Ketika seseorang diambang kritis atau tersugesti ketakutan yang luar biasa. Misalnya sedang dikejar-kejar anjing galak, atau seorang pencuri yang sedang dikejar-kejar massa sekampung. Seketika itu ia bisa berlari sangat cepat melebihi kecepatan larinya pada kondisi normal, bahkan bisa melompati tembok setinggi 3 meter yang merintanginya atau bisa melompat keseberang sungai yang dilihat dari lebarnya terasa tidak mungkin bisa dilompati pada saat normal. Saat itu orang tersebut sedang mengalami keajaiban supranatural. Tetapi ia belum bisa disebut sebagai orang sakti.
Jika ia bisa mengulang-ulang kemampuan tersebut dengan sengaja tanpa harus dikejar-kejar massa, bukan karena faktor kebetulan, maka orang tersebut memang punya kemampuan luarbiasa nan sakti.
Fenonema tersebut hanya sekedar contoh. Bahwa segala sesuatu yang serba kebetulan itulah yang sesungguhnya diburu oleh paranormal sejati. Melalui puasa, tirakat, dan membaca mantra, setiap paranormal sejati akan berusaha sedemikian rupa, agar kondisi yang serba kebetulan tadi dapat dilakukan secara sengaja berulang-ulang. Seperti kondisi orang yang dikejar-kejar anjing/orang sekampung tadi. Secara kebetulan mengalami keajaiban supranatural yang timbul dari kondisi suwung, hening, alpha. Sebentuk kondisi yang biasa dialami oleh paranormal / pelaku ilmu ghaib / pertapa ketika berada dipuncak meditasi. Kondisi antara ada dan tiada. Kondisi yang mengaktifkan daya gaib pada tubuh manusia. Kondisi yang melatarbelakangi seseorang tiba-tiba mengalami kepekaan indera, peralihan indera dari panca indera ke indera keenam, ketujuh, kedelapan dan seterusnya.
Kondisi hening, suwung, alpa tidak bisa direkayasa apalagi dipaksakan atau disugestikan agar hening, hening, hening. Namun kondisi ini akan berproses tanpa kita sadari. Semua berlangsung tanpa disengaja. Tiba-tiba terjadi begitu saja. Seperti proses di malam hari, ketika kita berangkat tidur. Apa ada yang sadar sudah tertidur??
Kondisi suwung, hening, alpha atau saya menyebutnya sebagai alam keheningan, bisa dicapai dengan cara bertapa, patigeni, bermeditasi atau tafakur. Bisa dilakukan dimana saja, baik dialam terbuka atau didalam ruangan, bisa di saat malam sunyi bahkan bisa juga dilakukan di keramaian. Yang saya maksud dengan meditasi adalah Melakukan penghayatan dan penelusuran tentang Misteri Tubuh (Dalam khasanah Kejawen disebut sebagai Sedulur Sejati, ada juga yang menyebutnya Sedulur Papat Kalimo Pancer).
Dengan cara posisi diam, menyadari yang sedang dilakukan. Jauhkan segala bentuk sugesti dan pembayangan. Hanya fokus kepada penghayatan diri. Sebab segala bentuk sugesti dan pembayangan hanya akan membuat pelaku meditasi terjebak dalam alam khayali. Alam yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya, alam imajinasi. Bila sampai masuk alam ini, maka orang tersebut telah mengalami fase awal kegilaan. Tidak lagi bisa membedakan antara yang kenyataan dengan imajinasi. Beranggapan dirinya sudah bisa, telah mengalami keajaiban supranatural, padahal sejatinya sedang berimajinasi belaka.
Dengan proses semacam itu (penghayatan), ditambah dengan penguasaan mantra dan pengolahan metabolisme tubuh, akan selalu dilakukan oleh paranormal sejati. Sampai pada akhirnya ada sebentuk kekuatan gaib yang membungkus roh, saat itulah ia mengalami keajaiban supranatural dan dipilih untuk melakukan sebentuk misi tertentu didunia (avatar).
Memasuki alam suwung (kosong) adalah sebuah kenikmatan tersendiri yang akan berlanjut dengan rasa kasmaran untuk pencarian jati diri. Di alam suwung itu tidak ada suara, tidak ada siapa-siapa, tidak ada arah. Yang ada hanyalah keheningan yang mendalam. Boleh dikatakan dari alam suwung itulah kita semua berasal. Dan dari alam suwung itulah, seorang salik memulai sebuah pencarian. Pencarian untuk memahami dirinya sendiri sehingga nantinya akan dapat berjumpa dengan GUSTI KANG MURBEHING DUMADI.
Untuk bisa memasuki alam suwung tersebut, seorang salik harus mencapai kondisi nol terlebih dulu. Seperti sudah dibahas sebelumnya, kondisi nol merupakan salah satu syarat untuk mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH (baca tulisan Agustus 2010). Mustahil seorang salik bisa mencapai alam suwung tanpa melewati kondisi nol.
Dalam kondisi nol, maka seseorang sudah dalam keadaan konsentrasi penuh. Dari situlah ia berangkat mendaki untuk mencari siapa sebenarnya jati dirinya. Sebelum memahami jati dirinya, seseorang akan terlebih dulu memasuki sebuah alam yang disebut alam suwung.
Untuk menuju ke kondisi nol dan melanjutkan perjalanan ke alam suwung, banyak sekali godaan yang dihadapi. Godaan tersebut bermacam-macam seperti bau yang tidak tahu dari mana sumbernya, suara yang tidak tahu dari mana asalnya dan siapa yang ngomong. Hal itu sesuai dengan wejangan yang diberikan oleh KGPAA Mangkunegoro IV yang berbunyi:
Rasa nala kang sira sedya,
Semang-semang tan gawa padhang,
Piwulang tama ginulang,
Sinung nupiksi werdi kang nyata,
Tan bakal sisip susup ing surup.
Rupa-rupa rerupan kang kasat nètra,
Ana ganda tan tinanpa ing grana,
Ana swara tan tinampa ing karna,
Kekeranè alam suwung asepi,
Pirang-pirang wadi kang tan kawedènan,
Karana kasengker ing Widhi.
Wikanana kang anyata,
Anulada kang utama,
Makarti tami nugraha katampi,
Piwulang aji tinemu mesthi.
Jika semua godaan itu bisa teratasi, maka seseorang sudah bisa dikatakan dalam kondisi nol. Nah, dalam kondisi nol tersebut seorang salik akan merasakan kenikmatan dan ketentraman tersendiri. Rasa kasmaran akan timbul dalam benaknya dan ia harus mendaki lagi memasuki alam suwung sehingga bisa memahami jati diri dan hanya bisa pasrah serta mengharapkan anugerah dan tuntunan GUSTI ALLAH semata.
Di Alam Keheningan kita temukan Pintu Guru Yang Tersembunyi
Inilah suatu pasal pada menyatakan pintu guru yang tersembunyi yang tiada diajarkan kepada orang-orang yang belum belajar tentang Ilmu Tauhid atau Sifat 20 (dua puluh), sebab buku ini berisi perihal orang-orang mengenal diri atau tata cara mengenal Allah pencipta Alam dan segala isinya supaya sempurna segala amal ibadahnya.
Adapun di dalam tulang kepala itu Otak
- Di dalam Otak itu Ma’al Hayat atau Air Hidup
- Di dalam Ma’al Hayat itu Akal
- Di dalam Akal itu Budi
- Di dalam Budi itu Roh
- Di dalam Roh itu Mani
- Di dalam Mani itu Rasa
- Di dalam Rasa itu Nikmat
- Di dalam Nikmat itu Nurullah
- Di dalam Nur Muhammad
Firman Allah “
- AWWALU TAJLI ZATTULLAH TA’ALA BISIFATIHI, Artinya : Mula-mula timbul Zat Allah Ta’ala kepada Sifatnya
- AWWALU TAJLI SIFATULLAH TA’ALA BIASMA IHI, Artinya : Mula-mula timbul Sifat Allah Ta’ala kepada namanya
- AWWALU TAJLI ASMADULLAHI TA’ALA BIAP ALIHI, Artinya : Mula-mula timbul nama Allah ta’ala kepada perbuatannya
- AWWALU TAJLI AF ALULLAHI TA’ALA BIINSAN KAMILUM BIASMAI, Artinya : Mula-mula timbul perbuatan Allah Ta’ala kepada Insan yang Kamil yakni Muhammad RasulNya
- QOLAH NABIYI SAW : “AWALUMAA KHALAKALLAHU TA’ALA NURI”, Artinya : Berkata Nabi SAW, yang mula-mula dijadikan Allah Ta’ala Cahayaku, baharu Cahaya sekalian Alam
- QALAN NABIYI SAW : “AWWALU MAA KHALAKALLAHUTA’ALA RUHI", Artinya : Yang mula-mula dijadikan Allah Ta’ala Rohku, baharu roh sekalian alam
- QOLAN NABIYI SAW : “AWWALU MAA KHALAKALAHU TA’ALA QOBLI”, Artinya : Yang mula-mula dijadikan Allah Ta’ala Hatiku, bahru hati sekalian alam
- QOLAN NABIYI SAW : “AWWALU MAA KHALAKALLAHUTA’ALA AKLI”, Artinya : Yang mula-mula dijadikan Allah Ta’ala Akalku, baharu akal sekalian alam
- QOLAN NABIYI SAW : “ANA MINNURILAHI WA ANA MINNURIL ALAM”, Artinya : Aku cahaya Allah dan Aku juga menerangi Alam
- HADIST : "AWALUDDIN MA’RIFATULLAH”. Artinya : Awal-awal agama adalah mengenal Allah
Sebelum mengenal Allah terlebih dahulu kita disuruh mengenal diri, seperti Hadist :
- "MAN’ARA PANAP SAHU PADAD’ARA PARABBAHU”, Artinya : Barang siapa mengenal dirinya, mengenal ia akan Tuhannya
- “MAN ‘ARA PANAPSAHU PAKD’RA PARABBAHU LAYA RIPU NAPSAHU", Artinya : Barang siapa mengenal Tuhannya, niscaya tiada dikenalnya lagi dirinya
- "MAN ‘ARA PANAPSAHU BILFANA PAKAD’ARA PARABBAHU BIL BAQA”, Artinya : Maka barang siapa mengenal dirinya binasa, niscaya dikenalnya Tuhannya kekal
- "KHALAK TUKA YA MUHAMMAD WAKHALAK TUKA ASY YA ILA ZALIK" , Artinya : Aku jadikan Engkau karena Aku dan Aku jadikan Alam dengan segala isinya karena Engkau Ya Muhammad
- Firman Allah : “AL INSAN SIRRU WA ANA SIRRUHU”, Artinya : Insan itu RahasiakKu dan Aku Rahasia Insan
- “WA AMBATNAL ABRU RABBUN AU ZAHIRU RABBUN ABBUN”, Artinya : Adapun bathin hamba itu Tuhan dan Zahir dan Tuhan itu hamba
- “LAHIN HUWA WALAHIN GHAIRUH”, Artinya : Tiada ia tetap dan tiada ia lain dari ia
- Firman Allah Ta’ala didalam Al-quran : “FAHUWA MA’AKUM AINAMA KUNTUM”, Artinya : Di mana saja Engkau berada (pergi) Aku serta kamu
- "HUWAL AWWALU WAL AKHIRU WALBATHINU WAZZAHIRU”, Artinya : Ia jua Tuhan yang awal tiada permulaannya, dan Ia jua Tuhan yang akhir tiada kesesudahannya, Ia jua bathin dan Ia jua Zahir
Dalam pandangan Ma’rifat kita kepada Zat Allah Ta’ala itu, “LAISA KAMIS LIHI SYAIUN" tiada seumpamanya bagi sesuatu, dan bukan bertempat.
Adapun Ma’rifat kita atau pengenalan kita akan diri diperikan AF 'ALULLAH, adapun Ma’rifat kita akan AF ‘ALULLAH, LAHAU LAWALA KUWWATA ILLAH BILLAHHIL’ALI YIL’AZIM. Artinya : Datang daripada Allah dan kembalinya kepada Allah jua segala sesuatu, sesuai dengan hadist Nabi yang berbunyi demikian : “MUTU ANTAL KABLAL MAUTU”. Artinya : Matikan diri kamu sebelum mati kamu.
Adapun mati ini ada dua ma’na, maka apa bila Roh bercerai dengan jasad itu mati hisi namanya, atau mati yang sebenarnya. Adapun mati yang dimaksud hadis Nabi yang di atas tadi, adalah mati Ma’nawi, artinya mati dalam pengenalan mata hati.
Mahasuci Allah Subhanahu wata’ala Tuhan Rabbil’izzati dari upayamu, wujudmu, supaya Aku terang sempurna, upaya Allah dan kuat Allah, dan wujudnya Allah “BILLAHI LAYARILLAH” tiada yang mempunyai dan menyembah Allah hanya Allah.
Bagitu sekalian Aribbillah mengerjakan ibadat kepada Allah Ta’ala. Adapun yang bernama Rahasia itu“Sirrullah”.
Adapun kita bertubuh akan Muhammad Bathin dan Zahir bertubuh akan Roh. Adapun jadi nyawa itu bertubuh kanan Idhafi Kadim (terdahulu), maka tiada lagi kita kenang tubuh dan zahir dan bathin itu, akan bernama Rahasia Ia Allah, Sir namanya kepada kita, karena rahasia itu Nur. Adapun sebenar-benarnya Sifatullahita’ala kepada kita inilah RahasiaNya yang dibicarakan Rahasia yang sebenarnya RahasiaNya yang kita ketahui.
Adapun jalan hakikat yang sebenarnya yang mengata Allahu Akbar waktu kita sembahyang itu, ialah Zat, Sifat, Asma, Af’al, Kudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, itu nama Rahasia Allah Ta’ala namanya kepada kita, itulah yang mengata Allahu Akbar tiada hati lagi, karena yang bernama Zat, Sifat, Asma, Af’al, Kudrat Iradat, Ilmu, Hayat itu nama Rahasia Allah Ta’ala namanya kepada kita.
Batin dan zahir kita akan memerintah diri, adapun diri kita tadi ialah Roh. Roh tadilah yang menerima perintah rahasia, maka berlakulah berbagai-bagai bunyi dan kelakuan di dalam sembahyang. Semua itu adalah perintah rahasia, maka perintah rahasia inilah Sirrullah. Karena Rahasia inilah kita dapat melihat Allah dan menyembah Allah serta hidup berbagai-bagai, itulah rahasia Allah kepada kita.
Firman Allah “MAN ‘ARA PANAPSAHU PAKAD’ARA PARABBAHU”
Artinya : Maka barang siapa mengenal dirinya, mengenal ia akan Tuhannya.
Maka mengetahui ia akan asal Nabi Allah Adam, nasarnya Air, Api, Angin, Tanah. 4 (empat) inilah yang dijadikan Allah, maka turun kepada kita seperti Firman Allah Ta’ala, kita disuruh mengetahui :
- Adapun tanah itu Tubuh kita
- Adapun Api itu Darah kita
- Adapun Air itu Air Liur kita
- Adapun Angin itu Nafas kita.
Maka berdiri syari’at, adapun kejadian air itu Tarikat, kejadian api itu Hakikat, dan kejadian Angin itu Ma’rifat. Baginilah kita atau cara kita mengenal diri namanya.
Adapun tatkala kita tidur itu, adalah perintah Rahasia Allah, maka dari itu janganlah lagi kita kenang dan janganlah kita berkehendak atau panjang angan-angan dan jangan lagi diingat diri kita ini, karena tiada hayat lagi di waktu kita tidur itu, itu adalah Rahasia Allah.
Adapun perintah segala hati pada tengah-tengah hati berbagai bagai, adapun tempat rahasia itu di dalam jantung. Maka jikalau tiada rahasia Allah itu, tiadalah bathin dan zahir ini berkehendak, karena pada hakekatnya rahasia Allah itulah menjadi kehendak segala manusia dan binatang. Akan tetapi awas, jagalah hukum syara’ (syari’at) yang difardhukan pada kita, maka dari tiliklah dan perhatikan bersunguh-sungguh perkara yang tersebut di atas.
Maka barang siapa menilik sesuatu tiada melihat ia akan Allah di dalamnya, maka tiliknya itu batil atau syirik, karena ia tiada melihat akan Allah Ta’ala.
Berkata Saidina Abu Bakar Siddik r.a : ﻮﻤﺎﺮﺍﻳﺖ ﺷﻳﺎﺀﺍﻶ ﻮﺮﺍﻳﺖﺍﷲ
Artinya : Tiada aku melihat akan sesuatu melainkan Allah yang aku lihat Allah Ta’ala terlebih dahulu.
Kata Umar Ibnu Khattab r.a : “MAA RAAITU SYAIAN ILLA WARAAITULLAHU MA’AHU”
Artinya : Tiada aku lihat sesuatu melainkan aku lihat Allah kemudiannya.
Kata Usman Ibnu Affan r.a : ﻮﻤﺎﺮﺍﻴﺕ ﺘﺒﻳﺎ ﺍﻶ ﻮﺮﺍﻴﺕ ﺍﷲ ﻤﻌﻪ
Artinya : Tiada aku melihat sesuatu melainkan yang aku lihat Allah besertanya.
Kata Ali Ibnu Abi Talib r.a : ﻮﻤﺎﺮﺍﻴﺕ ﺷﻴﺎﺀﺍﻶ ﻮﺮﺍﻴﺕ ﺍﷲ ﻓﻴﻪ
Artinya : Tiada Ku lihat sesuatu kecuali Allah yang kulihat di dalamnya.
Maka perkataan para sahabat itu agar berbeda, akan tetapi maknanya bersamaan.
Firman Allah di dalam Al-Quraan yang berbunyi : “WAHUWA MAAKU AINAMA KUNTUM”
Artinya : Ada hak Tuhan kamu
Firman Allah Ta’ala : “WAHI AMPUSIKUM APALA TUBSIRUN”
Artinya : Ada Tuhan kamu di dalam diri kamu, mengapa tidakkah kamu lihat akan Aku kata Allah, padalah Aku terlebih hampir dari padamu matamu yang putih dengan hitamnya, terlebih hampir lagi Aku dengan kamu.
Kemudian dari itu hendaklah kita ketahui benar-benar akan diri ini mengapa kita ini menjadi hidup, melihat, mendengar, berkata-kata, kuasa memilih baik dan jahat, cuba renungkan sejenak, siapakah yang berbuat di balik kekuasaan kita ini.
Maka di sini kita kembalikan saja kepada pasal rahasia yang telah lalu, sebutannya pasti kita bertemu dengan Allah atau Mi’raj dengan Dia.
Maka barang siapa tiada mengetahui perkara ini, tiada sempurna hidupnya dunia dan akhirat dan jikalau dia beramal apa saja semua amalannya itu syirik, maka dari itu hendaklah kita ketahui benar-benar apa asalnya yang menjadi nyawa dan roh itu.
Yang menjadi Nyawa dan Roh itu ialah ZADTULLAHITA’ALA daripada Ilmunya dan Roh sekalian alam.
Seperti sabda nabi kita “ANA ABUL BASYARI”
Artinya : Aku Bapak segala Roh dan Bapak segala Tubuh
Bermula sebenarnya Roh, tatkala di dalam tubuh, Nyawa namanya, tatkala ia berkehendak, Hati namanya, tatkala ia kuasa memperbuat, Akal namanya, maka kesemuanya itu adalah Rahasia Allah Ta’ala kepada kita. Maka barang siapa tiada tahu perjalanan ini, maka tiada sempurna hidupnya dunia dan akhirat.
Hidup ada nyawa itulah Muhammad dinamai akan dia bayang-bayang Ianya yang empunya bayang-bayang dan Idhofi, akan tetapi daripada Nur jua, karena tiada diterima oleh akal kalau bayang-bayang itu maujud sendirinya, kalau ada yang empunya bayang-bayang ialah Allah Ta’ala sendirinya.
Demi Allah dan Rasulullah Islam dan Kafir, jikalau tiada tahu atau tiada percaya akan kejadian Nur itu perjalanan Roh, maka menjadi kafir lagi munafik. Karena apabila tiada tahu mengenal diri dan tiada tahu/tiada dapat membedakan antara Khalik dan Makhluk, maka amalan orang tersebut itu Syirik.
Peganglah nasihat seorang Al Arifbillah yang berbunyi demikian : “LATUHADDISUN NAASIBIMA LAMTUSLIHU AKWALAHUM ATURIDDUN AYYUKAZ ZIBULLAHAWARASULIH”
Artinya : Jangan kamu ajarkan akan manusia, akan ilmu yang tiada sampai akal mereka itu, adalah kamu itu nanti didustakannya oleh mereka itu Allah dan Rasulnya, maka orang itu kafir.
Jadi garis besarnya, apabila seseorang umpamanya, tiada biasa belajar Ilmu Usuluddin atau Sifat `20 (dua puluh) tiada boleh diajarkan akan Ilmu Rahasia yang tersebut di dalam buku ini.
Di Alam Keheningan kita temukan SANG KEKASIH SEJATI
Adalah fakta bahwa Rasulullah Muhammad tercipta sebagai manusia paling dimanja Allah swt. Beliaulah satu-satunya Nabi yang sering diberi anugrah tanpa harus mengajukan permintaan maupun wasilah syarat yang rumit demi terkabulnya semua harapannya. berikut sedikit bukti kongkritnya:
Ketika Musa merasa kebingungan dan khawatir terhadap perlawanan Fir’aun dan sekutunya , Musa meminta kepada Allah Swt agar dilapangkan dadanya demi kesuksesan dakwah yang ia emban. “Robbi srohli Sodri Wa Yassirli amri” Toha : 25. Sebaliknya, Allah telah lebih dahulu melapangkan dada Muhammad sebelum dihadapkan kepada orang-orang kafir, para pembangkang dan munafikun. “Alam Nasroh Laka Sodrok” Alinsiroh : 1.
Ibrahim merasa dirinya belum aman dari kriteria manusia-manusia yang terhina di hari kiamat kelak, ia pun meminta perlindungan Allah seraya berdo’a : “ Wala Tuhzinaa Yaumalqiyaamah” ali imron : 194 , Disisi lain Allah Swt telah memberi garansi dan berjanji kepada Muhammad beserta umatnya semenjak di dunia, terkait masalah perlindungan dari kehinaan di hari kiamat.“Yauma Layuhzi llahu Nabiyya”. Attahrim : 8.
Keistimewaan yang tersirat dari sosok Muhammad di antara para Rasul dan Nabi lainnya adalah : Bahwa semua mukjizat yang Allah berikan kepada para Nabi sejak Adam sampai Muhammad, Karomah para Wali dan Maunah bagi orang awam di seluruh dunia ini merupakan pancaran dari hakikat mukjizatNya Rasulullah Muhammad. Allah Swt berkata : “ Jika bukan karena Kamu, maka alam semesta ini tidak akan Aku ciptakan” – .
karena itu tidak ada satupun mukjizat para Nabi yang tidak dimiliki Muhammad.
Mukjizat Muhammad Anugrah Adam!!
Berikut sedikit bukti yang telah dan akan nyata atas keistimewaan mutlak seorang Rasulullah Muhammad bagi para Khalifah Allah di bumi ini:
Perihal keutamaan ilmu Adam dibandingkan malaikat sampai perintah Sujud terhadap Adam. Ternyata Malaikat bersujud kepada “Nur Muhammad” yang telah Allah letakkan dalam diri Adam. Sudah jamak diketahui bahwa Nur Muhammad adalah mahluk pertama dari semua Ciptaan-Nya.
Mahar pernikahan dua sejoli yang bersemayam di surga ini adalah dengan membacakan “Sholawat kepada Rasulullah Muhammad”. Ketika Adam merasa bingung dengan kewajiban maharnya, Allah swt menunjukkan jalan keluarnya, yaitu dengan menyuruh Adam agar berwasilah melalui kekasihNya “Habibullah” Muhammad. Wasilah Adam kepada Allah dengan ‘derajat keutamaan Habibullah yang tidak diketahui hakikatnya kecuali DIA”.
Adam merasa heran atas perlakuan Khusus Allah swt terhadap Muhammad setelah melihat tembok arsy yang tertulis nama Muhammad bersanding dengan asma Allah. Adam pun bertanya langsung kepada sang Khaliq perihal tulisan itu. Allah Swt menjawab :” dia adalah kekasihku “Habibullah”, Muhammad adalah salah satu dari keturunanmu yang akan diutus sebagai nabi terakhir, walaupun nabi terakhir, Muhammad adalah Pioner dari para utusanku di akherat kelak. Dan Aku menciptakan alam semesta seisinya ini semata-mata hanya untuk dia”.
Keistimewaan derajat Muhammad pula yang menjadi wasilah ampunan Adam saat Adam dan Hawa terusir dari Surga. Sampai akhirnya dua sejoli ini diampuni dan dipertemukan kembali di tanah Arofah tepatnya di jabal Rahmah.
Pengakuan dan pengukuhan bahwa Muhammad adalah keturunan terbaiknya. Hal ini dinyatakan langsung oleh Adam ketika Rasulullah Muhammad melangsungkan Isra’ Mi’rajnya dan menemui beberapa Nabi, termasuk Adam.
Syafaat Udzma, Hanya Rasulullah Muhammad yang sanggup memberikan pertolongan kepada umat manusia dihari kiamat kelak. Tatkala semua Nabi termasuk Adam menolak memberikan syafaat kepada umatnya, mereka gelisah dengan keselamatannya sendiri-sendiri. Sementara Muhammad – sang wasilah agung ini memanggil-manggil pengikutnya – : “ummati- ummati” – mengharap ampunan terhadap umatnya terutama ahli maksiat. Beliaulah satu-satunya Nabi yang berani mengorbankan dirinya di hari yang paling mengerikan itu. Karena alasan ini pula mengapa umatnya wajib mencintai Rasulullah, lebih dari harta, keluarga bahkan nyawa kita sendiri. Beliau lah sang penyelamat dan wasilah agung di hari dimana harta dan anak tidak lagi bermanfaat kecuali mereka yang datang dengan hati yang selamat. – Ya Rasulallah.
Gelar Habib sebenarnya sudah sangat mulia dan lebih dari cukup. Diantara makna Habib adalah kekasih sejati, pecinta yang merasakan apapun yang dirasa sang kerkasih, dan memberikan apapun yang di mau tanpa harus dimintai dahulu. Berbeda dengan gelar Khalil yang disematkan kepada Ibrohim, Khalil hanyalah teman mulia saja, bandingkan dengan Kekasih sejati. Tidak salah jika Adam sering meminjam perantara Habib ini kepada Allah Swt.
Disamping sebagai Habib, Rasulullah Muhammad pun diberi gelar SAYYYED –sang pemimpin/ ketua besar- bagi seluruh umat manusia semenjak Adam sampai hari akhir kelak. Dalam satu riwayat beliau berkata : Ana Sayyidu walidibni Adam Wala Fakhr– Alhadis. Hadis ini pula yang memansuh / menghapus dilarangnya memberi gelar SAYYID kepada Rasulullah saat kita membaca sholawat setelah Tasyahhud dalam Sholat. ucapkanlah : Allahumma Solli ala Sayyidina Muhammad wala alih.
Ringkasan singkat ini hanyalah gambaran sangat kecil dari semua Rahasia keistimewaan Muhammad yang takkan pernah habis tertulis bahkan oleh lautan tinta. Sesuatu yang tidak dapat diambil hikmah dan manfaatnya secara penuh, hendaknya jangan kau tinggalkan semuanya. Semoga cinta sejati kita kepadanya benar adanya, bukan sekedar pemanis bibir dan perlawanan bodoh lagi sadar yang sering membuat Beliau terluka dan menangis di alam sana
menarik sekali pak hartono blog nya, apa saya bisa minta no hp bpk ? utk belajar dana menimbah ilmu.
BalasHapusIngin sekali berguru.. 🙏
BalasHapusTrima kasih ulasannya
BalasHapus