REKAN sekerja yang sangat iri hati dapat dengan mudah dikenali karena dia akan selalu berkompetisi dengan Kita dalam segala hal yang Anda lakukan. Musuh-musuh ini sering membuat Kita berada dalam masalah, bahkan sampai menyepelekan prestasi Kita. Lepas dari itu, musuh-musuh Kita yang iri hati dapat merupakan hambatan bagi kemajuan karier Kita dan mereka bahkan menyusun siasat untuk menjatuhkan Kita. Musuh dalam selimut akan menunggu kesempatan untuk membeberkan kejelekan, kegagalan, ataupun kesalahan yang Kita lakukan. Musuh tipe seperti ini merupakan musuh yang paling berbahaya.
Untuk menghadapi musuh dalam selimut, yaitu: jinakkan perasaan iri hati mereka, atau berikan perlawanan terhadap usaha mereka. Sebelumnya ada beberapa pertanyaan yang harus Kita jawab sehubungan dengan sikap teman yang iri.
Adakah perilaku Kita yang salah? Apakah Kita melakukan sesuatu yang membuat mereka iri hati? Apakah Kita meremehkan rekan sekerja atau apakah Anda menyombongkan keberhasilan Kita?,
Pertanyaan-pertanyaan diatas harus Anda tanyakan kepada diri sendiri bila tidak ingin membuat orang lain membenci Kita.
- Bila Kita menyadari kekurangan Kita, usahakan untuk mengubahnya. Bersikaplah baik dan rendah hati. Bangun rasa percaya diri rekan sekerja dengan menceritakan pengalaman atas keberhasilan yang Kita capai dan ajarkan rekan sekerja cara mencapai suatu keberhasilan.
- Bila dulu Anda bersikap arogan, ubah sikap ini dan coba berdamai dengan musuh-musuh Anda. Perlihatkan perubahan yang tulus. Demi karier, reputasi, dan kesehatan jiwa, Anda harus hindari pertengkaran atau perasaan yang tidak sehat di lingkungan kerja.
- Bila Kita melakukan suatu tindakan karena mengkhawatirkan apa yang akan dilakukan oleh rekan sekerja terhadap karier Kita, hal ini dapat langsung mereka kenali. Coba lakukan perubahan dengan tulus karena hal ini merupakan sikap yang profesional.
- Berperilaku baik agar rekan sekerja menghargai Kita Apakah Anda selalu ingin menang? Tidak ada kata-kata terlambat untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu; setiap orang dapat melakukannya.
- Jadilah orang yang selalu mengutamakan tim kerja ataupun yang mengutamakan anak buahnya. Tidak ada yang lebih penting daripada memberikan dukungan kepada orang-orang di sekitar Kita. Mencoba menjauhkan diri dari rekan yang iri hati justru akan membuatnya semakin iri dan semakin membenci Kita.
Macam-macam arti penyakit hati dan sifat buruk manusia :
1. Iri Hati
Iri hati adalah suatu sifat yang tidak senang akan rizki / rejeki dan nikmat yang didapat oleh orang lain dan cenderung berusaha untuk menyainginya. Iri hati yang diperbolehkan dalam ajaran islam adalah iri dalam hal berbuat kebajikan, seperti iri untuk menjadi pintar agar dapat menyebarkan ilmunya di kemudian hari. Atau iri untuk membelanjakan harta di jalan kebenaran.
2. Dengki
Dengki adalah sikap tidak senang melihat orang lain bahagia dan berusaha untuk menghilangkan nikmat tersebut. Sifat ini sangat berbahaya karena tidak ada orang yang suka dengan orang yang memiliki sifat seperti ini.
3. Hasut / Hasud / Provokasi
Hasud adalah suatu sifat yang ingin selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar amarah / marah orang tersebut meluap dengan tujuan agar dapat memecah belah persatuan dan tali persaudaraan agar timbul permusuhan dan kebencian antar sesama.
4. Fitnah
Fitnah lebih kejam dari pembunuhan adalah suatu kegiatan menjelek-jelekkan, menodai, merusak, menipu, membohongi seseorang agar menimbulkan permusuhan sehingga dapat berkembang menjadi tindak kriminal pada orang lain tanpa bukti yang kuat.
5. Buruk Sangka
Buruk sangka adalah sifat yang curiga atau menyangka orang lain berbuat buruk tanpa disertai bukti yang jelas.
6. Khianat / Hianat
Hianat adalah sikap tidak bertanggungjawab atau mangkir atas amanat atau kepercayaan yang telah dilimpahkan kepadanya. Khianat biasanya disertai bohong dengan mengobral janji. Khianat adalah ciri-ciri orang munafik. Orang yang telah berkhianat akan dibenci orang disekitarnya dan kemungkinan besar tidak akan dipercaya lagi untuk mengemban suatu tanggung jawab di kemudian hari.
MAKA YANG HARUS KITA LAKUKAN ADALAH ;
Kenalilah rekan yang suka iri hati,
Bila Anda dapat mengenali rekan sekerja atau bawahan yang tidak puas dan dapat merasakan bahwa kemungkinan dia akan membenci Anda, Anda dapat mencegah perasaan iri hatinya. Sekali-sekali berikan pujian. Bersikap rendah hati serta kenali perasaan iri hatinya dan antisipasi.
Luangkan waktu
Sempatkan diri untuk memberikan selamat kepada rekan sekerja atas keberhasilan yang mereka capai. Kita sendiri harus berusaha untuk tidak iri hati karena perasaan iri hati sangat mudah terlihat oleh orang lain. Bila Kita memiliki perasaan iri atau memperlihatkan perilaku yang negatif, Kita akan mendapatkan respons yang serupa.
Melakukan perlawanan
Bila Kita tidak sanggup menjinakkan perasaan iri hati dari rekan sekerja, Kita harus melakukan sesuatu demi reputasi Kita. Bila Kita difitnah, Kita harus dapat membuktikan bahwa apa yang dikatakan orang mengenai diri Kita tidak betul.
Jangan balas fitnahan dengan fitnahan karena hal ini hanya memperburuk keadaan. Jangan berhenti memberikan pujian kepada rekan sekerja atas prestasinya, selalu tersenyum dan bersemangat, kerja keras dan hindari gosip dan bergosip.
Dukungan dari pimpinan
Salah satu yang harus dilakukan bila Kita akan membela diri Kita adalah mencari dukungan pimpinan karena hal ini dapat membuat rekan sekerja yang iri hati kepada Kita menjadi segan dan tidak berani menciptakan masalah.
Jangan lemah dan rapuh
Bicarakan permasalahan yang Kita hadapi dengan atasan Kita di ruang tertutup dengan cara yang resmi. Utarakan kekhawatiran Kita dan selalu sampaikan setiap kemajuan yang Kita rasakan. Sesakit apapun perasaan Kita atas ulah teman yang iri, jangan perlihatkan sikap Kita yang lemah dihadapan atasan dan teman-teman.
Catat setiap perselisihan
Catat setiap masalah yang terjadi antara Anda dan rekan sekerja Anda yang iri hati untuk menjadi bukti bila diperlukan. Usahakan untuk bersikap profesional. Bila dia bersikap kasar jangan terpengaruh dan kendalikan diri Anda. Bila Anda terpancing melakukan suatu tindakan yang tidak terpuji maka hal ini akan merugikan karier Kita.
Jangan mengancam
Hindari sikap mengancam ataupun sikap yang membuat musuh Kita tak berdaya. Kita perlu ingat bahwa Kita mencoba menghindari pertengkaran besar oleh karena itu beri kesempatan kepada musuh Kita untuk mundur.
Beri kelonggaran agar hubungan Kita tetap baik. Bila tiba-tiba musuh Kita bersikap manis dan ramah, Kita tidak perlu curiga. Mungkin dia berusaha untuk minta maaf dengan caranya tanpa mengorbankan harga dirinya. Sebaiknya Kita terima usahanya tersebut agar perselisihan Kita tidak meruncing.
Lakukan yang terbaik
Berhadapan dengan rekan sekerja yang iri hati sering membuat Kita berada dalam situasi yang sulit untuk menghindarinya. Berusahalah untuk menjadi pemain tim yang baik dan kurangi perasaan iri hati mereka sebelum timbul masalah. Antisipasi segala sesuatu yang bersifat negatif sedini mungkin
Menyikapi Orang yang Sirik,Iri atau Dengki
Sirik atau Iri hati dan Dengki adalah perasaan tidak senang dengan kelebihan atau kemajuan orang lain.Dalam agama Islam hal ini disebut sebagai penyakit hati.
Layaknya penyakit sudah pasti akan menggerogoti badan dan jiwa si penyandang sifat iri dan dengki.Sifat dan perilaku sirik termasuk kepada tingkah laku yang jahat,sangat jahat dan berdosa.
Dalam pola pikir yang butek,cetek dan dangkal lalu disikapi dengan tingkah yang jahat,biasanya orang yang sirik dan dengki kepada orang yang ditujunya selalu diiringi dengan perbuatan jahat.Yaitu perbuatan yang berusaha untuk menghancurkan yang ditujunya.
Kondisi iri dengki dan sirik ini biasanya hinggap di jiwa yang kerdil,pikiran yang dangkal dan kurang ilmu.Termasuk kepada orang yang kurang pergaulan.
Menghadapi orang macam demikian bila terjadi kepada diri kita,sebaiknya kita acuhkan saja.Tidak usah dilayani,hindari saja dan jangan coba-coba menasehati,karena jika kita menasehati,alih-alih akan berubah sifat dan wataknya sebagai ahli dengki,malahan bisa lebih parah menyerang kita dengan tindakan yang jahat lainnya.
Bersikap biasa saja dan kita terus berlalu sesuai dengan prinsip hidup baik kita.Toh nanti semua yang punya sifat iri dengki dan sirikan kepada orang lain,akan musnah dengan sendirinya.
Entah nanti akan sakit sepanjang masa,atau beliau itu akan merugi dengan tingkah lakunya sendiri,seleksi alam akan berbicara.Yaitu rata-rata orang yang suka iri dengki hidupnya terus susah dan susah,hidupnya tidak mengenal kata gembira,senang atau hatinya riang apalagi bisa bahagia.Hatinya akan selalu gelap gulita,memandang semuanya dengan kegelapan,kemuraman dan panas membara membakar hati dan menggerogoti jiwa raganya.
Yang banyak terjadi kepada yang punya sifat iri dengki adalah akan terjadi "Senjata makan tuannya" yaitu akan celaka dengan kesirikpidikan dan sifat iri dengkinya sendiri.Badannya akan kurus kering karena sibuk hanya memikirkan diri orang lain.
Jiwanya akan kerontang karena sibuk menilai kejelekkan orang lain,pikirannya akan "miring'karena sibuk memikirkan kelebihan orang lain,dan kurang peduli kepada memikirkan perbaikan dirinya sendiri.
Orang yang sirik dan iri dengki hidupnya tidak akan maju,malah perlahan dan pasti hidupnya akan selalu hancur dan tertinggal terus dari orang yang dijahatinya.
Semoga diri kita dilindungi Tuhan agar tidak memiliki sifat iri dan dengki kepada orang lain.
Mengobati Penyakit Iri
Secara umum penyakit yang menimpa manusia terbagi dua: penyakit lahir dan penyakit batin (penyakt fisik dan penyakit hati).Para ulama menyebutkan bahwa penyakit hati jauh lebih berbahaya daripada penyakit fisik. Hal ini dilihat dari dampak dan pengaruhnya pada manusia di dunia dan akhirat. Kalau penyakit fisik maksimal berujung pada kematian, maka dampak dari penyakit hati kalau tidak sembuh di dunia bisa terus berlanjut hingga akhirat. Karena itu, ia lebih berbahaya dan merusak ketimbang penyakit fisik.
Di antara jenis penyakit hati adalah sombong, ujub, iri, dengki, tamak, dst. Jadi di antara bentuk penyakit hati adalah iri dan dengki. Dalam bahasa Arab atau bahasa agama ia disebut dengan hasad. Hasad adalah tidak senang melihat seseorang mendapatkan nikmat serta berharap agar nikmat tersebut lenyap. Dalam hal ini hasad berbeda dengan ghibthah. Sebab, ghibthah adalah berharap mendapatkan nikmat seperti yang didapat oleh orang tanpa menginginkan harta itu lenyap dari orang tadi. Inilah iri yang baik yang disebutkan oleh Nabi saw, "Tidak boleh iri kecuali pada dua orang: (1) orang yang diberi Alquran lalu ia menunaikannya pagi dan petang; (2) orang yang diberi kekayaan lalu ia menginfakkannya secara benar di waktu pagi dan petang."
Cara mengobati penyakit iri di antaranya dengan:
- Mengetahui bahaya hasad (iri) bagi diri dan amal salih hamba.
- Berdoa dan berlindung kepada Allah dari penyakit hasad.
- Tidak cinta dunia dan tidak berteman dengan para pecinta dunia.
- Menerima, ridho, dan percaya dengan semua ketentuan Allah, termasuk dalam urusan jatah rezeki yang diberikan kepada manusia dan kepada semua makhluk. Sebab orang yang iri dalam pengertian negatif pada hakikatnya ia tidak menerima ketentuan dan jatah yang sudah Allah tetapkan. Berarti pula ia menggugat ketentuan Allah.
- Mengharap balasan amal kepada Allah; tidak kepada manusia. Jadi kalaupun merasa kurang diapresasi di dunia oleh amal manusia, yakinlah bahwa amal kita selama itu baik akan diapresiasi oleh Allah Swt.
Larangan Untuk Saling Benci Dan Hasad (Dengki)
Kaum muslimin yang kami muliakan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat kepada umatnya agar tidak saling benci dan hasad di antara mereka. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَحَاسَدُوْا،
وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَلاَ تَقَاطَعُوْا،
وَكُوْ نُوْا عِبَادَ اللهِ إخْوَاناً
“Janganlah kalian saling membenci, saling hasad (dengki), saling memusuhi, dan saling memutuskan tali persaudaraan. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, X/481 dan Muslim, no. 2559)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berwasiat kepada kita agar kita berbuat baik kepada saudara kita, mencintai kebaikan untuk mereka sebagaimana kita senang jika kebaikan itu ada pada kita.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidak sempurna keimanan salah seorang di antara kalian sampai ia mencintai untuk saudaranya seperti apa yang dicintainya untuk dirinya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 13 dan Muslim, no. 45).
Sifat hasad akan mengurangi keimanan dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang umatnya agar tidak saling hasad diantara mereka. Oleh karena itu, sudah selayaknya kita berupaya melawan rasa hasad yang ada dalam hati kita dan berusaha menghilangkan pengaruhnya.
Berikut ini sebagian upaya yang dapat kita lakukan untuk mengatasi penyakit hasad.
Pertama, Ridha Terhadap Takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala
Setiap manusia yang lahir ke dunia, telah Allah tetapkan rezekinya. Dan sesungguhnya Allah membagi rezeki dan nikmat dengan ilmu-Nya. Dengan hikmah-Nya Allah melapangkan rizki-Nya kepada siapa saja yang Dia hendaki, dan dengan keadilan-Nya Dia tidak memberi kepada siapa saja yang Dia hendaki. AllahSubhanahu wa Ta’ala berbuat sekehendak-Nya, namun tidaklah sekali-kali Dia menzholimi hamba-Nya.
Kedua, Berdoa Kepada Allah.
Sesungguhnya Al-Qur’an adalah petunjuk dan obat penawar dari segala macam penyakit hati. Maka barangsiapa mendapati penyakit dalam hatinya, hendaklah dia mencari obat penawarnya dalam Al-Qur’an. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuji para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah berdo’a kepada Allah untuk memohon perlindungan dari sifat hasad (dengki) yang dapat memicu kebencian dan permusuhan diantara orang yang beriman.
Inilah sikap mulia orang-orang sholih sebelum kita. Sudah selayaknya kita meneladani mereka. Allah menceritakan kisah mereka dalam Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai pelajaran bagi kita semua. Mereka banyak berdo’a kepada Allah dengan mengucapkan:
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَ ِلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ
وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آَمَنُوْا
رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَحِيْمٌ (10)
“Ya Rabb Kami, berikanlah ampunan kepada Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb Kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10).
Ketiga, Sibukkan Diri Dengan Memikirkan Aib Sendiri
Sifat hasad biasanya akan menyibukkan hati dengan mencari-cari aib dan kesalahan orang lain. Maka solusi terbaik untuk menanggulanginya adalah mengingat kebaikan orang lain dan menyibukkan diri dengan memikirkan aib sendiri kemudian memperbaikinya.
Ada nasehat yang sangat indah dari ‘Abdullah Al-Muzanni rahimahullah. Beliau mengatakan,
Jika iblis memberikan bisikan kepadamu bahwa engkau lebih mulia dari muslim lainnya, maka waspadalah. Jika ada orang yang lebih tua darimu, maka katakanlah, “Orang ini telah mendahuluiku dalam beriman dan beramal sholih, maka dia lebih baik dariku.” Jika ada orang yang lebih muda darimu, maka katakanlah, “Aku telah mendahului orang ini dalam maksiat dan dosa, serta lebih pantas mendapatkan siksa dibandingkan dirinya, maka sebenarnya dia lebih baik dariku.
Demikianlah sikap yang seharusnya engkau perhatikan ketika engkau melihat yang lebih tua atau yang lebih muda darimu.” (Hilyatul Auliya’, 1/310)
Keempat, Selalu Bersyukur Dengan Yang Sedikit.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيْلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيْرَ
“Barangsiapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ahmad, 4/278. Hadits ini dinilai hasan oleh Al-Albanirahimahullah dalam As-Silsilah Ash-Shohihah, no. 667).
Kelima, Selalu Memandang Orang Yang Ada di Bawah.
Pada dasarnya, jiwa manusia memiliki tabiat menyukai kedudukan yang terpandang, dan tidak ingin ada yang menyaingi atau lebih tinggi darinya. Dari sanalah hasad ini biasanya muncul, karena sumber dari penyakit hasad adalah cinta terhadap perkara-perkara dunia, seperti cinta harta benda, kedudukan, jabatan, maupun pujian manusia. Oleh karena itulah, sifat hasad ini paling banyak menimpa orang-orang yang cinta jabatan dan kekuasaan.
Fudhail bin Iyadh rahimahullah mengatakan, “Tidaklah seseorang mencintai kekuasaan, melainkan pasti ia merasa iri dan dengki terhadap lawannya, suka mencari-cari aib orang lain, dan tidak suka bila kebaikan lawannya disebut-sebut.” (Disarikan dari Durus al-’Am, edisi terjemahan: Kultum Setahun jilid I, hal. 205, Abdul Malik bin Muhammad Abdurrahman al-Qasim).
Persaingan dalam perkara duniawi akan mengobarkan hasad dan melalaikan manusia dari nikmat-nikmat Allah yang telah dicurahkan padanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kepada kita untuk melihat orang-orang yang ada di bawah kita dalam perkara harta dan dunia. Hal ini akan menjadikan kita lebih ridha dan bersyukur dengan nikmat yang Allah limpahkan pada kita. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أسْفَلَ مِنْكُمْ
وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ،
فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ
“Pandanglah orang yang berada di bawah kalian (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah kalian memandang orang yang berada di atas kalian. Karena yang demikian itu lebih pantas agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada kalian.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2963)
Keenam, Berbuat Baik Kepada Orang Yang Kita Hasad Padanya
Mungkin ini adalah perkara yang paling berat untuk dilakukan, namun sungguh akan memberikan pengaruh yang luar biasa, dengan ijin Allah Ta’ala. Kita bisa berbuat baik dengan menebarkan salam atau saling memberi hadiah, yang semua itu akan memperkuat rasa persaudaraan dan menumbuhkan rasa kasih sayang. Kita juga berusaha mendo’akannya dengan kebaikan karena dengan mendoakan kebaikan kepada orang lain, kita akan mendapatkan kebaikan semisal dengan isi do’a kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ دَعْوَةَ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ مُسْتَجَابَةٌ لِأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ،
عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ بِهِ،
كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيْهِ بِخَيْرٍ، قَالَ: آمِيْنَ، وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Do’a seorang muslim kepada saudaranya ketika saudaranya tidak mengetahuinya adalah do’a yang mustajab (terkabulkan). Di sisinya ada malaikat yang bertugas mengaminkan do’anya. Tatkala dia mendo’akan saudaranya dengan kebaikan, Malaikat tersebut mengucapkan: Amin.., engkau akan mendapatkan yang semisal dengannya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrod, no. 625 dan Ahmad, no. 26279. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam Shohiih al-Adab al-Mufrod, no. 488)
Apabila ada yang bertanya, “Jika kita iri dengan orang yang pandai membaca Al-Qur’an dan kita ingin seperti dia, apakah ini juga terlarang?” Pertanyaan ini membutuhkan pembahasan tersendiri, silahkan membaca artikel berikut ini : Ghibthoh, Iri Yang Diperbolehkan
Wallahu a'lam bish-shawab. Wassalamu alaikum wr.wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar