Umur menjadi tolak ukur diri kita akan termasuk ke dalam golongan orang yang beruntung ataukah merugi. Karenanya Allah dalam Al Quran bersumpah menggunakan Waktu Fajar, Dhuha, Subuh, dan Malam, agar kita mengetahui nilainya dan supaya kita tidak melakukan suatu amalan kecuali amal kebaikan saja. Umur kita ini, jika kita tanam di dalamnya suatu kebaikan, maka kita akan termasuk golongan orang-orang yang diseru Allah di dalam firman-Nya:
كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ
"Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu". (QS. Al Haqqah:24)
Namun jika kita menanam amalan kesia-siaan, dan kemaksiatan maka akan diserukan kepada kita:
أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ
“Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang lalim seorang penolongpun” (QS. Fathir: 37)
Problem Besar
Problem besar setiap manusia adalah umurnya terbatas hanya beberapa tahun dan beberapa hari saja, dan bahkan terkadang tinggal sekejap saja. Tidak bisa ditambah meski hanya sedetik. Umur kita sebagai sangatlah ringkas dibanding dengan umur umat sebelum kita. Mereka memiliki umur ratusan tahun, sementara umur kita sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ، وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذلِكَ
“Umur umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Sedikit mereka yang bisa melampaui itu.” (Hadist Hasan riwayat Turmudzi)
Tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali harus pandai menginvestasi umur kita dengan amalan-amalan yang berlipat pahalanya. Umur pendek, namun amalan laksana umur ribuan tahun.
Amalan dalam menjalani umur yang ada
1. Selalu berharap pahala pada setiap perkatan dan perbuatan
Dalam tidur, makan, minum, bekerja, bahkan mencari nafkah sekalipun niatkan mendapatkan pahala Allah semata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Sa’d bin Abi Waqqas, “Sungguh tidaklah engkau mencari nafkah karena mencari ridha Allah melainkan engkau akan diberikan pahala karenanya, hingga saat engkau berhubungan badan dengan istri (engkau juga akan mendapatkan pahala juga).” (HR. Bukhari)
2. Silaturahmi
Dari Abdullah bin Mas’ud ra bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِلَةُ الرَّحِمِ تَزِيدُ فِي الْعُمُر
“Silaturahmi akan memanjangkan umur.” (Shahih Jami’)
3. Berakhlak yang baik
Dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي مِيْزَانِ الْعَبْدِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat di dalam mizan (timbangan) seorang hamba di hari kiamat dari akhlak yang baik.” (HR. Ahmad dishahihkan Al Albany)
Dan bahkan seseorang yang berakhlak mulia akan mendapatkan pahala orang yang di siang hari berpuasa dan malam harinya shalat malam, sebagaimana sabda Rasulullah:
إِنَّ المُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصّائِمِ الْقَائِم
“Sungguh seorang mukmin karena akhlak baiknya, akan mendapatkan derajat orang yang puasa dan shalat malam.” (Shahih Sunan Abu Dawud dari riwayat ‘Aisyah)
4. Berbuat baik kepada tetangga
Rasulullah bersabda, “Silaturahmi, berakhlak yang baik, dan berbuat baik kepada tetangga akan memakmurkan rumah, dan memperpanjang usia.” (Shahih Jami’ dari riwayat ‘Aisyah)
Dikatakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ada seorang wanita yang senang bangun malam, berpuasa di saing harinya, beramal dan bersedekah namun menyakiti tetangga melalui lisan (perkataannya). Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada kebaikan padanya, dan wanita itu termasuk penduduk neraka.” (HR. Ahmad, Al Bazar, dan Ibnu Hibban di dalam Shahihnya, serta Hakim. Dia berkata: Sanadnya shahih)
5. Shalat jamaah di masjid
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَرْدِ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَة
“Shalat Jamaah lebih utama dari pada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.” (Muttafaqun ‘Alaih)
Seandainya ada dua orang yang meninggal dengan satu usia tertentu, sementara orang pertama terbiasa shalat fardhu sendirian di rumahnya sepanjang hidup, sedang yang kedua terbiasa shalat jamaah di masjid maka total pahala antara keduanya sangat jauh sekali perbedaannya. Karena orang kedua memiliki total pahala dua puluh tujuh kali lipat dari yang pertama.
6. Keluar pergi ke masjid dalam keadaan suci
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّراً إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ الْمُحْرِمِ
“Barang siapa yang keluar rumah untuk menunaikan shalat fardhu (di masjid) dalam keadaan suci, maka pahalanya laksana pahala orang haji yang memakai pakaian ihram.” (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Al Albany)
7. Memperbanyak shalat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi
Satu shalat di masjidil haram lebih utama dari seratus ribu shalat di masjid lain. Maka dua rakaat shalat yang dikerjakakan di masjidil haram laksana pahala shalat yang ditunaikan selama 46 tahun di selainnya, dan sepuluh rakaat di masjidil haram pahalanya adalah pahala satu juta rakaat shalat di tempat selainnya.
8. Shalat sunnah di rumah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat sunnahnya seseorang saat tidak diketahui orang lain sebanding dengan shalatnya saat diketahui orang lain sebanyak dua puluh lima.” (Shahih Jami’ dari Shuhaib)
9. Shalat Isya’ dan Shubuh berjamaah
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu anhu berkata, bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapa yang shalat isya berjamaah seakan ia shalat separuh malam, dan siapa yang shalat isya dan subuh berjamaah seakan ia shalat sepanjang malam.” (HR. Bukhari Muslim)
10. Datang ke masjid untuk belajar maupun mengajar ilmu agama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لاَ يُرِيدُ إِلاَّ أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْراً أَوْ يُعَلِّمَهُ «يَعْمَلَهُ» كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامّاً حَجَّتُهُ
“Siapa yang pergi ke masjid dan tidak bermaksud melainkan untuk belajar maupun mengajar kebaikan maka pahalanya seperti pahala orang yang haji yang sempurna ibadah hajinya.” (HR. At Tabrany dishahihkan oleh Al Albany)
Masih banyak amalan-amalan lain yang berlipat ganda pahalanya, seperti shalat dhuha, ibadah haji, umrah di bulan ramadhan, menjawab ucapan muadzin, puasa Syawal, puasa baidh, puasa Arafah, Lailatul Qadar, membaca al Quran, membaca tasbih dan istighfar, bersedekah dan sebagainya. Semoga Allah memperpanjang umur kita dengan amalan-amalan yang berlipat ganda.
Misteri Umur, Yang Penting Berkah
Umur manusia adalah perkara ghaib dan merupakan rahasia Allah SWT. Tak seorangpun tahu berapa panjang usia yang dijatahkan untuknya.
Meski Umur termasuk perkara ghaib, beberapa ulama besar mencoba membahasnya. Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad, misalnya, mengkaji masalah umur melalui karyanya, Sabilul'Iddikar wal I'tibar bima Yamurru bil-Insan wa Yanqadhi lahu minal-A'mar(Jalan Menuju Peringatan dan Perenungan tentang Tahapan Usia yang Dilalui Manusia). Ia membagi umur dalam lima tahapan.
- Sejak Allah SWT menciptakan Nabi Adam AS dan membekalinya dengan keturunan.
- Kedua, terhitung sejak seorang manusia terlahir dari rahim ibunya hingga ajal menjemput.
- Dimulai sejak kebangkitan manusia dari alam dunia melalui kematian sampai bertiupnya sangkakala Malaikat Israfil di Padang Mahsyar. Umur ketiga adalah masa penantian seseorang di alam barzakh.
- Berlangsung sejak seorang manusia dibangkitkan dari alam barzakh, bersamaan dengan ditiupnya sangkakala yang kedua hingga manusia melangkah di atas shirath al-mustaqim.
- Dimulai sejak seseorang memasuki pintu surga, atau terjatuh di jurang neraka.
Usia umat Rasulullah SAW tidaklah sepanjang usia umat-umat terdahulu. Dalam sebuah hadist disebutkan, usia mereka umumnya antara 60 sampai 70 tahun.
Rasulullah SAW pernah mengadukan pendeknya usia umat beliau itu kepada Allah SWT. Dengan penuh kasih, Allah SWT menjelaskan, meski usia umat Islam lebih pendek dari umat lain, Allah SWT telah menganugrahkan banyak keutamaan. Diantaranya Lailatul Qadar, malam yang nilainya lebih dari seribu bulan.
Masa muda dan masa dewasa merupakan fase terpenting dalam kehidupan manusia. Mengenai pentingnya masa muda, seorang bijak mengatakan, "Jika engkau tak bisa meraih kemuliaan di hari mudamu, tak akan mulia hidupnya sampai tua".
Yang sangat penting diingat, setiap orang akan diminta pertanggungjawaban tengtang umur yang dianugrahkan kepadanya. Rasulullah SAW bersabda, "Tak akan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara, yaitu tentang umurnya, dihabiskan untuk apa; tentang masa mudanya, dipergunakan untuk apa; tentang hartanya, darimana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan; dan tentang ilmunya, apakah sudah diamalkan". (HR At-Tarmidzi).
Melipat Kasur
Dalam Islam, usia 40 tahun dianggap sebagai usia yang istimewa. Ia dipandang sebagai tonggak awal kemapanan seseorang. Rasulullah SAW pun diangkat sebagai Nabi oleh Allah SWT pada usia 40 tahun. Bagi kaum sufi, usia 40 tahun dianggap sebagai pintu gerbang menuju Allah SWT. Seorang sufi besar, Syaikh Abdul Wahhab bin Ahmad Asy-Sya'rani, dalam kitab Bahrul Maurud, menulis, "Telah diambil perjanjian dari kita, apabila umur telah mencapai 40 tahun, hendaklah bersiap-siap melipat kasur dan selalu ingat pada setiap tarik nafas, bahwa kita sedang berjalan menuju akhirat, sampai tak merasa tenang lagi rasanya hidup di dunia". Yang dimaksud dengan "melipat kasur" ialah mengurangi tidur untuk memperbanyak ibadah.
Setelah melampaui fase kedewasaan, kaum muslimin memasuki fase persiapan menghadapi kematian, yakni pada usia 60 sampai 70 tahun. Sabda Rasulullah SAW, "Masa penuaan umur umatku dari 60 hingga 70 tahun". (HR Muslim dan An-Nasa-i).
Oleh karena itu , amat sangat keterlaluan orang-orang yang sudah berusia diatas 60 tahun tapi masih juga melakukan maksiat. Sabda Rasulullah SAW, "Allah SWT tidak akan menerima dalih seseorang sesudah Dia memanjangkan usianya hingga 60 tahun". (HR Al-Bukhari).
Usia lanjut juga merupakan sebuah keistimewaan. Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah SAW menyampaikan firman Allah SWT, "Demi kemuliaan-Ku, keagungan-Ku, dan kebutuhan hamba-Ku kepada-Ku, sesungguhnya Aku merasa malu menyiksa hamba-Ku, baik laki-laki maupun perempuan, yang telah beruban karena tua dalam keadaan muslim". Dalam hadits lain beliau bersabda, "Sebaik-baik diantara kalian ialah orang yang panjang umurnya dan baik pula amalannya". (HR At-Tarmidzi).
Namun Al-Quran juga berulang kali memperingatkan akan datanya ketuaan dan kepikunan. Misalnya dalam surah An-Nahl ayat 70, "Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu. Dan diantara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah, supaya tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa".
Kepikunan yang mengiringi ketuaan itulah yang ditakuti oleh Rasulullah SAW, sehingga beliau selalu berdo'a, "Aku berlindung kepada-Mu dari usia yang paling hina".
Suatu kali Ma'an bin Zaidah mendatangi Al-Makmun. Makmun bertanya,
- "Bagaimana keadaanmu di usia tua renta ini?". Ia menjawab, "Aku bisa jatuh hanya karena tersandung kotoran unta, dan cukup diikat hanya dengan sehelai rambut".
- "Bagaimana keadaanmu dalam makanan, minuman dan tidurmu?"
- Ia menjawab,"Bila lapar, aku marah; dan bila makan, aku merasa jengkel. Bila berada di antara orang-orang, aku mengantuk; dan bila di atas kasurku, aku terjaga".
- "Bagaimana keadaanmu dengan para wanita?"
- Ia menjawab, "Kalau wanita yang buruk rupa, aku tidak menginginkan mereka; sedangkan para wanita yang cantik tidak menginginkanku".
- Makmun berkata, "Kalau begitu tidak pantas orang sepertimu dianggap muda".
- "Lipat gandakanlah imbalan untuknya dan haruskanlah ia menetap di rumahnya. Biarkan masyarakat yang mengunjunginya, dan jangan biarkan ia mengunjungi siapapun".
- Sejak zaman Rasulullah SAW sampai kini, ada orang-orang yang dianuggrahi Allah SWT umur panjang dari orang-orang pada umumnya. Dan mereka mengisinya dengan berbagai kebaikan, sehingga hidup mereka penuh berkah dan tercatat dalam sejarah. Mereka inilah yang dimaksud dalam hadits Nabi, "Sebaik-baik kalian adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya".
Disamping itu ada pula orang-orang yang usianya pendek tapi juga sangat berarti, karena dipenuhi berbagai amal yang diridhai Allah SWT. Mereka yang tergolong dalam kelompok ini pun namanya terabadikan dalam sejarah, dan senantiasa dikenang orang.
Usia Sahabat Nabi
Diantara para sahabat Nabi yang dianugrahi usia panjang adalah Anas bin Malik, salah seorang sahabat utama, perawi hadits terkenal, dan pelayan Rasulullah SAW.
Anas lahir pada tahun ke 10 sebelum HIjrah. Sejak kecil ia sudah memeluk Islam, dan terus melayani Rasulullah SAW sampai beliau wafat. Kurang lebih 10 tahun lamanya ia melayani Rasulullah SAW, yaitu selama beliau menetap di Madinah.
Ibunya yang mula pertama membawanya menghadap Rasulullah SAW agar dapat melayani beliau. Anas bangga menyandang predikat "pelayan Rasulullah", karena kedudukan itu memang suatu kemuliaan.
Ia adalah sahabat yang terbanyak memiliki anak,berkat do'a Nabi SAW. Suatu ketika ibunya memohon agar Rasulullah SAW mendo'akannya. Maka beliaupun mendo'akan Anas, "Ya Allah, berilah rizqi anak dan harta kepadanya, dan berkahilah dia". Dalam redaksi yang lain, do'a beliau sebagai berikut, "Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya, dan masukkanlah ia ke dalam surga".
Anas adalah sahabat yang terakhir wafat di Basrah. Menurut riwayat yang paling kuat, ia wafat pada tahun 93 H/711 M dalam usia 103 tahun. Ia wafat setelah menjalani kehidupan penuh perjuangan. Ia kaya dengan ilmu, dan sarat dengan amal. Di saat ajal hendak menjemput, ia berkata, "Talqinkanlah aku dengan ucapan La ilaha illallah". Dan kalimat tauhid itu terus diucapkannya hingga ruh berpisah dari jasadnya.
Ada pula tokoh yang usianya tidak panjang tetapi penuh dengan keberkahan dan kehidupannya tetap dikenang orang dari zaman ke zaman. Salah satunya adalah Umar bin Abdul Aziz, yang pada tahun 99 H/717 M terpilih sebagai khalifah menggantikan Khalifah Sulaiman. Ketika itu usiannya 37 tahun. Ia dipandang sebagai khalifah paling adil dan paling sederhana di antara semua khalifah Bani Umayyah.
Umar juga menghentikan segala bentuk kemewahan para mantan khalifah, dan sebaliknya menghidupkan pengajian Al-Quran dan Sunnah. Ia juga melarang pengawal dan rakyat berdiri menghormatinya. Ketika orang-orang berdiri menghormatinya, ia berkata, "Jika kalian berdiri, kita semua berdiri, jika kalian duduk , kita semua duduk. Sepatutnyalah manusia hanya berdiri menyembah Allah, Tuhan sekalian alam. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan hal-hal fardhu dan menyunahkan hal-hal sunnah. Barang siapa mengambilnya, bertemulah dia dengan-Nya; dan barang siapa meninggalkannya, binasalah dia".
Di Bawah 60 Tahun
Para salaf shalih yang beumur panjang dalam keadaaan ibadah dan taat kepada Allah menganjurkan para pemuda untuk memanfaatkan masa muda mereka, "Pergunakanlah masa muda kalian sebelum kalian menjadi seperti kami saat ini". Maksud mereka, di usia yang tua renta nan lemah tidak dapat melakukan banyak amal shalih padahal di usia mereka yang demikian mereka telah mendahului para pemuda dalam berlomba-lomba menuju jalan Allah dan bersungguh-sungguh dalam mentaati-Nya.
Usia yang panjang dalam beribadah kepada Allah memang sangat diinginkan dan terpuji. Nabi SAW bersabda,"Janganlah seorang di antara kalian menginginkan kematian. Kalau ia memang orang baik, semoga ia mendapat tambahan; kalau ia pendosa, semoga ia dapat bertaubat".
Namun dalam Islam, bukan usia panjang yang terpenting, melainkan keberkahan usia. Keberkahan ditandai dengan bagusnya amal ibadah dan akhlaq serta karya yang bermanfaat bagi generasi sesudahnya.
Semoga Allah SWT selalu bersama kita. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar