti makan,minum,merasakan,dll,hanya saja semuanya berbentuk api dan kesengsaraan,sama seperti ketika di alam dunia,hanya Nafs-nafs Muthmainnah,Al-Mardiyyah dan Ar-Radhiyahnya saja yang tidak ikut ke neraka,karena didalam neraka tidak ada sifat kedamaian,ketenteraman dan kesenangan.

MANUSIA


MENGENAL HAKEKAT DIRI MANUSIA DAN UNSURNYA :

Kita selama ini memahami keberadaan manusia hanya sebatas makhluk yang diciptakan Tuhan dari bahan tanah kemudian cukup melakukan penghambaan dan beribadah hanya kepada-Nya saja,kemudian bagi yang taat akan masuk syorga dan bagi yang ingkar akan berakhir dineraka.
Padahal ternyata setelah dilakukan pendalaman dari berbagai sumber ulama alim dan menginti sarikannya lebih dalam lagi,maka bahwa hakekat keberadaan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang lebih mulia dibanding dengan makhluk ciptaan lainnya ini sungguh memuat makna lain yang lebih luas,yang akan menuntun kepada kita (bagi yang mau merenunginya) ini,menuju pada sebuah kesadaran yang lebih dahsyat akan makna sebuah rasa syukur yang teramat sangat kepada Tuhannya dengan sebenar-benar runduk sujud syukur yang dalam lagi dan akan membuat kita lebih khidmat lagi menyadari siapa diri kita yang sungguh tak ada sebutir-butirnya tepung diri kita dibanding dengan karunia Tuhan yang telah diberikan kepada manusia.
(pada kesadaran lain akan timbul rasa malu teramat sangat kita kepada Tuhan,jika kita hanya menjadi makhluk sampah yang tak pernah mempersembahkan sesuatu bakti kepada-Nya).
Mari kita telusuri siapa sesungguhnya diri kita.

MENGAPA MANUSIA DISEBUT TUHAN SEBAGAI MAKHLUK YANG PALING SEMPURNA?

Manusia makhluk paling sempurna dan mulia? sepertinya omong kosong. Realitasnya dalam kehidupan dunia saat ini begitu memprihatinkan menyaksikan ulah sepak terjang dan tabiatmanusia.Jahat,egois,sadis dan penuh kesombongan,saling injak menginjak,saling hancur menghancurkan,tipu menipu dan saling iri dengki. Lihat yg jadi penjahat,betapa sadisnya mereka merampok,menjambret,menodong kadang tanpa belas kasihan langsung membacok,membunuh korbannya.Lihat yang saling bunuh-bunuhan antar sesama umat karena dalih membenarkan kelompok/sektenya sendiri.Lihatlah realitas di Suriah,Irak,Mesir,Myanmar,dan dibelahan lain dunia.

Lihat yang saling tawuran ,pertikaian SARA,mereka bunuh-bunuhan dan mati bagai binatang,yang mati dibakar,yang dimutilasi,yang di ambil paksa organ dalam tubuhnya,dll.Lihat para pecandu narkoba,lihat dan lihat realitas dikehidupan kita sehari-hari,maka manusia kelasnya tak lebih baik dari nasib binatang yang mati.
Mau disebut mulia darimana? Padahal Tuhan telah menyiratkan bahwa manusia adalah makhluk yang dilebihkan kemuliaan dan derajatnya dibanding makhluk lainnya :

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.(QS. 17. Al Israa':70)

Maka jawaban makhluk manusia dapat digolongkan sebagai makhluk mulia jika memenuhi hal-hal sebagai berikut dibawah ini :

Jawaban yang paling mendasar adalah bahwa,ternyata derajat mulia itu,berpasangan dengan kerendahan.Maknanya bahwa manusia jika mau termasuk ke dalam makhluk yang disebut mulia,maka itu harus dengan niat dan berusaha,berupaya mencapainya atau meraihnya.
Maka,

Manusia dapat digolongkan sebagai makhluk mulia terbagi dalam dua katagory:

1. Menurut aspek filsafat global :

*Dalam ilmu mantiq (logika) manusia disebut sebagai Al-Insanu hayawanun nathiq (manusia adalah binatang yang berfikir). Nathiq sama dengan berkata-kata dan mengeluarkan pendapatnya berdasarkan pikirannya. Sebagai binatang yang berpikir manusia berbeda dengan hewan. Walau pada dasarnya fungsi tubuh dan fisiologis manusia tidak berbeda dengan Hewan, namun hewan lebih mengandalkan fungsi-fungsi kebinatangannya, yaitu naluri, pola-pola tingkah laku yang khas, yang pada gilirannya fungsi kebinatangan juga ditentukan oleh struktur susunan syaraf bawaan. Semakin tinggi tingkat perkembangan binatang, semakin fleksibel pola-pola tindakannya dan semakin kurang lengkap penyesuaian struktural yang harus dilakukan pada saat lahirnya.
Pertanyaan tentang jati diri manusia itu mulai timbul atau baru terlacak pada masa Para pemikir kuno Romawi yang konon dimulai dari Thales (abad 6 SM).

Maka,keberadaan manusia berbeda dengan binatang yang tak diberi beban penugasan sebagai khalifah (penguasa bumi),sehingga tak dibekalinya dengan aqal.

Sedangkan manusia yang diberi aqal memungkinkan dapat menerima signal-signal petunjuk atau hidayah dalam menjalani kehidupan sebagai koridor yang mesti diaplikasikannya.

TENTANG SIGNAL HIDAYAH YANG TERTANAM DALAM DIRI MANUSIA

As-Syaikh Musthafa al-Maraghi ketika menafsirkan makna hidayah dalam surat al-Fatihah menerangkan bahwa ada lima macam dan tingkatan hidayah yang dianugerahkan Allah s.w.t. kepada manusia, yaitu:
  1. Hidayahal-Ilham gharizah atau (insting).
  2. Hidayah al-Hawasy, (indra).
  3. Hidayah al- ‘Aql, (akal budi).
  4. Hidayah al-Adyan, (agama).
  5. Hidayah at-Taufik.
Hidayah al- ‘Aql ,lebih tinggi tingkatannya dari hidayah terdahulu (insting dan indra yang dianugerahkan Tuhan kepada hewan). Dan pada hidayah aql pula yang membedakan antara manusia dan binatang. Di samping itu, di atas akal budi terdapat hidayah agama dan hidayah at-taufiq.

Manusia menurut aspek Ilmu Pengetahuan:

Pada zaman modern pendefinisian manusia banyak dilakukan oleh mereka yang menekuni bidang psikologi.Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (manusia berkeinginan). Menurut aliran ini manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku hasil interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego) dan sosial (superego), Di dalam diri manusia terdapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).

Maka kesimpulannya,kemakhlukan bahwa manusia lebih mulia entah apapun agamanya dan latar belakangnya.
Yakni :
  1. Telah diberinya ruh yang berasal dari Ruh Kemuliaan-Nya,bukan dari ruh Iblis atau syetan atau binatang.(Silahkan renungi kembali tulisan diatas tentang unsur ruh dalam diri manusia).
  2. Telah diberinya Akal dan nafs pilihan,yang berbeda dengan hewan,yang dengan akal tersebut manusia diberi ilham untuk berpikir,berbudi daya dan ber nurani.Dengan akal pikir itu manusia mampu mempertahankan hidup dan mampu mengembangkan teknologi,mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan alam semesta.
2.BERDASAR NILAI-NILAI ISLAM :

*Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah,Tuhan Pencipta Alam Semesta. Walaupun telah berusaha memahami dirinya selama beribu-ribu tahun, namun gambaran yang pasti dan meyakinkan tak mampu mereka peroleh hanya dengan mengandalkan daya nalarnya yang subyektif. Oleh karena itu manusia memerlukan pengetahuan dari pihak lain yang dapat memandang dirinya secara lebih utuh.Allah Sang Pencipta Alam telah menurunkan Kitab Suci Alquran yang di antara ayat-ayat-Nya menggambarkan keadaan konkret tentang kejadian manusia.

Manusia Makluk Terbaik dan Termulia*
Allah Ta’ala menciptakan manusia itu melalui dua model proses,yakni :
  1. Penciptaan langsung (penciptaan Adam) dengan prototype.
  2. Penciptaan tidak langsung (proses reproduksi manusia).
Dalam penciptaan Adam :

Allah Ta’ala langsung membentuknya dengan model / Protoype dari unsur-unsur tanah yang dibentuk dan dengan air, lalu ditiupkan ruh Allah secara langsung (ROH Al-Qudus),sehingga terciptalah Nabi Adam sebagai manusia pertama.

PROSES SEBAGAI BERIKUT :

1) Menggunakan “ Tiin”, yaitu tanah lempung:

الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنسَانِ مِن طِينٍ

(Tuhan) memulai penciptaan manusia dari tanah lempung. (QS.32.As-Sajadah:7)

Dalam ayat ini, Alquran menyebut kata badaa yang berarti memulai. Ini menunjukkan adanya awal suatu penciptaan dari tiin. Hal ini jelas bermakna tahap yang lain akan segera mengikuti.

2) Menggunakan “ Turaab”, yaitu tanah gemuk sebagaimana disebut dalam ayat:

قَالَ لَهُ صَاحِبُهُ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِن تُرَابٍ
ثُمَّ مِن نُّطْفَة ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلاً

“Kawanmu (yang mukmin) berkata kepadanya, sedang dia bercakap-cakap dengannya: “Apakah kamu kafir kepada Tuhan Yang Menciptakan kamu dari tanah (turaab), kemudian dari setetes air mani lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?” (QS.18.Al-Kahfi:37)

3) .Menggunakan “Tiinul laazib”, yaitu tanah lempung yang pekat (tanah liat):

فَاسْتَفْتِهِمْ أَهُمْ أَشَدُّ خَلْقاً أَم مَّنْ خَلَقْنَا إِنَّا خَلَقْنَاهُم مِّن طِينٍ لَّازِبٍ

“Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): “Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?” Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dari tanah liat (tiinul laazib). (QS.37.As-Saffaat: 11)

4). Diprototype kan dengan” Salsalun”, yaitu lempung yang dikatakan” Kalfakhkhar”, (seperti tembikar). Citra ayat ini menunjukkan bahwa manusia “dimodelkan”.

5) . Dan dengan, “ Salsalun min hamain masnuun”, (lempung dari Lumpur yang dicetak/diberi bentuk):

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإِنسَانَ مِن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari Lumpur hitam yang diberi bentuk”. (Q.S. Al-Hijr, 15: 26)

6)Disarikan dengan,” Sulaalatin min tiin”, yaitu dari sari pati tanah.( Sulaalat berarti sesuatu yang disarikan dari sesuatu yang lain):

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن سُلَالَةٍ مِّن طِينٍ
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَّكِينٍ
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَاماً فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْماً ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ
أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah (sulaalatin min tiin). Kemudian Kami jadikan saripati air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”. (QS.23. Al-Mukminun: 12-14)

7) Dicampur dengan Air sebagai unsur penting asal usul seluruh kehidupan:

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاء بَشَراً فَجَعَلَهُ نَسَباً وَصِهْراً وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيراً

Dan Dia (Allah) pula yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia (Allah) jadikan manusia itu punya keturunan dan musaharah adalah Tuhanmu Mahakuasa. (QS.25.Al-Furqaan: 54)

8). Peniupan Ruh Al-Qudus,Al-Hayat-Nya:

فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُواْ لَهُ سَاجِدِينَ

Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.(Q.S. Al-Hijr, 15: 29)

ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلاً مَّا تَشْكُرُونَ

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan) Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi kamu sedikit sekali bersyukur”. (Q.S. As-Sajdah, 32: 9)

Demikian model penciptaan langsung nabi Adam yang difirmankan Allah dalam Alquran. Manusia menurut Islam berbeda sama sekali dengan makhluk-makhluk lain, manusia adalah makhluk yang paling terbaik dan sempurna dihadapan Allah. Manusia di samping mempunyai jasad, nyawa, nafsu naluri, dan insting, manusia dilengkapi dengan Ruh Al-Qudus,Al-Hayat-Nya.
Karena kelebihannya itulah manusia memperoleh predikat sebagai makhluk terbaik dan termulia, baik bentuk kejadiannya maupun kedudukannya di alam semesta ini.

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (Q.S. At-Tin, 95: 4)

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلاً

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka ke daratan dan lautan, Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. (Q.S. Al-Isra, 17: 70)

-Penciptaan melalui proses reproduksi manusia :

PROSES SEBAGAI BERIKUT 
:
*Kandungan ayat-ayat Al-Quran telah membuka mata pakar dunia di bidang ilmu kedokteran dan embriologi. Mereka terpana akan kesuaian ilmu ilmiah modern yang telah dihasilkan dengan riset-riset mahal dengan wahyu Al-quran yang notabene telah ada sejak 1400 tahunan yang lalu. Hal ini telah membuktikan kebenaran wahyu Alquran dan agama Islam sebagai pedoman hidup manusia.

يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ فِي أَيِّ صُورَةٍ مَّا شَاء رَكَّبَكَ

“Hai manusia apakah yang telah memperdaya kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuhmu) seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” (Q.S. Al- Infithar, 82: 6-8)

Proses terjadinya manusia merupakan fenomena yang baru saja diketahui setelah diketemukannya alat-alat modern yang serba canggih diperbagai segi. Para pakar sains di bidang kedokteran terkejut tatkala mereka menemukan teori-teori proses terjadinya manusia di dalam Al-quran yang sangat sesuai dengan hasil yang mereka peroleh setelah melakukan penyelidikan berabad-abad lamanya hingga saat ini.
Ilmu tentang proses kejadian manusia dalam Al-Qur’an yang sangat ilmiah:

Proses Kejadian dalam Kandungan (belum ada)

كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَاتاً فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ
ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“Mengapa kamu kafir terhadap Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu.”(QS.2. Al-Baqarah: 28)

Al-Qur’an bilang bahwa kita tadinya “mati” alias belum ada.Lho,di manakah kita?Maka ilmu modern telah memberi definisi, bahwa pada waktu itu kita masih berupa unsur-unsur zat-zat anorganis dalam tanah,sedangkan unsur kehidupan (roh-red) berada dalam sumber kekuatan semesta (Allah-red.).
Berikut penjelasan ilmiahnya :

(Unsur-unsur zat asli yang terdapat di dalam tanah akan diserap, baik itu oleh hewan maupun tumbuhan, dan tak terkecuali akan sampai juga kepada manusia, termasuk ayah dan ibu kita. Dalam tubuh ayah, zat-zat tersebut akan terbentuk menjadi sperma, sedang pada ibu akan terwujud ovum (sel telur). Dari kedua benda (sperma dan ovum) inilah nanti akan terwujud sosok manusia yang menakjubkan di dalam rahim ibu).

خُلِقَ مِن مَّاء دَافِق
يَخْرُجُ مِن بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ

“Maka hendaklah manusia memperhatikan dan apa ia diciptakan. Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara bagian seksuil daripada lelaki dan perempuan.”(Q.S. Ath Thariq, 86: 6-7)

أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّن مَّنِيٍّ يُمْنَى

“Bukankah ia dahulu berupa setetes mani yang ditumpahkan.”(Q.S. Al Qiyamah, 75: 37)

Mani atau sperma yang terbentuk di dalam tubuh setelah terjadinya persenyawaan antara zat-zat yang terbawa dari makanan dengan unsur-unsur lain di dalam tubuh inilah yang merupakan salah satu bahan terpenting bagi terwujudnya sosok manusia.

Sebelum lebih jauh tentang reproduksi manusia di dalam Alquran,maka perlu mengetahui dulu bagaimana proses reproduksi manusia menurut ilmu embriologi modern yang telah diperoleh .
Para ahli Embriologi begitu takjub dengan susunan ayat Al-Qur’an yang begitu sistematik mengenai soal-soal reproduksi manusia,yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
  1. Setetes cairan yang menyebabkan pembuahan (facondation).
  2. Watak dari zat cair yang membuahi.
  3. Menetapnya telur yang sudah dibuahi dalam rahim.
  4. Perkembangan embrio di dalam rahim.
Setetes cairan yang menyebabkan pembuahan. Alquran mengetengahkan soal ini sebelas kali dalam berbagai surah,silahkan perhatikan ayat-ayat ini;

خَلَقَ الإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُّبِينٌ

“Dia telah menciptakan manusia dari nutfah, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.”(Q.S. An Nahl, 16: 4)

Kata nutfah dalam ayat ini berasal dari akar kata yang artinya “mengalir”. Kata ini dipakai untuk menunjukkan air yang ingin tetap dalam wadahnya, sehingga sesudah wadah itu dikosongkan. Jadi kata tersebut menunjukkan setetes kecil yang dalam hal ini berarti setetes air sperma (mani), karena dalam ayat lain diterangkan bahwa setetes itu adalah setetes sperma.

أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّن مَّنِيٍّ يُمْنَى

“Bukankah ia dahulu dari setetes mani (sperma) yang ditumpahkan.”(Q.S. Al Qiyamah, 75:37)

Dalam ayat lain setetes itu ditempatkan dalam tempat yang tetap atau kokoh yang dinamai rahim.

ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَّكِينٍ

“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (sperma) (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).” (Q.S. Al Mu’minun, 23:13)

Inilah ayat-ayat Quran yang menunjukkan ide tentang setitik cairan yang diperlukan untuk pembuahan, hal ini sesuai tepat dengan sains modern yang telah diketahui sekarang.
Watak dari zat cair yang membuahi,
Alquran menunjukkan cairan yang memungkinkan terjadinya pembuahan dengan watak-watak atau sifat yang perlu dicermati,
  • Sperma (seperti yang baru dibicarakan)
  • Cairan yang terpancar (Q.S. Ath Thariq, 86:6)
  • Cairan yang hina (Q.S. Al Mursalaat, 77: 20)
  • Cairan yang bercampur/amsyaj (Q.S. Al Insan, 76:2)
Watak cairan yang terakhir perlu digaris bawahi, karena mengandung suatu hal yang menakjubkan yang perlu kita ketahui dan mengerti.

إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعاً بَصِيراً

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes nutfah yang bercampur.., (QS Al Insan, 76:2)

Banyak ahli tafsir seperti Hamidullah dan juga ahli-ahli tafsir kuno yang mereka itu belum memiliki ide sedikit pun tentang fisiologi pembuahan, mereka mengira bahwa kata “campuran” itu hanya menunjukkan bertemunya unsur lelaki dan wanita.
Tetapi ahli tafsir modern seperti penulis Muntakhab yang diterbitkan Majelis Tinggi soal-soal Islam di Kairo mengoreksi cara para ahli tafsir kuno dan menerangkan bahwa setetes sperma itu banyak mengandung unsur-unsur. Suatu keterangan yang sangat tepat, walaupun mereka tidak memberikan perinciannya. Apakah unsur-unsur sperma yang bermacam-macam itu? Cairan sperma mengandung unsur-unsur yang bermacam-macam yang berasal dari kelenjar-kelenjar sbb;
  • Tetis, buah pelir yang mengeluarkan spermatozoa yaitu sel panjang berekor dan berenang dalam cairan serolife.
  • Kantong-kantong benih (besicules seminutes). Organ ini merupakan tempat menyimpan spermatozoa, juga mengeluarkan cairan, tapi tak bersifat membuahi.
  • Prostat, mengeluarkan cairan yang memberikan sifat krem serta bau khusus kepada sperma.
  • Kelenjar Cooper/mery, mengeluarkan cairan yang lekat.
  • Kelenjar letre, yang mengeluarkan semacam lendir.
Inilah unsur-unsur campuran yang dimaksud dalam Alquran.

Betapa menakjubkan, Alquran memberikan hal-hal yang harus diketahui dengan alat-alat modern pada saat ini, yang tidak mungkin diketahui orang-orang pada waktu Alquran diturunkan 15 abad silam. Ini membuktikan bahwa Tuhan yang menguasai jagat inilah yang menurunkan kitabNya kepada manusia sebagai petunjuk dan bukti akan kebenaran yang Mutlak.
Satu lagi para sarjana yang mencoba mempelajari Alquran dibuat kagum dan dengan tulus mereka menyatakan beriman Islam, yaitu bunyi suatu ayat dalamQS.32. As-Sajadah: 8;

ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِن سُلَالَةٍ مِّن مَّاء مَّهِينٍ

“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.”

Yang dimaksud saripati di ayat ini adalah suatu bahan yang dikeluarkan atau keluar dari bahan yang lain dan merupakan bagian yang terbaik (terpilih) daripada bahan itu (sperma). lebih jelasnya adalah; yang menyebabkan terjadinya pembuahan (sehingga tercipta manusia) pada sel telur (ovum) pada pihak wanita, adalah satu bagian yang berupa sebuah sel panjang yang besarnya kurang lebih 1/10.000 mm. Satu dari beberapa juta sel yang serupa di dalam setetes sperma yang dihasilkan seorang lelaki.

Sejumlah yang sangat besar tetap di jalan dan tidak sampai ke trayek yang menuntun dari kelamin wanita sampai ke sel telur di dalam rongga rahim (uterus dan trompe). Bagaimana kita tidak terpukau oleh persesuaian antara teks Alquran dengan ilmu pengetahuan ilmiah yang kita miliki sekarang ini (abad modern)!

Menetapnya telur yang sudah dibuahi dalam rahim

Telur yang telah dibuahi dalam “trompe” turun bersarang di dalam rongga rahim (cavum uteri). Inilah yang dinamakan “bersarangnya telur”. Quran menamakan uterus tempat telur dibuahkan itu rahim (kata jamaknya arham).

وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاء إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى

“Dan kami tetapkan dalam rahim apa yang kami hendaki sampai waktu yang sudah ditentukan.” (Q.S. Al Hajj, 22: 5)

Menetapnya telur dalam rahim terjadi karena tumbuhnya jonjot (villi), yakni perpanjangan telur yang akan mengisap dari dinding rahim zat yang perlu bagi membesamya telur, seperti akar tumbuh-tumbuhan yang masuk dalam tanah. Pertumbuhan semacam ini mengokohkan telur di dalam rahim. Pengetahuan hal ini baru diperoleh manusia pada jaman modem saat ini.
Pelekatan ini disebutkan dalam Alquran 5 kali, salah satunya ada dalam :

خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ

“Yang menciptakan manusia dari sesuatu yang melekat.” Q.S. Al Alaq, 96: 2

“Sesuatu yang melekat” adalah terjemahan kata bahasa arab ‘alaq. Ini adalah arti yang pokok. Arti lainnya adalah gumpalan darah yang sering disebutkan dalam terjemahan Alquran. Ini adalah suatu kekeliruan yang harus kita koreksi. Manusia tidak pernah melewati tahap gumpalan darah. Ada lagi terjemahan ‘alaq yaitu lekatan (adherence) yang juga merupakan kata yang tidak tepat. Arti pokok yaitu “suatu yang melekat” sesuai sekali dengan temuan sains modern. Secara lebih jelasnya adalah sebagai berikut;

Setelah pembuahan antara sperma dengan ovum, kedua sel tersebut akan membelah dari 1,2,4,8,16 dan seterusnya secara cepat sekali. Enam atau tujuh hari setelah pembuahan sel yang banyak menyerupai gelembung kecambah ini menetap dan bersarang pada dinding dalam uterus, yang rupanya seperti bunga karang atau selapis karet busa. Kejadian yang sangat penting ini disebut “nidasi” atau implantasi, maksudnya penyarangan atau penanaman. Selama proses nidasi ini, beberapa pembuluh yang sangat halus dalam jaringan sel sang ibu dibuka. Sisa jaringan yang rusak dan tetes darah kecil yang keluar merupakan makanan untuk sel-sel yang sedang berkembang. Sel-sel ini mengisap makanan dengan cara sama seperti tumbuh-tumbuhan mengisap makanan dari tanah lembab.

Memang, “alaq atau sesuatu yang melekat ini akan dengan segera mengeluarkan semacam jaringan akar-akar yang halus sekali, yang disebut “villi”. Guna akar-akar ini selain untuk menerima zat makanan, juga supaya ‘alaq ini dapat mengikatkan diri dengan kokoh di dalam rahim. Di dalam dinding-dinding inilah ‘alaq akan berkembang mengalami metamorfbrse yang amat dasyat. Tak lama lagi ‘alaq ini makin lama makin berkembang dan besar. Dan berubah setiap jam menjadi apa yang jelas-jelas sebagai makhluk manusia yang mempunyai kepala, tubuh, tangan, kaki, jari-jari, mata, telingan dan hidung.
Ide tentang sesuatu yang melekat (‘alaq), disebutkan di beberapa ayat yang lainnya. Misalnya sebagai berikut;

ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah (sesuatu yang melekat).”(Q.S. Al Mu’minun 23:14)

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ

“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari ‘sesuatu yang melekat’. “(Q.S. Al Mu’min 40:67)

أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّن مَّنِيٍّ يُمْنَى
ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى

“Bukankah ia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim). Kemudian mani itu menjadi ‘sesuatu yang melekat, lalu Allah menciptakannya dan menyempumakannya.”(Q.S. al Qiyaamah 75: 37-38)

Persesuaian ini sungguh mempertebal iman Islam,kepada Allah dan kitab-Nya yang diturunkan kepada Muhammad SAW.
Perkembangan embrio dalam rahim.
Semua hal yang telah disebutkan oleh Alquran di atas telah diketahui oleh manusia saat ini, dan tidak mengandung sedikitpun hal-hal yang dapat dikritik oleh sains. Sekarang kita mulai membicarakan mengenai tahap-tahap perkembangan embrio di dalam rahim.
Setelah kata “sesuatu yang melekat” (‘alaq) yang telah kita lihat kebenarannya, Alquran menyatakan bahwa embrio melalui tahap; secuil daging (seperti daging yang dikunyah), kemudian nampaklah tulang yang diselubungi oleh daging (diterangkan dengan kata lain berarti daging segar).

ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَاماً فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْماً ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ
أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

“Kemudian air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu Kami jadikan sesuatu yang melekat itu secuil daging dan secuil daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”(Q.S. Al Mu’minun 23:14)

Daging (seperti yang dikunyah) adalah terjemahan kata bahasa arab “mudlghah“, daging (seperti daging segar) adalah terjemahan kata “lahm“. Perbedaannya perlu digarisbawahi, embrio pada permulaannya merupakan benda yang nampak kepada mata biasa, dalam tahap tertentu daripada perkembangan sebagai daging yang dikunyah. Sistem tulang berkembang pada benda tersebut di dalamnya, yang dinamakan “mesenbyme“. Tulang yang sudah terbentuk dibungkus dengan otot-otot, inilah yang dimaksud kata “lahm“
Dalam perkembangan embrio, ada beberapa bagian yang muncul yang tidak seimbang proporsinya dengan yang akan menjadi manusia nanti, sedang bagian-bagian lain tetap seimbang. Bukankah arti bahasa arab “mukhallaq” adalah dibentuk dengan proporsi seimbang?, yang dipakai dalam ayat 5 surat Al Maaidah disebutkan untuk menunjukkan fenomena ini?
Alquran juga menyebutkan munculnya panca indera dan hati (perasaan, afidah)

ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ
وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلاً مَّا تَشْكُرُونَ

“Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalam tubuhnya roh-Nya, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, pengelihatan dan hati.” (Q.S. As-Sajadah 32: 9)

Terbentuknya seks juga disebutkan dalam Quran surah Faathir ayat 11 dan surah Al Qiyamah 39 juga surah An Najm 45-46 sebagai berikut;

وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنثَى
مِن نُّطْفَةٍ إِذَا تُمْنَى

“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari mani yang dipancarkan.”(Q.S. An Najm 53: 45-46)

Maka kesimpulannya :

Bahwa manusia dapat digolongkan sebagai makhluk mulia,jika manusia tersebut mengenali asal usul dirinya darimana berasal dan menyadari hakekat untuk apa manusia itu dilahirkan/diciptakan.
  1. Menyadari bahwa manusia diciptakan hanya untuk mengabdi,menyembah kepada Tuhannya
  2. Maka pertamakali haruslah beriman
  3. Kemudian ber-Islam,dengan mengaplikasikan nilai-nilai Islam,manusia akan diberi petunjuk jalan pintas untuk menemukan dan mencapai derajat kesempurnaa/kemuliaan dirnya.
  4. Mengaplikasikan nilai-nilai Muhammad sebagai utusan Tuhan yang terakhir yang laku perbuatannya merupakan cermin yang baik untuk pedoman hidup dan mengabdi pada Tuhan.Nilai-nilai Muhammad SAW adalah rahmatan lil ‘alamin,yakni berbuat manfaat pada diri dan umat serta sekelilingnya.
  5. Ketika manusia itu telah mampu memahami hakekat keberadaan dirinya kemudian menenggelami seluruh aspek keber-imanannya,keber-Islamannya dan berlaku perbuatan mensuri tauladani nilai-nilai Muhammad dalam setiap nafas kehidupannya di dunia,maka manusia tersebut akan mencapai posisi derajat / maqam yang tinggi hingga mencapai derajat AL-MUQARRABIN (Yang didekatkan pada Allah Ta’ala),yang posisi ini dapat melebihi derajat Malaikat.
JIKA KITA TELAH MEMAHAMI HAKEKAT BAHWA MANUSIA ITU MAKHLUK YANG PALING MULIA,MAKA KITA AKAN MEMAHAMI PULA MENGAPA TUHAN MENYEBUT MANUSIA ITU DENGAN BERBAGAI ISTILAH,SBB :

ANALOGY SEBUTAN-SEBUTAN LAIN SPECIES MANUSIA :

1. Al-INSAN : Di tinjau dari habitat/group

Disebut INSAN (QS.76.Al-Insan:1-2), Sebagai aspek dari sisi kecerdasan yakni makhluk terbaik selain hewan,Jin,Malaikat,yang diberi akal sehingga mampu menyerap pengetahuan :
  • “Dia menciptakan manusia…..Mengajarnya pandai berbicara”. (QS.55.Ar-Rahmaan: 3-4).
  • “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan”, (QS.96.Al ‘Alaq:1-4)

-Ditinjau dari Existensi (QS.114.An-Nas:1-6)

2. Al-BASYAR : Ditinjau dari Individu
  • Disebut BASYAR (QS.15.Al-Hijr:28, Al-Isra':93, Maria:26)
  • Sebagai aspek biologis manusia yang mencerminkan sifat-sifat fisik-kimia dan biologisnya (QS.23.Al-Mukminun: 33).

3. BANI ADAM :

Ditinjau dari aspek historis manusia yang menunjukkan darimana asal usulnya :
  • Disebut BANI ADAM (QS.17.Al-Isra': 70) , (QS.7.Al-A’raaf:31).
  • Nenek Moyang Manusia,bukan dari kera (QS.7. Al- A’raaf:172) , (QS.39.Az-Zumar:06)
4.AN-NAAS :
  • Ditinjau dari aspek sosiologisnya yang menunjukkan sifat manusia yang suka berkelompok sesama komunitasnya (QS.2.Al-Baqarah: 21).
5.AL-ABDUN :
  • Sebagai aspek dari kedudukannya yang menunjukkan bahwa manusia sebagai hamba Tuhan yang harus tunduk dan patuh kepadanya-Nya (QS.34.Saba’:9).

KEFITRAHAN MANUSIA

Potensi Hanif , Akal, Qalb dan Nafsy

*Kata fithrah (fitrah) merupakan derivasi dari kata fatara, artinya ciptaan, suci, dan seimbang. Louis Ma’ruf dalam kamus Al-Munjid (1980:120) menyebutkan bahwa fitrah adalah sifat yang ada pada setiap yang ada pada awal penciptaannya, sifat alami manusia,pada agama,pada sunnah-Nya.

Menurut imam Al-Maraghi (1974: 200) fitrah adalah kondisi di mana Allah menciptakan manusia yang menghadapkan dirinya kepada kebenaran dan kesiapan untuk menggunakan pikirannya.
Dengan demikian arti fitrah dari segi bahasa dapat diartikan sebagai kondisi awal suatu ciptaan atau kondisi awal manusia yang memiliki potensi untuk mengetahui dan cenderung kepada kebenaran (hanif). Fitrah dalam arti hanif ini sejalan dengan isyarat Alquran:

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Ar-Ruum, 30: 30)

Fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti penciptaan fisik, melainkan juga dalam arti rohaniah, yaitu sifat-sifat dasar manusia yang baik. Karena itu fitrah disebutkan dalam konotasi nilai. Lahirnya fitrah sebagai nilai dasar kebaikan manusia itu dapat dirujukkan kepada ayat:

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Q.S. Al-A’raaf, 7: 172)

Ayat di atas merupakan penjelasan dari fitrah yang berarti hanif (kecenderungan kepada kebaikan) yang dimiliki manusia karena terjadinya proses persaksian sebelum digelar ke muka bumi. Persaksian ini merupakan proses fitrah manusia yang selalu memiliki kebutuhan terhadap agama (institusi yang menjelaskan tentang Tuhan), karena itu dalam pandangan ini manusia dianggap sebagai makhluk religius. Ayat di atas juga menjadi dasar bahwa manusia memiliki potensi baik sejak awal kelahirannya. la bukan makhluk amoral, tetapi memiliki potensi moral. Juga bukan makhluk yang kosong seperti kertas putih sebagaimana yang dianut para pengikut teori tabula rasa.

Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia tersebut dapat dikelompokkan kepada dua hal, yaitu potensi fisik dan potensi rohaniah.
Potensi fisik manusia telah dijelaskan pada bagian yang lalu, sedangkan potensi rohaniah adalah akal, qalb dan nafsu. Akal dalam pengertian bahasa Indonesia berarti pikiran, atau rasio. Harun Nasution (1986) menyebut akal dalam arti asalnya (bahasa Arab), yaitu menahan, dan orang ‘aqil di zaman jahiliah yang dikenal dengan darah panasnya adalah orang yang dapat menahan amarahnya dan oleh karenanya dapat mengambil sikap dan tindakan yang berisi kebijaksanaan dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Senada dengan itu akal dalam Alquran diartikan dengan kebijaksanaan (wisdom), intelegensia (intelligent) dan pengertian (understanding). Dengan demikian di dalam Alquran akal diletakkan bukan hanya pada ranah rasio tetapi juga rasa, bahkan lebih jauh dari itu jika akal diartikan dengan hilunah atau bijaksana.

Al-qalb berasal dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah atau berbalik dan menurut Ibn Sayyidah (Ibn Manzur: 179) berarti hati. Musa Asyari (1992) menyebutkan arti al-qalb dengan dua pengertian, yang pertama pengertian kasar atau fisik, yaitu segumpal daging yang berbentuk bulat panjang, terletak di dada sebelah kiri, yang sering disebut jantung. Sedangkan arti yang kedua adalah pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan dan rohaniah yaitu hakikat manusia yang dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan dan arif.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akal digunakan manusia dalam rangka memikirkan alam sedangkan mengingat Tuhan adalah kegiatan yang berpusat pada qalbu. Keduanya merupakan kesatuan daya rohani untuk dapat memahami kebenaran sehingga manusia dapat memasuki suatu kesadaran tertinggi yang bersatu dengan kebenaran Ilahi.
Adapun nafsu (bahasa Arab: al-hawa, dalam bahasa Indonesia sering disehat hawa nafsu) adalah suatu kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai keinginannya. Dorongan-dorongan ini sering disebut dengan dorongan primitif, karena sifatnya yang bebas tanpa mengenal baik dan buruk. Oleh karena itu nafsu sering disebut sebagai dorongan kehendak bebas. Dengan nafsu manusia dapat bergerak dinamis dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Kecenderungan nafsu yang bebas tersebut jika tidak terkendali dapat menyebabkan manusia memasuki kondisi yang membahayakan dirinya. Untuk mengendalikan nafsu manusia menggunakan akalnya sehingga dorongan-dorongan tersebut dapat menjadi kekuatan positif yang menggerakkan manusia ke arah tujuan yang jelas dan baik. Agar manusia dapat bergerak ke arah yang jelas, maka agama berperan untuk menunjukkan jalan yang akan harus ditempuhnya. Nafsu yang terkendali oleh akal dan berada padajalur yang ditunjukkan agama inilah yang disebut an-nafs al-mutmainnah yang diungkapkan Alquran :

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
وَادْخُلِي جَنَّتِي

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surgaKu.” (Q.S. Al-Fajr, 89:27-30)

Dengan demikian manusia ideal adalah manusia yang mampu menjaga fitrah (hanif)-nya dan mampu mengelola dan memadukan potensi akal, qalbu, dan nafsunya secara harmonis.

HAK PREROGATIF MANUSIA

Mempunyai Hak Pilih dan Kebebasan

Pada setiap ciptaan-Nya, Allah telah menentukan qadamya. Qadar sendiri berarti “memberikan ukuran/keterhinggaan/ketetapan). Arti ini dapat diketahui dari ayat-ayat berikut ini:

الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَداً وَلَمْ يَكُن لَّهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيراً

“…yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (Q.S. al-Furqan, 25: 2)

وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Yasin, 36: 38)

وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَنشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَّيْتاً كَذَلِكَ تُخْرَجُونَ

“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati,…” [Q.S. az-Zukhruf, 43: 11)

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Q.S. al-Qamar, 54: 49)

قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً

“… Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Q.S. ath-Thalaq, 65: 3)

وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللَّهِ هُوَ خَيْراً وَأَعْظَمَ أَجْرا…

“… Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu, memperoleh (balasannya) di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya,…” [Q.S. al-Muzamil 73: 20].

وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلاَّ عِندَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلاَّ بِقَدَرٍ مَّعْلُومٍ

“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.” (Q.S. al-Hijr 15: 21)

Ide yang terkandung dalam doktrin qadar ini adalah bahwa Allah saja yang tak terhingga secara mutlak, sedang segala sesuatu selain Allah sebagai ciptaanNya memiliki “ukuran/keterhinggaan” atau memilih kapasitas yang terbatas. Menurut al-Qur’an, setiap Allah menciptakan sesuatu hal (khalq), Allah memberikan sifat-sitat, potensi-potensi dan hukum-hukum tingkah laku (amr, “perintah” atau hidayah “petunjuk”) tertentu kepadanya, sehingga ia menuruti sebuah pola tertentu dan menjadi sebuah laktor didalam “kosmos”.

Oleh karena itu segala sesuatu di dalam alam semesta ini bertingkah laku sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditentukan padanya secara otomatis mentaati “perintah” Allah-maka keseluruhan alam semesta ini adalah muslim atau tunduk kepada kehendak Allah.
Manusia adalah satu-satunya kekecualian didalam hukum universal ini karena diantara scmuanya, manusialah satu-satunya ciptaan Allah yang diberi kebebasan untuk mentaati atau mengingkari perintah Allah.
Sebagaimana ciptaan yang lain, pada manusia juga telah ditetapkan sifat-sifat, potensi-potensi dan hukum-hukum tingkah laku, yaitu bahwa manusia diciptakan telah dilengkapi dengan perbekalan-perbekalan yang berupa kodrat, pembawaan jiwa (watak) dan perlengkapan-perlengkapan lainnya. Semua ini dapat diarahkan pemakaiannya kearah yang baik maupun ke arah yang buruk. Jadi tidak semata-mata untuk kebaikan atau untuk keburukan saja. Walaupun sebagian orang lebih kuat iradah kebaikannya dan sebagian lain lebih kuat iradah kejahatannya. Semua itu hanya Allah yang tahu ukurannya secara pasti, sebagaimana firman Allah:

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا# فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا# قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا# وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan. Sesungguh-nya beruntunglah orang yang mensucikanjiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.S. asy-Syams, 91: 7-10)

Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah menjadikan manusia dengan sempurna lagi berimbangan dan mengisinya dengan kodrat-kodrat (sarana) yang dapat menerima kebaikan atau kejahatan.
Di samping itu Allah juga telah membekali manusia dengan akal yang dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dan juga Allah memberikan kepada manusia tenaga dan kemampuan untuk membenarkan yang haq dan menyalahkan yang bathil, sanggup mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk.

Tidak hanya itu saja, Allah masih mengutus para rasul untuk mewujudkan jalan-jalan kebenaran dan memberikan bimbingan. Allah juga telah merumuskan dalil-dalil (pokok-pokok pedoman) tentang kebenaran dengan diturunkan kitab suci (al-Qur’an) kepada manusia.

Dengan demikian manusia dipandang mukhtar dalam segala perbuatannya, dengan ikhtiar yang hakiki, bukan majazi, karena ia menyukai perbuatan itu dan mempunyai pengaruh dalam meninggalkan perbuatan.
Melihat kelengkapan perbekalan yang diberikan Allah kepada manusia, maka manusia harus mengerahkan kodrat dan kemampuannya untuk memilih jalan kebenaran atau jalan sesat. Sebagaimana firman Allah:

وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (Q.S. al-Balad, 90: 10)

إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِراً وَإِمَّا كَفُوراً

“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (Q.S. al-Insan, 76: 3)

Dengan demikian segala hasil dan akibat dari perbuatan manusia adalah karena ulah manusia sendiri, sebagaimana firman Allah:

كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (Q.S. al-Muddatstsir, 74: 38)

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاء فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ

“Barang siapa mengerjakan amal sholeh maka (pahalanya) untuk dirinva sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba(Nya).” (Q.S. Fushshilat, 41: 46)

إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S. ar-Ra’du, 13: 11)

Makna senada dapat dilihat pada beberapa ayat berikut ini:

وَقُلِ الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ فَمَن شَاء فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاء فَلْيَكْفُرْ..

“Dan katakanlah, Kebenaran itu datangnya dan Tuhanmu, maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin, (kafir) biarlah ia kafir,…” (Q.S. al-Kahfi, 18: 29)

لاَ يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْساً إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesangggupannya. la mendapat pahala (dari kebajikan) yang ia usahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya…” (Q.S. al-Baqarah, 2: 286)

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّا أُخْفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاء بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. as-Sajadah, 32: 17)

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Q.S. asy-Syuura, 42: 30)

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merusakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).” (Q.S. ar-Rum, 30: 41)

وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (Q.S. an-Najm, 53: 39)

Keterangan di atas menunjukkan bahwa Allah memberikan kebebasnya kepada manusia untuk menggunakan potensi-potensi yang telah diberikan Allah kepada manusia. Dengan demikian perbuatan manusia adalah hasil dari kehendak dan kemampuan manusia sendiri, yaitu kehendak dan kemampuan yang telah diberikan Allah kepada manusia. ,
Dengan potensi dan kemampuan diatas, manusia dibebani taklif, yaitu untuk berbuat baik dan meninggalkan yang buruk; menunaikan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan.

Sebagai konsekwensinya, manusia diminta untuk memperianggung jawabkan atas segala penggunaan potensi-potensi dan kemampuan yang telah diberikan Allah padanya untuk melakukan kebaikan atau keburukan. Jika ia menggunakan potensi-potensi dan kemampuan itu untuk kebaikan, maka Allah akan membalas dengan kebaikan danjika ia menggunakannya untuk melakukan keburukan, maka Allah akan membalas dengan keburukan pula. Demikian itulah keadilan Allah kepada hamba Nya.

Akhimya dapat diketahui bahwa dengan dibekali potensi-potensi, kemampuan dan akal; diberi petunjuk tentang kebaikan dan kejahatan (dengan diutusnya rasul dan diturunkannya kitab suci); dibebani kewajiban dan dimintai tanggung-jawab, maka manusia diberi kebebasan berkehendak/ikhtiar untuk menentukan apa yang dikerjakan sebatas kemampuan yang telah diberikan oleh Allah. Dengan demi-ldan manusia bukanlah makhluk yang terpaksa.

Namun demikian kehendak dan kemampuan manusia bukanlah kehendak dan kemampuan yang bebas tanpa batas. Melainkan semua itu dibatasi oleh sunnatullah, yaitu ketetapan Allah yang telah diberikan Allah kepada makhluk Nya.

Peran Ganda Manusia:

Sebagai Hamba dan Khalifah

Allah menciptakan manusia tidak sekadar untuk permainan, tetapi untuk melaksanakan tugas yang berat (Q.S. al-Mu’minun, 23: 115)

Menunaikan amanah yang manusia memang telah bersedia untuk menerimanya (Q.S. al-Ahzab, 33: 72),

Yaitu melaksanakan fungsinya sebagai khalifah dimuka bumi dan misinya untuk menciptakan kemakmuran di muka bumi. Fungsi sebagi khalifah ditunjukkan oleh ayat:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ
إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. al-Baqarah, 2: 30)

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلاَئِفَ الأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa (khalifah) di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sehagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksanya dan sesungguhnya Dia M aha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. al-An’am, 6: 165)

Misi manusia adalah membuat kemakmuran di muka bumi dengan jalan menegakkan sebuah tata sosial yang bermoral untuk terwujudnya masyarakat yang beradab, adil dan makmur untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Hal ini bisa ditelusuri dalam firman Allah:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (Q.S. al-Anbiya’, 21: 107)

Di samping kewajiban untuk menunaikan amanah sebagai khalifah, maka kewajiban yang lain yang langsung kepada Allah adalah “Ibadah”. Allah bahkan telah menegaskan bahwa manusia diciptakan memang untuk beribadah kepada Allah, sebagaimana firman Allah sebagai berikut:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah KU.” (Q.S. adz-Dzariyat, 51: 56)

Oleh karena itu manusia hams mengabdikan diri sepenuhnya untuk menghambakan diri semata-mata karena Allah.

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. al-An’am, 6: 162)

Maka demikianlah yang disebut bahwa seluruh aktivitas manusia sesungguhnya mempunyai nilai ibadah apabila dilakukan dalam rangka penunaian amanah sebagai khalifah untuk menuju tercapainya nilai-nilai Islam yang rahmatan lil’alamin dan mengorientasikan segala laku perbuatannya dipersembahkan hanya kepada Allah Ta’ala saja.

*) Sebuah kutipan dari Kelana Delapan Penjuru Angin, dan di sunting seperlunya, Semoga bermanfaat,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar