Sabar adalah suatu kekuatan yang lahir dari lubuk hati, yang kemudian mempengaruhi jasmani dan rohani, sehingga lahirlah kesabaran jasmani dan kesabaran rohani. Dimaksudkan dengan kesabaran jasmani ialah kesabaran dalam melaksanakan kewajiban yang melibatkan anggota tubuh, seperti sabar dalam peperangan sabar dalam menahan sakit atau cobaan yang menimpa cobaan yang menimpa anggota tubuh. Dimaksudkan dengan kesabaran rohani ialah kesabaran yang berkaitan dengan kemampuan menahan keinginan hawa nafsu, seperti menahan kemarahan. menahan syahwat dan sebagainya
.
.
Dalam Al-Qur’an Allah memerintahkan menggunakan kesabaran, baik kesabaran jasmani maupun kesabaran rohani, karena kesabaran itu mempunyai kekuatan yang luar biasa. Di bawah ini penulis kutipkan beberapa ayat yang berkenaan dengan kesabaran:
Artinya :
- Wahai Nabi (Muhammad), kabarkanlah semangat para mu’min untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir, karena orang-orang kafir itu adalah kaum yang tidak mengerti. (al-Anfal [8]: 65).
- Sekarang Allah telah meringankan kamu, karena dia mengetahui bahwa ada kelemahan padamu. Maka jika di antara kamu ada seratus orang yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus (orang musuh), dan jika diantara kamu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al-Anfal [8]: 66).
- Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan s]bar dan shalat. Sungguh Allah beserta orang-orang yang sabar (Al-Baqarah [2]: 153).
- Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenamya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (Al-Baqarah [2]: 154).
- Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kepalaran, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Al-Baqarah [2]: 155).
- (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, “Inna lillahi wa innaa ilaihi raji’un”. (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. (Al-Baqarah (2): 156).
- Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-Baqarah [2]: 157).
Tafsir Mufradat:
SHABR: Sabar, berasal dari kosakata: shabara - Yashbiru - shabran, yang berarti: menahan, berani, bersabar.
Dalam Al-Qur’an, kata shabar diulang sebanyak 103 kali yang tersebar dalam 46 surat dan 101 ayat.
Menurut al-Ashfahani, kata “shabr” mempunyai arti yang berbeda-beda sesuai dengan objeknya.
Sebagian mufassir memberikan definisi “shabr” sebagai berikut: Shabr ialah menahan dari atau tabah dalam menghadapi kesulitan atau cobaan yang berat, baik cobaan jasmani maupun cobaan rohani.
MAUT: bentuk masdar (infinitif), berasal dari kosakata : maata - yamuut - mautan. Yang berarti hilangnya kekuatan dari sesuatu, lawan dari “hayyin” (hidup). Menurut Muhammad Ibrahim, maut ialah terpisahnya kehidupan dari sesuatu, lalu menjadi mati. Menurut al-Ashfahani, kematian itu merupakan akhir dari kehidupan di dunia yang fana ini untuk menuju kehidupan yang abadi. Kehidupan abadi itu tidak dapat ditempuh kecuali dengan kematian. Kematian adalah pintu masuk ke dalam kehidupan yang sempurna. Kesempurnaan hidup hanya dapat ditemukan di akhirat nanti. Tetapi kematian tidak dapat direncanakan, kapan harus mati, kapan mengakhiri kehidupan ini, sebab kematian itu hanya di tangan Allah SwT. Hanya Dialah yang menentukan mati dan hidup. Jika ajal sudah datang, tiada seorangpun dapat menundanya, atau mempercepatnya satu detik pun. (Yunus ([10] :49).
Sebab Nuzul ayat:
Menurut Ishaq bin Rahawaih dalam musnadnya, dari Ibni ‘Abbas ia berkata : setelah Allah SwT mewajibkan kepada kaum Muslimin agar setiap satu orang Muslim dapat mengalahkan sepuluh orang kafir, mereka merasa keberatan. Karena kesabaran kaum Muslimin sudah menurun, maka Allah SwT menurunkan beban kewajibannya, sehingga menjadi, setiap satu orang Muslim harus dapat mengalahkan dua orang kafir.
Lalu turunlah ayat:
“… Jika ada dua puluh orang yang sabar diantara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh…. (Al-Anfal [8]: 65). Lihat as-Siyuthi, 1954: 113).
Ayat tersebut memberikan pengertian bahwa kesabaran dalam peperangan pun mempunyai kekuatan yang luar biasa, dimaksudkan kesabaran dalam peperangan adalah keberanian dan keteguhan. Karena kesabaran kaum Muslimin sudah menurun, maka kekuatan melawan musuh pun menurun.
Munasabah
Pada ayat sebelumnya, telah dijelaskan bahwa Allah SwT, telah cukup sebagai pelindung bagi Nabi Muhammad saw, dan bagi kaum Muslimin. Kemudian pada ayat berikutnya (ayat 65 dan ayat 66), dijelaskan bahwa kaum Muslimin harus dapat mengalahkan musuh. Syaratnya ialah harus mempunyai kesabaran yang tinggi, tanpa kesabaran tidak mungkin dapat mengalahkan musuh, sebab kekuatan itu terletak pada kesabaran, yaitu keberanian dan tabah menghadapi segala macam cobaan.
Apabila memiliki kesabaran yang tinggi maka kekuatan melawan musuh menjadi luar biasa, dua puluh orang Muslim yang sabar, dapat mengalahkan dua ratus musuh, dan seratus orang Muslim yang sabar dapat mengalahkan seribu musuh, yaitu satu banding sepuluh. Karena kesabaran kaum Muslimin sudah menurun, maka seratus orang Muslim hanya dapat mengalahkan dua ratus musuh. Hanya satu banding dua.
Sekarang kaum Muslimin lebih lemah lag., Sebagai contoh negara-negara yang mayoritas berpenduduk Muslim di Timur Tengah, dapat dikalahkan dengan mudah oleh Israel yang jumlahnya lebih sedikit. Yang demikian itu karena imannya, kesabarannya, pengetahuan dan teknologinya sangat lemah.
Menurut Muhammad Rasyid Ridho,. Nabi saw diperintahkan agar mendorong kaum Mukminin untuk berperang untuk membela agama Allah, yakni untuk mempertahankan kebenaran dan keadilan, dan membasmi kebatilan dan kezaliman. Maka harus meperkuat diri lahir dan batin, jasmani dan rohani. Jasmani ialah kekuatan persenjataan dan pasukan, sedang rohani ialah kesabaran dan keimanan yang tinggi sehingga menjadi tabah dalam menghadapi segala macam cobaan dan penderitaan, sehingga jumlah yang sedikit dapat mengalahkan musuh yang jumlahnya lebih besar.
Pada ayat tersebut digambarkan : seratus kaum Mukminin yang sabar dapat mengalahkan seribu musuh atau satu orang Mukmin yang sabar dapat mengalahkan sepuluh orang musuh. Yang demikian itu karena orang-orang kafir pada waktu itu tidak menguasai strategi perang, sedang kaum Mukminin menguasainya dengan baik, juga mempunyai keyakinan bahwa membela agama Allah merupakan sarana untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, meraih keridaan Allah SwT, dalam menegakkan sunnah-Nya yang adil, dan memperbaiki kesejahteraan hamba-Nya, memperbaiki akhlak, menjaga hukum-hukum-Nya serta memperkuat persatuan kaum Muslimin yang abadi. Membela agama Allah SwT, paling tidak akan memperoleh dua keuntungan, yaitu : kemenangan dan kebahagiaan di dunia dna di akhirat.
Adapun orang-orang kafir dalam segala usahanya, hanya untuk meraih keduniaan dan hanya ingin memenuhi hawa nafsu dan syahwatnya, karena mereka mengingkari hari kemudian bahkan mengingkari Allah SwT dan lebih mencintai dunia
“Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi) manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka ingin diberi umur seribu tahun padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apayang mereka kerjakan” (Al-Baqarah [2] : 96).l
Kekuatan Sabar dan Shalat (2)
Lima ayat dari surat Al-Baqarah [2], yaitu ayat 153 sampai dengan ayat 157, merupakan satu kesatuan, baik dalam nadanya, susunan kata-kata dan kalimatnya, maupun maknanya. Permulaan ayat mengarah kepada akhir ayat dan penghabisannya kembali kepada permulaannya. Hal ini memberikan isyarat bahwa lima ayat tersebut diturunkan sekaligus, tidak terpisah. Nada ayat tersebut memberikan pengertian, bahwa lima ayat tersebut diturunkan sebelum ayat yang memerintahkan berperang, dan sebelum disyariatkan Allah untuk berjihad.
Di dalamnya terkandung isyarat bahwa orang-orang Mukmin mengalami cobaan dan musibah, seperti: mati, sakit, rasa takut, kelaparan dan sebagainya.
Sunnah (peraturan) Allah berlaku terhadap hamba dan makhluknya, tiada seorang pun dapat mengubah atau mengganti sunnah-Nya.
Cobaan yang menimpa seseorang berbeda dengan cobaan yang menimpa orang banyak. Cobaan yang menimpa orang banyak sangat besar pengaruhnya, dan berakibat merusak susunan kehidupan masyarakat, karena kerusakan yang menimpa mereka lebih besar. Cobaan yang menimpa orang banyak itulah yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah [2] ayat 153 -157.
Sebagian ulama berpendapat bahwa tidak selamanya cobaan itu berakibat buruk, melainkan di belakangnya terdapat hikmah yang sangat besar, yaitu mengingatkan manusia agar kembali kepada Allah SwT, kembali kepada Nur Ilahi, dengan memperbanyak ibadah dan meningkatkan takwa kepada-Nya.
Ayat-ayat tersebut membangkitkan kaum Mukminin dan menghapus rasa takut untuk menghadapi perang membela agama Islam, agama Allah SwT, apabila diperangi musuh-musuh Islam. Ayat-ayat tesebut juga memberikan isyarat bahwa dihadapan kaum Mukminin akan muncul suatu cobaan yang sangat dahsyat, yang harus dihadapi dengan kekuatan lahir dan batin, jasmani dan rohani, dengan kesabaran dan shalat dengan memohon rahmat dan hidayah kepada Allah SwT.
Dimaksudkan dengan “sabar” ialah tidak berputus asa dalam berusaha meraih kemenangan dan keuntungan serta tabah dalam menghadapi segala macam kesulitan dan cobaan, sedang yang dimaksudkan dengan shalat ialah suatu ibadah tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, serta dengan bertawajjuh (menghadap) kepada Allah SwT dan memohon ma’unah (pertolongan) kepada Allah SwT, agar diberi kekuatan lahir dan batin, sebab kekuatan itu hanya dari Allah SwT.
Kesabaran adalah karunia dari Allah SwT, yang sangat besar, dan merupakan sifat yang sangat terpuji, sehingga dalam Al-Qur’an disebutkan berkali-kali.
Dalam surat Luqman, Allah berfirman:
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting”. (Luqman [31]: 17).
Pada ayat tersebut Allah memerintahkan kepada kaum Muslimin agar mendirikan shalat, menyuruh berbuat kebaikan, meninggalkan kemungkaran dan bersabar dalam meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebab dalam shalat terkandung berbagai macam doa dan dzikir, sehingga orang yang mendirikan shalat, hatinya menjadi tenang, dan dekat kepada Allah SwT. Karena kedekatannya kepada Allah SwT, maka doanya terkabul cepat atau lambat, dan terjaga dari berbuat keji dan mungkar, sebagaimana diungkapkan dalam firman-Nya:
“Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-’Ankabuut [29]: 45).
Pada ayat lainnya Allah berfirman:
“Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar, dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (Fushshilat [41] : 35).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa hanya orang-orang yang sabar dan orang-orang yang beruntung besar, yang dianugerahi sifat-sifat yang baik. Pada ayat yang lain Allah berfirman:
“Katakanlah (Muhammad): Wahai hamba-hambaku yang beriman, tertakwalah kepada Tuhanmu. Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa hisab.” (Az-Zumar [39] : 10).
Karena sabar itu sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan dan keberuntungan, baik di dunia maupun di akhirat, maka Al-Qur’an dalam berbagai ayat menganjurkan kepada orang-orang Mukmin agar bersabar dalam menghadapi segala macam cobaan dan kesulitan, atau ujian, dalam menghadapi keinginan dalam menghadapi ibadah dan sebagainya, misalnya:
a) Dalam menghadapi musibah Allah berfirman:
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah terhadap musibah yang menimpa kamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting”. (Luqman [31]: 17).
b) Dalam menghadapi fitnah, Allah berfirman:
“Maka bersabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya ….. (Thaha [2] : 130).
Pada ayat tersebut Allah SwT, memerintahkan kepada orang-orang Mukmin agar bersabar dalam menghadapi fitnah dan hendaknya dapat menahan diri dari kemarahan, sebab kemarahan itu tidak dapat menyelesaikan masalah, adapun cara menegakkan kesabaran antara lain dengan memperbanyak dzikir di waktu pagi dan sore.
c) Dalam menghadapi takdir (kepastian) Allah, misalnya: takdir kematian, kelahiran dan sebagainya, Allah SwT, memberikan tuntunan sebagai berikut:
“Dan bersabarlah dalam menunggu kepastian Tuhanmu, sebab sesungguhnya kamu berada dalam pengawasan kami dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun (tidur)”. (Ath-Thuur [52]: 48).
d) Dalam menghadapi kegiatan ibadah, sebab ibadah itu juga memerlukan kesabaran apalagi ibadah yang memerlukan jasmani, rohani dan dana, seperti ibadah haji. Maka memerlukan kesabaran yang tinggi, sebab ibadah haji menghadapi berbagai masalah yang melelahkan. Dalam hal ini, Allah berfirman:
“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan bersabarlah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada orang yang sama dengan Dia (yang wajib disembah). (Maryam [19]: 65).
e) Sabar dalam menghadapi cita-cita, hajat atau keinginan yang luar biasa, sebab keinginan tanpa kesabaran dapat menimbulkan kerusakan. Dalam hal ini Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh Allah beserta orang-orang yang sabar” (Al-Baqarah [2]: 153).
Adapun mengenai shalat, syariat Islamiyah memandang sebagai ibadah yang paling besar dan paling agung. Maka dalam Al-Qur’an perintah mendirikan shalat disebutkan berkali-kali, dan ditegaskan bahwa shalat itu dapat menjaga manusia dari perbuatan keji, sebagaimana disebutkan dalam firman:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu yaitu al-Kitab (al-Qur’an) dan dirikahlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-’Ankabuut [29] : 45).
Dalam suatu Hadits, ditegaskan bahwa shalat itu merupakan salah satu rukun Islam yang kelima:
“Dari Abdullah bin ‘Umar, ia berkata: Nabi saw bersabda: Islam dibangun di atas lima (rukun), yakni: Bersaksi bahwa tiada Tuhan yang pantas disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, menunaikan haji ke Baitul Haram, dan menunaikan puasa Ramadlan. (Diriwayatkan oleh Muslim : 21/16 : 32).
Para ulama sependapat bahwa sabar dan shalat mempunyai kekuatan yang luar biasa dalam menghadapi segala macam cobaan dan ujian, karena itulah perintah bersabar dan mengerjakan shalat disebutkan berkali-kali dalam Al-Qur’an, dan ditegaskan bahwa orang-orang yang sabar selalu dekat di sisi Allah SwT dan selalu mendapatkan pertolongan dari Allah SwT, sebagaimana diungkapkan dalam firman-Nya:
( … … Sesungguhnya Allah selalu bersama orang-orang yang sabar). (al-Baqarah [2]: 153).
Pengaruh Sabar dan Sholat Dalam Menyelesaikan Problematika Kehidupan
وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
”Dan mintalah pertolongan (kepada) Allah dengan sabar dan sholat. Dan sesungguhhya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusu’ , (yaitu) orang-orang yang menyakini, bahwa mereka akan menemui Robb-nya dan bahwa mereka akan kembali kepad-Nya” (Qs. al-Baqarah : 45 -46)
Ayat di atas mengandung beberapa pelajaran :
Pelajaran Pertama :
Bahwa Allah memerintahkan seluruh hamba-Nya untuk selalu bersabar dan menegakkan sholat di dalam menghadapi segala problematika hidup.
Adapun sabar secara bahasa adalah menahan, dikatakan : ”qutila fulanun shobron“ artinya : si fulan terbunuh dalam keadan ditahan. Oleh karenanya, seseorang yang menahan diri terhadap sesuatu dikatakan orang yang sabar.
Pelajaran Kedua :
Sabar dibagi menjadi beberapa macam :
Pertama : Sabar di dalam ketaatan, yaitu menata diri untuk selalu mengerjakan perintah-perintah Allah dan Rosul-Nya. Sabar di dalam ketaatan ini adalah tingkatan sabar yang paling tinggi, kenapa? karena untuk melakukan suatu ketaatan, diperlukan kemauan yang sangat kuat, dan untuk menuju pintu Syurga seseorang harus mampu melewati jalan-jalan yang dipenuhi dengan duri, ranjau dan segala sesuatu yang biasanya dia benci dan tidak dia sukai, sebagaimana sabda Rosulullah Shalallahu a’laihi wasallam
وَحَفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ
”Dan jalan menuju syurga itu dipenuhi dengan sesuatu yang tidak kita senangi” (HR. Muslim)
Sabar dalam ketaatan ini harus melalui tiga fase :
Fase Pertama : Sabar sebelum beramal. Ini meliputi perbaikan niat, yaitu mengikhlaskan amal hanya karena Allah subhanahu wata’ala, dan bertekad untuk mengerjakan ibadat tersebut sesuai dengan aturannya. Dalam hal ini Allah berfirman :
إِلاَّ الَّذِينَ صَبَرُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ أُوْلَـئِكَ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ
”Kecuali orang-orang yang bersabar dan beramal sholeh.” (Qs. Hud :11)
Fase Kedua : Sabar ketika beramal, yaitu dengan selalu mengingat Allah subhanahu wata’ala selama beramal, dan tidak malas untuk mengerjakan seluruh rukun, kewajiban dan sunah dari amal tersebut. Kalau sedang mengerjakan puasa umpamanya, maka dia harus tetap mengingat bahwa dirinya sedang puasa dan Allah selalu melihat seluruh amalannya, maka dia berusaha untuk menghindari hal-hal yang dilarang oleh Allah selama berpuasa dan berusaha untuk mengerjakan amalan sunah dan wajib, seperti membantu fakir miskin, memberikan ifthor kepada yang berpuasa, sholat berjama’ah dan sebagainya.
Fase ketiga : Sabar setelah beramal, yaitu dengan menahan diri untuk tidak mepublikasikan amalnya kepada orang lain, dan menjauhi diri dari riya’ dan hal-hal yang bisa menghapus amal perbuatannya. Dalam bersedekah umpamanya, maka setelah bersedekah, dia harus menahan diri untuk tidak menyebut-nyebut sedekahnya dan harus menahan diri tidak menyakiti perasaan penerima sedekah. Allah subahanahu wata’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى
”Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasan penerima” (Qs. Al Baqarah : 264)
Kedua : Sabar terhadap maksiat, yaitu selalu menahan diri untuk selalu menjauhi apa-apa yang dilarang oleh Allah dan Rosul-Nya. Bentuk sabar ini jauh lebih ringan jika dibandingkan dengan bentuk sabar yang pertama, karena meninggalkan sesuatu yang dilarang jauh lebih ringan daripada mengerjakan sesuatu yang diperintah.
Walaupun sebenarnya dalam masalah ini, kadang sifatnya sangat relatif, artinya bagi seseorang mungkin lebih ringan meninggalkan sesuatu yang dilarang daripada mengerjakan sesuatu yang diperintah, sementara bagi orang lain justru yang terjadi adalah sebaliknya, dia merasa lebih ringan mengerjakan sesuatu yang diperintahkan kepadanya daripada meninggalkan sesuatu yang dilarang. Inipun tergantung kepada bentuk larangan dan perintah.
Umpamanya kebanyakan orang bisa bersabar untuk tidak berzina, akan tetapi tidak bisa bersabar untuk selalu mengerjakan sholat berjama’ah di masjid. Sebaliknya kebanyakan orang sangat sulit dan tidak bisa bersabar untuk meninggalkan ”ghibah” (membicarakan kejelekan orang lain), akan tetapi sangat bisa dan sabar kalau diperintahkan untuk berbuat baik kepada orang lain. Contoh-contoh seperti ini sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga : Sabar terhadap musibah, yaitu menahan diri dan tidak mengeluh ketika terkena musibah. Ini adalah bentuk sabar yang paling ringan, karena sesuatu itu sudah terjadi di depannya, dan dia tidak bisa menghindarinya, artinya dia bersabar atau tidak bersabar sesuatu itu sudah terjadi. Akan tetapi walaupun begitu, masih banyak dari kaum muslimin yang tidak bisa sabar ketika tertimpa musibah. Sabar dalam bentuk ini tersebut dalam firman Allah subhanahu wata’ala :
وَلَنَبلُوَنّكُم بِشَىءٍ مِنَ الخَوفِ وَالجُوعِ وَنَقصٍ مِنَ الأموَالِ وَالأَنفُسِ وَالثّمَراتِ وَبَشِرِ الصّابِرينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (Qs. Al Baqarah : 155)
Dalam hadist Ummu Salamah disebutkan bahwasanya Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِذَا أَصَابَ أَحَدُكُمْ مُصِيْبَةً فَلْيَقُلْ: إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ، اللَّهُمَّ عِنْدَكَ أَحْتَسِبُ مُصِيْبَتِيْ فَأَجِرْنِيْ فِيْهَا، وَأبْدِلْ لِي بِهَا خَيْراً مِنْهَا .
”Jika diantara kalian tertimpa musibah, hendaknya berkata : ”Sesunggunya kami milik Allah dan sesunguhnya kami akan kembali pada-Nya, Ya Allah saya hanya mencari pahala dari musibah ini di sisi-Mu, maka berikanlah kepada-ku pahala itu, dan gantikanlah aku dengan sesuatu yang lebih baik dari musibah ini” (HR. Abu Daud)
Hadist di atas benar-benar dipraktekkan oleh para sahabat, bahkan oleh Ummu Salamah sendiri, tepatnya ketika suaminya Abu Salamah pada detik-detik terakhir dari hidupnya dia berdo’a : ”Ya Allah gantilah untuk keluargaku seseorang yang lebih baik dariku” Dan ketika Abu Salamah telah meninggal dunia, Ummu Salamah berdoa’ : Sesunggunya kami milik Allah dan sesunguhnya kami akan kembali pada-Nya, Ya Allah saya hanya mencari pahala dari musibah ini di sisi-Mu.
Kemudian apa yang terjadi setelah Ummu Salamah tetap sabar, tabah dan berdo’a sebagaimana yang diajarkan oleh Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Ternyata Allah mengabulkan do’a tersebut dan Ummu Salamah mendapat ganti suami yang lebih baik dari Abu Salamah, yaitu Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Pelajaran ketiga :
Sabar mempunyai tiga tingkatan :
Tingkatan Pertama : As Shobru billah, artinya : selalu meminta pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala, dan menyakini bahwa Dialah yang memberikan kepadanya kesabaran, sehingga ketika bersabar tidaklah merasa sendirian, karena Allah selalu bersamanya. Dalam hal ini Allah berfirman :
وَاصبِر وَمَا صَبرُكَ إلا بِاللّهِ
”Dan bersabarlah , dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah” (Qs. An-Nahl : 127)
Tingkatan Kedua : As Shobru lillah, artinya bahwa yang membuatnya dia bersabar adalah kecintaannya kepada Allah subhanahu wata’ala, ikhlas mengharap ridho-Nya saja. Dia bersabar bukan karena ingin dipuji atau dilihat orang lain, tetapi dia bersabar karena Allah memerintahnya demikian.
Tingkatan Ketiga : As Shobru ma’allah, artinya : Komitmen seorang hamba untuk selalu mengikuti apa yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wata’ala, dia selalu berjalan sesuai dengan perintah-Nya. Inilah tingkatan sabar yang paling tinggi dan paling sulit. Dan inilah sabarnya orang-orang Siddiqin.
Pelajaran Keempat :
Dalam ayat di atas Allah subhanahu wata’ala, selain memerintahkan seseorang untuk bersabar di dalam menghadapi semua problematikan hidup ini, Allah subhanahu wata’ala juga memerintahkan seorang muslim untuk menegakkan sholat .
Kenapa dipilih ibadat sholat, bukan ibadat-ibadat lainnya seperti puasa, haji, zakat ataupun yang lainnya ?
Jawabannya adalah bahwa sholat mempunyai pengaruh yang luar biasa pada diri seseorang sehingga dia bisa tabah, tegar dan teguh di dalam menghadapi segala problematika hidup. Ini sesuai dengan hadist yang menyebutkan :
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا حَزَبَهُ أَمَرٌ صَلَّى
”Bahwasanya Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika sedang menghadapi masalah, langsung menegakkan sholat “ (HR. Abu Daud)
Begitu juga yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas radiyallahu ‘anhu, ketika dalam suatu perjalan safar diberitahu bahwa salah satu keluarga dekatnya meninggal dunia, beliau langsung mengucapkan : Innaa lillahi wa innaa ilahi roji’un, kemudian berhenti di tepi jalan dan melakukan sholat, setelah itu beiau meneruskan perjalanannya seraya membaca surat Al Baqarah, ayat 45 di atas.
Pelajaran Kelima :
Sholat dalam ayat di atas, bisa berarti do’a. Dengan demikian maka arti ayat di atas adalah :“Dan mintalah pertolongan ( kepada ) Allah dengan bersabar dan berdo’a. ” Penafsiran ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wata’ala :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُواْ وَاذْكُرُواْ اللّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلَحُونَ
”Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung” (Qs. Al Anfal : 45)
Ayat di atas kalau kita perhatikan secara seksama kata demi katanya ternyata mirip dengan ayat 45 dalam surat Al Baqarah, bahkan sampai nomer ayatnyapun sama yaitu 45. Artinya : Allah memerintahkan orang-orang yang beriman ketika menghadapi suatu masalah – dalam hal ini ketika berhadapan dengan musuh -, agar tetap teguh dan selalu mengingat Allah swt saw banyak-banyaknya. Teguh dalam surat Al Anfal ayat 45 sebanding dengan sabar dalam surat Al Baqarah ayat 45. Sedangkan mengingat Allah dalam surat Al Anfal ayat 45 sebanding dengan sholat dalam surat Al Baqarah ayat 45.
Selain itu, ada ayat serupa terdapat dalam surat Al Hijr, 97-99 yang memerintahkan Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin untuk bertasbih (mensucikan Allah) dan bersujud kepada-Nya ketika menghadapi problematika hidup. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ ، فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ السَّاجِدِينَ ، وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat),dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)” (Qs. Al Hijr : 97-99)
Kalau kita bandingkan tiga ayat di atas kira-kira seperti di bawah ini :
- QS. Al Baqarah : 45 = meminta bantuan ( dg SABAR + SHOLAT )
- QS. Al Anfal:45 = menghadapi musuh ( dg TEGUH + MENGINGAT ALLAH)
- QS Al Hijr : 97-99 = Ketika didustakan ( BERTASBIH + SHOLAT )
Subhanallah ..telah terjadi keserasian dan kesesuaian antara ayat satu dengan yang lain, dan ini merupakan salah satu bukti bahwa Al Qur’an datang dari Allah subhanahu wata’ala. Dalam hal ini Allah subhanahu wata’ala berfirman :
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللّهِ لَوَجَدُواْ فِيهِ اخْتِلاَفًا كَثِيرًا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (Qs. An Nisa’ : 82)
Pelajaran Keenam :
Selain ayat-ayat di atas, disana ada beberapa hadist yang menunjukkan bahwa dzikir dan mengingat Allah adalah senjata utama setiap muslim di dalam menghadapi suatu problematika, diantara hadist-hadist tersebut adalah :
كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَا كَرَبَهُ أَمْرٌ قَالَ : يَا حَىُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ
”Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika menghadapi suatu masalah, beliau berdoa : ” Wahai Yang Maha Hidup Kekal, Yang terus menerus mengurus ( mahluk-Nya ), hanya dengan rahmat-Mu saja, saya meminta pertolongan ” (HR. Tirmidzi)
كَانَ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ اِذَا حَزَبَهُ اَمْرٌ قَالَ: لَا ِالَهَ اِلَّا اللهُ الْحَلِيْمُ الْكَرِيْمِ, سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ , اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
”Rosulullah shallahu ‘alaihi wasallam ketika menghadapi suatu masalah, beliau berdoa:”Tiada Ilah kecuali Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Penyantun lagi Maha Mulia, Maha Suci Allah Robb dari Arsy yang agung, dan segala puji bagi Allah Robb sekalian alam ” (HR. Ahmad)
كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُوْ عِنْدَ الْكُرَبِ: ” لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ الْعَظِيْمِ الْحَلِيْمِ, لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ ,لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ, وَرَبِّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ”.
”Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika menghadapi suatu masalah, beliau berdoa : ”Tiada Ilah kecuali Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Agung dan Maha Penyantun, Tiada Ilah kecuali Allah,Yang mempunyai Arsy yang agung , Tiada Ilah kecuali Allah Yang Mempunyai langit tujuh, dan Yang mempunyai Arsy yang mulia” (HR. Bukhari Muslim)
وَقَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمِ : ”أَلَا اُخْبِرُكُمْ بِشَىْءٍ اِذَا نَزَلَ بِأَحَدِكُمْ كُرَبٌ أَوْ بَلَاءٌ مِنْ اَمْرِ الدُّنْيَا دَعَا بِهَا فَيَفْرِجُ عَنْهُ دُعَاءَ ذِى النُّوْنِ: لَا اِلَهَ اِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ.
Rosululah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : ”Maukah aku beritahukan kepadamu sesuatu jika kamu ditimpa suatu masalah atau ujian dalam urusan dunia ini, kemudian berdoa dengannya, niscaya akan ada jalan keluarnya ? yaitu do’anya nabi Yunus : ”Bahwa tidak ada Ilah selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim” (HR. Hakim)
Pelajaran Ketujuh :
Salah satu bukti bahwa sabar dan sholat akan membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat serta akan meringankan beban hidup ini adalah kisah nyata yang dialami oleh salah pemuda yang tinggal di wilayah Arab. Pada awalnya dia hidup dalam keadaan lebih dari cukup. Ayahnya adalah seorang guru ngaji di sebuah masjid. Walaupun begitu keshalehan ayahnya tidaklah menjadikannya seorang pemuda yang sholeh juga. Dia setiap hari bergelimangan dengan uang, sehingga terjerat dengan kehidupan yang gelap. Pada suatu hari terjadilah kecelakaan yang menimpa dirinya yang membuat kakinya lumpuh. Para dokter mengatakan bahwa tidak ada sebab berarti yang menyebabkan kakinya lumpuh, diperkirakan hanya gangguan syaraf karena benturan. Suatu hari, ketika ia sedang turun dari mobil dengan kursi rodanya dengan maksud singgah di rumah temannya, tiba-tiba ia mendengar suara adzan yang sanggup menggetarkan hatinya yang selama ini keras.
Suara adzan tersebut ternyata mampu meluluhkan hatinya, dan membuatnya rindu kepada masjid. Sejak itu dia mulai rajin ke masjid untuk melakukan sholat jama’ah, walaupun kakinya lumpuh, padahal di saat dia sehat dan kuat, kakinya tidak pernah sekalipun menginjak masjid. Maha suci Allah Yang menjadikan musibah sebagai jalan menuju hidayah dan kebaikan. Selang beberapa minggu dia dalam keadaan seperti ini, tiba-tiba dia bermimpi melihat ayahnya bangkit dari kuburan seraya memegang bahunya sambil berkata : ”Wahai anakku janganlah engkau bersedih, karena Allah telah mengampuniku karenamu ”.
Dan mimpi seperti itu berulang-ulang datang kepadanya setiap dia tidur. Setelah beberapa tahun lamanya dia konsisten melakukan sholat jama’ah di masjid dan biasanya ia duduk di atas kursi tepatnya di shof pertama yang paling ujung. Pada suatu hari, ketika ia sholat shubuh dan kebetulan sang imam membaca qunut panjang sekali, do’a tersebut mampu menggetarkan hatinya dan membuatnya nangis, secara tidak sengaja, tiba-tiba hatinya bergetar-getar sangat hebat seakan-akan ingin keluar dari dadanya .ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, tetapi secara mendadak dia menjadi tenang kembali dan meneruskan sholatnya bersama imam hingga selesai. Setelah itu ia bangkit dari kursi secara tidak sengaja dan bisa berdiri kembali dan penyakitnya sembuh total. Subhanallah……. beginilah Allah menunjukkan kepada para hamba-Nya tentang kekuatan sholat yang ternyata membuat seseorang bahagia di dunia dan akherat.
Pelajaran Kedelapan :
Dari keterangan di atas, bisa disimpulkan juga bahwa sholat merupakan sarana untuk mencapai sebuah kesabaran. Ketika Allah memerintahkan seseorang bersabar mungkin kita akan bertanya-tanya : ”bagaimana caranya supaya bisa bersabar ?”, maka Allah dalam ayat itu juga memberitahukan bahwa cara yang paling efektif untuk memupuk kesabaran adalah dengan selalu menegakkan sholat, dan mendekatkan diri kepada Allah.
Mungkin kita juga akan bertanya : ”Bersabar dan menegakkan sholat sesuai dengan aturannya adalah sesutau yang sangat berat, bagaimana caranya supaya jiwa ini tidak berat untuk selalu bersabar dan melakukan sholat tersebut ?” Maka Allah subhanahu wata’ala pada ayat berikutnya menjelaskan caranya, yaitu dengan selalu mengingat kematian, selalu mengingat bahwa manusia ini cepat atau lambat akan bertemu dengan Allah subhanahu wata’ala di akherat nanti untuk dimintai pertanggung jawaban terhadap apa yang selama ini dikerjakan di dunia. Untuk mempermudah pemahaman, hal itu bisa digambarkan sebagai berikut :
- Dunia ini banyak problematika, maka harus dihadapi dengan SABAR.
- Untuk menumbuhkan dan memupuk kesabaran adalah dengan SHOLAT.
- Agar terasa ringan di dalam mengerjakan sholat dan bisa melakukannya dengan khusu’ adalah dengan selalu mengingat AKHIRAT.
Inilah rahasia kenapa Rosulullah shallalllahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kita untuk selalu memperbanyak mengingat kematian, dalam salah satu hadistnya :
أَكْثِرُوْا مِنْ ذِكْرِ هَاذِمِ اللَّذَاتِ
”Perbanyaklah untuk selalu mengingat ”penghancur kelezatan” (yaitu kematian)” (Hadist Hasan Riwayat Tirmidzi)
Dalam hal ini Umar bin Abdul Aziz pernah berkata :
أَكْثِرْ مِنْ ذِكْرِ الْمَوْتِ، فَإِنْ كُنْتَ وَاسِعَ الْعَيْشِ ضَيَّقَهُ عَلَيْكَ، وَإِنْ كُنْتَ ضَيَّقَ الْعَيْش وَسِعَهُ عَلَيْكَ
” Perbanyaklah untuk selalu mengingat kematian, maka jika kamu bercukupan dalam hidup, niscaya dia akan mempersempitmu, dan jika kamu dalam kesempitan hidup, niscaya dia akan memperluaskannya untukmu . ”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar